Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Kisah Pedih dari Bus Haryanto, Kakek Tunanetra Tertatih Tempuh Semarang-Jogja Sendirian demi Bertemu Anak yang Telah Sukses meski Berujung Dianggap Beban

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
20 Juni 2024
A A
Bus Haryanto dan Cerita Kakek Tunanetra Tartatih ingin Bertemu Anak dari Semarang ke Jogja MOJOK.CO

Ilustrasi - Cerita dari Bus Haryanto, tentang kakek tunanetra yang tertatih demi bertemu anak dari Semarang ke Jogja. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Ada pemandangan yang menyita perhatian saat dalam perjalanan Semarang-Jogja naik Bus Haryanto. Yakni seorang lelaki tua buta yang sangat ingin berkumpul satu rumah dengan anaknya yang telah sukses di Jogja.

Terminal Teroboyo, Semarang, kembali mempertemukan saya dengan sosok-sosok dengan cerita haru.

Sebelumnya, pada Februari 2024 lalu, saya bertemu dengan Mbah Istianah. Nenek asal Demak, Jawa Tengah, yang hobi memberi uang ke anak-anak muda yang ia temui di jalan. Salah satunya adalah saya sendiri.

Meski tak kenal dan baru bertemu sekali itu saja, Mbah Istianah tak segan memberi saya uang untuk ongkos naik bus dari Semarang ke Rembang. Hobi memberi uang ke anak-anak muda itu ia lakukan sebagai obat rindu terhadap cucu-cucu Mbah Istianah yang tinggalnya terpencar-pencar.

Lalu yang paling baru, saya bertemu dengan Pak Salimin dalam momen perjalanan naik Bus Haryanto tujuan Jogja pada Rabu (19/6/2024) sore WIB.

Tertatih naik Bus Haryanto demi anak di Jogja

Saat turun dari Bus Indonesia di Jalan Baru (lokasi pembelian tiket bus jurusan Semarang-Jogja), saya sebenarnya sudah menyadari keberadaan Pak Salimin.

Kakek-kakek bertubuh gempal dan berambut putih itu menggendong tas yang terlihat berisi banyak barang. Ia berjalan dengan tongkat dan digandeng oleh seorang anak muda berpenampilan lusuh.

Keduanya sedang mencari celah untuk menyeberang jalan karena sore itu lalu lalang motor di sekitar Jalan Baru cukup padat. Saya hanya melihatnya sekilas. Lalu saya langsung menuju ke loket untuk membli tiket bus. Sore itu, hanya sisa PO Haryanto saja yang memberangkatkan bus ke jogja.

Tak lama setelah saya duduk di kursi tunggu, bapak-bapak yang dituntun anak muda tiba. Barulah saya sadar kalau di balik kacamata gelap yang si bapak pakai, ternyata ia tunanetra. Terbukti dengan caranya mencari tempat duduk yang agak tertatih.

“Bos, tulung yo, mudun Jogja, Giwangan (Bos, tolong ya, turun Jogja, Giwangan),” ujar si pemuda yang menuntun kakek itu kepada agen tiket Bus Haryanto.

“Oh bukan, bukan bapakku, aku cuma nolong,” bisik si pemuda saat seorang calon penumpang di sebelah saya bertanya.

Usai menitipkan si kakek buta, pemuda tersebut lantas berpamitan. Si kakek sempat memegang tangan si pemuda: memberikan sejumlah uang. Tapi si pemuda menolak.

Keramahan kru Bus Haryanto

Beruntung sekali, antara agen dan kru Bus Haryanto yang saya tumpangi sore itu sangat ramah dan manusiawi.

Saya sempat menyimak, karena tak bisa melihat, si kakek yang kemudian saya tahu bernama Salimin meminta si agen Bus Haryanto mengambil uang dari saku Pak Salimin: mengambil nominal ongkos untuk tujuan Semarang-Jogja.

Iklan

“Mpun jenengan pendetke mawon, sak-sak’e (Udah Anda ambilkan saja, sedapatnya),” ujar si agen Bus Hariyanto.

Pak Salimin lantas merogoh saku. Ia lalu tampak meraba-raba uang yang ia dapatkan. Sejumlah Rp50 ribu. Masih kurang Rp20 ribu. Karena ongkos Semarang-Jogja sendiri sebesar Rp70 ribu.

Akan tetapi si agen Bus Haryanto itu tak keberatan. Ia menerima uang tebusan tiket dari Pak Salimin. Bahkan si agen itu pun menuntun Pak Salimin untuk duduk di kursi tunggu hingga akhirnya dituntun naik ke dalam bus saat bus tiba setengah lima sore.

“Ini nanti turun Giwangan. Aku nitip. Tapi bayarnya nggak jangkep (utuh),” ujar si agen kepada kernet Bus Haryanto saat mengangkut penumpang di jalan baru.

