Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Salah Paham pada Gus Javar Akira Pasuruan, Dianggap Wali karena Nyeleneh padahal Wali Tak Melulu Begitu

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
25 Maret 2025
A A
Mempertanyakan kewalian Gus Javar Akira Pasuruan MOJOK.CO

Ilustrasi - Mempertanyakan kewalian Gus Javar Akira Pasuruan. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Sosok Gus Javar—yang belakangan juga dipanggil Gus Akira—sebenarnya sudah mencuri perhatian sejak lama. Namun belakangan, seiring santernya kritik publik pada fenomena gus, bermunculan (lagi) banyak video tingkah-tingkah “nyeleneh” Gus Javar Akira asal Pasuruan itu di media sosial.

***

Gus Javar Akira konon merupakan seorang wali majdzub asal Pasuruan. Penjelasan sederhananya, yakni seorang wali yang bertingkah nyeleneh dan di titik tertentu tampak seperti orang gila. Dia sudah lupa terhadap dunia, bahkan dirinya sendiri. Dalam dirinya hanya ada Allah.

Melihat video-video yang muncul di media sosial, penampilan Gus Javar Akira tentu jauh dari penampilan gus yang lekat dengan atribut keagamaan. Dia berambut gondrong awut-awutan sekaligus bercat merah.

Gus asal Pasuruan itu juga selalu bertelanjang dada (tidak pernah pakai baju). Hanya mengenakan celana pendek yang seringnya juga berwarna merah.

Dalam video yang beredar, Gus Javar Akira tampak suka bermain gitar, dengan gaya bicara yang menurut warganet terdengar ngelantur. Misalnya, dalam sebuah video, tampak gus asal Pasuruan itu berada di atas panggung. Lalu sembari memainkan gitar, dia berujar, “Saya akan tampil di stadion London Inggris!”

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Rumah shitmeme (@rumah_shitmeme.id)

Ucapan Gus Javar Akira itu lalu ramai di media sosial. Jadi meme hingga parodi.

Banyak warganet yang sangsi dengan orang-orang yang menganggap Gus Javar Akira sebagai wali (majdzub). Menyayangkan jika ada saja umat Islam yang mengkeramatkannya, karena hanya akan membawa pada kejumudan bahkan kemunduran umat.

Meluruskan gelar wali majdzub yang tersemat pada Gus Javar Akira

Tersorotnya kembali sosok Gus Javar Akira membawa saya diskusi dengan Ahmad Nahrowi, santri alumnus Pondok Pesantren Al-Mahrusiyah Lirboyo, Kediri, yang kini kuliah Pascasarjana di UNAS Jakarta sembari menjadi pengajar di Pondok Pesantren Aksara Pinggir, Bekasi.

“Definisi yang tepat berdasarkan qaul ulama-ulama masyhur, wali makdzub itu seorang hamba yang jiwanya ditarik oleh Allah, dijalankan langsung oleh Allah, kehendaknya disetir oleh Allah,” beber Nahrowi.

Iklan

“Namun, ketika terjaga, tetap dalam hal-hal yang dibenerkan oleh syariat. Tidak kok secara serampangan melanggar syariat kemudian dipanggil wali majdzub. Apalagi mentang-mentang latarbelakangnya bernasab,” sambungnya.

Nahrowi mengambil contoh yang cukup populer di Lirboyo, yakni Mbah Akhlis. Nahrowi memberi kesaksian bahwa Mbah Akhlis tetap menjaga syariat ketika terjaga dan tidak melakukan “keonaran” secara serampangan.

Pakaian Mbah Akhlis, sepengakuan Nahrowi, tetap syar’an wa’adatan (sesuai syariat dan adat). Meskipun terkesan agak kumal. Mbah Akhlis masih sering ke masjid dan memberi wejangan kepada santri.

Namun, Nahrowi tidak memungkiri bahwa di Indonesia sering terjadi yang dianggap majdzub justru adalah orang yang lepas dari syar’an wa’adatan tadi (seperti Gus Javar Akira Pasuruan).

Kultus pada wali majdzub seperti Gus Javar Akira bisa mengarah pembodohan umat

Buya Yahya dari Pondok Pesantren Al Bahjah hingga Ustaz Abdul Somad (UAS), dalam ngajinya yang tayang di YouTube, menyebut bahwa wali majdzub tidak perlu diikuti. Hanya perlu dihusnuzoni.

Nahrowi pun sepakat dengan itu. Meski agak sedikit berbeda.

Menurutnya, umat Islam jangan sampai di tahap pengkultusan pada seorang wali yang konon adalah wali majdzub—apalagi yang lepas syariat—hanya karena kisah-kisah karamahnya. Karena hal itu hanya akan membodohkan umat. Sebab, umat tidak mendapat ilmu maupun teladan darinya alias tidak produktif.

“Wali atau kekasih Allah itu bukan hanya wali majdzub. Akan jauh lebih baik mengikuti wali-wali yang masyhur. Itu bisa kita lihat secara telanjang mata, yakni beliau-beliau yang tetap memberikan manfaat kepada umat,” ungkap Nahrowi. Salah satu contohnya adalah KH. Bahauddin Nursalim (Gus Baha).

