Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Curahan Hati Anak Guru yang Mengajar di Pelosok Desa di Wonosobo

Agung Purwandono oleh Agung Purwandono
6 Februari 2024
A A
Curhatan Hati Anak Guru yang Mengajar di Pelosok Desa di Wonosobo MOJOK.CO

Ilustrasi Curhatan Hati Anak Guru yang Mengajar di Pelosok Desa di Wonosobo. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Sebagai anak guru, Adiani sering menyaksikan ibunya yang mengajar di sebuah TK di pelosok desa di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah kerap kerepotan dengan tugas sebagai guru. Terutama pekerjaan-pekerjaan administratif usai mengajar. Namun, ibunya tetap menikmati profesinya itu.

“Mulai dari gaji dan tunjangan yang tergolong kecil, pelaporan tugas mengajar yang sangat banyak dan semakin rumit dengan perkembangan kebijakan yang baru saat ini,” katanya kepada Mojok, Senin (5/2/2024). 

Ibunya sudah berusia 53 tahun saat ini. Statusnya adalah guru PNS yang mendapat penugasan untuk mengajar di sebuah TK yayasan. Adiani saat ini kuliah di sebuah kampus swasta di Bandung. Sedangkan kedua orang tuanya tinggal di pelosok desa di Kabupaten Wonosobo. 

“Kalau dari ibu kota kabupaten jaraknya sekitar 30 kilometer. Kalau dari ibu kota kecamatan sekitar 8 kilometeran,” ujarnya.

Sebagai anak guru, prihatin melihat tugas administratif lebih banyak daripada sekadar mengajar 

Adiani merasa perlu bercerita ke Mojok karena sebagai anak guru, ia melihat beban ibunya yang cukup berat. Kondisi yang ibunya hadapi ia yakin banyak juga guru-guru lain di desa juga menghadapi. Bahkan mungkin lebih berat. Di sisi lain, masih ada orang yang meremehkan profesi mulia ini. 

Adiani mengatakan di TK tempat ibunya bekerja hanya ada dua guru yang mengajar sekitar 80 siswa. Ia melihat, seorang guru memiliki tanggung jawab administrasi yang sangat banyak bahkan lebih dominan dari pada kewajiban mereka sebagai seorang pendidik. 

“Mulai dari pelaporan dapodik, membuat rancangan pembelajaran, melakukan penilaian perkembangan setiap siswa, dan itu mereka harus melaporkan secara berkala. Itu untuk pemenuhan syarat agar sekolah dapat menerima dana Bantuan Operasional Pendidikan (BOP),” kata Adiani. Itu belum tuntutan menggunakan kurikulum baru yaitu Merdeka Belajar. 

Menurut Adiani, hal di atas sebenarnya bisa berjalan dengan baik apabila jumlah tenaga di sekolah tersebut memadai atau mencukupi. “Berbeda dengan PAUD atau TK dimana hanya terdapat 2 tenaga sekolah meliputi 1 kepala sekolah yang merangkap menjadi guru kelas B, dan 1 guru kelas A,” kata Adiani.

Ini menjadi semakin berat saat  ada undangan rapat untuk kepala sekolah yang membuat kelas A dan B hanya satu orang guru yang mengampu dan guru itu juga harus tetap membuat laporan harian dari setiap siswa.

Sekolah di desa yang tak mungkin menaikan biaya SPP

Adiani mengatakan, bukan tanpa alasan sekolah tempat ibunya bekerja tidak mau menambah personel sebagai admin atau tenaga entry data. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh sekolah yang tak mampu untuk menggaji tambahan personel tersebut, mengingat SPP yang dibebankan pada setiap siswa perbulan hanya berkisar Rp15 ribu per bulan. 

Tentu bukan angka yang cukup apabila harus diakumulasikan untuk operasional sekolah.  Mengingat sekolah ini berdiri di salah satu desa yang cukup jauh dari ibu kota kabupaten dengan mayoritas profesi masyarakatnya adalah bertani. Dengan masyarakat mayoritas berpendidikan SD–SMP, akan sangat berat apabila menaikan biaya SPP.

Menurut Adiani, dengan banyaknya pekerjaan tak jarang ibunya harus membawa pekerjaan kantor ke rumah. Ibunya kerap kali meminta bantuannya untuk menyelesaikan laporan tersebut. “Ibuku itu kan generasi X, sementara pelaporan berbasiskan internet, agak susah ibu untuk mengikuti perkembangan teknologi saat ini,” ujarnya.

Adiani sudah berusaha untuk mengajari bagaimana mengerjakan sistem pelaporan online, tapi karena ibunya sudah lelah memenuhi administrasi sebagai kepala sekolah, membuat administrasi kelas, mengajar kelas membuat ibunya meminta bantuannya. 

Baca halaman selanjutnya…

Iklan

Orang tua siswa yang melabrak guru sampai rumah

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 6 Februari 2024 oleh

Tags: anak guruguruguru di desaguru tkpilihan redaksiWonosobo
Agung Purwandono

Agung Purwandono

Jurnalis di Mojok.co, suka bercocok tanam.

Artikel Terkait

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO
Ragam

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Ragam

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.