Apalagi Gus Baha dalam beberapa momen ngajinya juga sering menekankan, wali itu tidak hanya yang diceritakan punya karamah aneh-aneh (seperti terbang, menarik makanan dari langit, dan sejenisnya). Orang yang diberkahi dengan kealimam (ilmu) itu juga wali.

“Saya kan cita-citanya jadi wali, tapi jalur ilmu.” Begitu yang kerap Gus Baha sampaikan.

Gus Baha mencontohkan Rasulullah Saw. Beliau memang punya mukjizat bisa membelah bulan. Tapi bagi Allah, itu mukjizat yang sepele belaka. Mukjizat paling istimewa Rasulullah adalah al-Quran: di dalamnya memuat ilmu dan teladan.

Cerita keramah begitu disukai

Kecenderungan umat Islam, khususnya di Jawa, baik kiai maupun orang awam, memang suka menyampaikan sejarah dengan penuh tamsil (perumpamaan).

“Orang Jawa itu terhadap hukum positif yang tertulis dan disepakati itu tidak takut. Tapi begitu dengan hukum-hukum karma, ancaman adat atau pamali, pada takut,” tutur Nahrowi.

“Misalnya kayak menjaga lingkungan, bila dikasih kajian ekologis, umat akan abai. Tapi jika dikasih efek eskatologis, langsung pada taat. Itu juga berpengaruh kemudian kiai-kiai ceritanya sering soal kesaktian atau magic,” imbuhnya.

Paling penting lagi menurut Nahrowi, masyarakat Jawa lebih suka gethok tular (cerita dari mulut ke mulut. Verifikasi sebuah informasi dari lisan, bukan dari tulisan.

“Jelas informasi dari lisan kan bisa berubah-rubah tergantung kekuatan akal si empunya cerita. Maka tak jarang kemudian ceritanya dilebih-lebihkan,” kata Nahrowi.

Perbanyak cerita ilmiah, kurangi cerita karamah

Oleh karena itu, dalam mengajar, kini Nahrowi menekankan pada: memperbanyak cerita ilmiah ketimbang cerita karamah. Untuk melatih nalar kritis pada santri/murid.

Santri atau pelajar, dalam tinjauan Nahrowi, umumnya bila disodorkan hukum kausalitas akan sangat antusias. Misal rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya, puasa bisa nambah sehat, salat bisa bikin hati tenang, dll.

“Nah, sedangkan karamah itu tidak ada aspek kausalitasnya. Coba sebutkan amalan atau perbuatan apa yang menjamin benar-benar mengakibatkan karamah, kan nggak ada,” ujar Nahrowi.

“Maka, cerita karamah perlu dikurangi.  Efek pada daya nalar dan intelektualnya tipis. Ya mentok-mentok nambah rajin amalan-amalan lah. Padahal derajat santri itu masih belajar, bukan amalan,” sambungnya.

Maka, bagi Nahrowi, kaidah “Istikamah (persistensi, konsistensi) lebih baik dari 1000 karamah (magic)” itu perlu digaungkan ke para santri/murid.

Melalui Instagramnya, Nahrowi menyusun secara ringkas perihal dampak dari memperbanyak cerita ilmiah dan kurangi cerita karamah, bisa dicek berikut:

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Ahmad Nahrowi (@elnahrowi)

Untuk konteks Gus Javar Akira asal Pasuruan yang konon wali majdzub, saya kembalikan ke pembaca.

Yang tahu wali hanya wali

Yang Nahrowi garisbawahi lagi yakni perihal qaul yang menyebut bahwa “Yang tahu kewalian seseorang hanyalah seorang wali sendiri.” Qaul ini membuat orang awam taklid saja pada seseorang yang menunjuk orang lain sebagai wali.

Misalnya, ada orang nyeleneh, lalu disebut oleh seseorang ternyata merupakan sosok wali. Maka orang awam akan mengikutinya karena asumsi: saling tunjuk kewalian itu terjadi antarsesama wali.

Orang awam tidak bisa menyangkal karena tidakmemiliki kemampuan melihat indikator kewalian. Alhasil hanya bisa taklid.

“Padahal biasanya kalau memang benar-benar wali, maka tidak suka menunjukkan diri kalau dia wali. Atas hal inilah sesama wali, bentuk menjaga kehormatannya, ya tidak membongkar kewalian seorang wali. Kok tiba-tiba walinya dibongkar di muka umum, ini yang mbongkar malah perlu dipertanyakan kewaliannya,” tutup Nahrowi.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Gaya Mewah Para Gus Masa Kini, Upaya Relevan dengan Zaman atau Meninggalkan Kezuhudan? atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

 

 

 

 

Terakhir diperbarui pada 25 Maret 2025 oleh

Tags: gus akiragus javarpasuruanpilihan redaksiWaliwali majdzub
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO
Ragam

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO
Ragam

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO
Ragam

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO
Aktual

Elang Jawa Terbang Bebas di Gunung Gede Pangrango, Tapi Masih Berada dalam Ancaman

13 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lulusan IPB kerja sepabrik dengan teman-teman lulusan SMA, saat mahasiswa sombong kinin merasa terhina MOJOK.CO

Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah

17 Desember 2025
Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025
Peringatan Hari Monyet Ekor Panjang Sedunia di Jogja. MOJOK.CO

Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah

15 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.