“Alah nggak apa-apa,” balas di kernet bus. Percakapan keduanya sangat jelas terdengar karena mereka ngobrol persis di pintu bus. Saat saya hendak naik, saya tentu mendengarnya.

Hanya saja tempat duduk saya dan Pak Salimin terpisah. Pak Salimin duduk di bagian depan. Sementara saya agak di tengah karena beberapa kursi bagian depan sudah penuh. Alhasil, saya tak punya kesempatan untuk ngobrol panjang dengan Pak Salimin.

Bapak yang ingin bertemu anak

Saya akhirnya baru bisa duduk berdampingan dengan Pak Salimin sekitar setengah jam sebelum Bus Haryanto sampai di Terminal Jombor, Jogja. Kira-kira setengah delapan malam. Di momen itulah saya akhirnya tahu kalau nama kakek tersebut adalah Pak Salimin.

“Anu, Mas, mau dolani anak saya di Jogja. Kangen main sama cucu juga,” kata Pak Salimin halus.

Pak Salimin punya dua anak. Satu laki-laki dan satu perempuan. Satu anak-anak lakinya sudah berumah tangga dan kerja mapan di Jogja. Sementara di Semarang ia tinggal bersama anak perempuannya yang sebenarnya juga sudah berumah tangga. Sedangkan istri Pak Salimin sudah wafat 2020 lalu, di tengah badai Covid-19.

“Dulu saya sempat ikut anak laki-laki saya yang di Jogja ini setelah istri saya wafat. Terus saya sakit, mata nggak bisa melihat,” tutur Pak Salimin dengan suara serak.

“Terus saya diminta ikut anak perempuan saya saja di Semarang karena kalau di Jogja nggak ada yang ngurus. Pada kerja semua. Kalau anak perempuan saya di Semarang kan ibu rumah tangga. Yang kerja suami,” sambungnya.

Dari rumah (di Semarang), anak perempuan Pak Salimin sebenarnya hendak mengantarnya ke Jalan Baru untuk cari bus. Namun Pak Salimin menolak karena ia ingin menikmati jalan sendiri. Ia hanya minta anak perempuannya memesankan ojek online.

Karena Pak Salimin tak bisa melihat, alhasil si ojol menurunkannya agak ngasal. Tidak persis di loket bus di Jalan Baru. Sebelum akhirnya seorang pemuda menghampirinya dan menuntunnya.

“Kalau nanti di Giwangan, anak saya mungkin sudah menjemput. Karena saya tadi minta anak perempuan saya menghubungi kakaknya kalau saya mau ke Jogja,” ungkap Pak Salimin saat saya tanya siapa yang bakal menjemputnya di Terminal Giwangan, Jogja, nanti.

“Saya tidak tahu anak saya suka atau tidak dengan kedatangan saya. Apakah saya bakal ia anggap beban. Saya hanya kangen,” sambung Pak Salimin dengan bahasa tubuh penuh kekhawatiran.

Sayang sekali tempat turun kami tak sama. Saya harus turun lebih dulu di Terminal Jombor. Sedangkan Pak Salimin masih harus meneruskan perjalanan ke Terminal Giwangan. Jadi tak bisa menemaninya.

Namun, keramahan kru Bus Haryanto yang kami naiki sore itu sedikit memberi rasa tenang: Pak Salimin akan sampai ke Terminal Giwangan dengan selamat. Karena sore itu adalah kali pertama Pak Salimin bepergian sendiri naik bus sejak ia tak bisa melihat pada akhir 2021 lalu.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Tembalang Semarang, Saksi Sisi Gelap Mahasiswa Undip yang Erat dengan “Hal Kotor”

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.

 

 

Terakhir diperbarui pada 20 Juni 2024 oleh

Tags: bus hariyantobus jurusan semarang jogjajalan baru semarangJogjaSemarangterminal giwanganterminal jomborterminal terboyo
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Event seni budaya jadi daya tarik lain wisata ke Kota Semarang selama libur Nataru MOJOK.CO
Kilas

Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya

26 Desember 2025
Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja yang Tak Banyak Orang Tahu MOJOK.CO
Esai

Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

24 Desember 2025
Jogja Macet Dosa Pemerintah, tapi Mari Salahkan Wisatawan Saja MOJOK.CO
Esai

Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah

23 Desember 2025
Anugerah Wanita Puspakarya 2025, penghargaan untuk perempuan hebat dan inspiratif Kota Semarang MOJOK.CO
Kilas

10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua

23 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Jogja Macet Dosa Pemerintah, tapi Mari Salahkan Wisatawan Saja MOJOK.CO

Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah

23 Desember 2025
Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan MOJOK

Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan

21 Desember 2025
Atlet pencak silat asal Kota Semarang, Tito Hendra Septa Kurnia Wijaya, raih medali emas di SEA Games 2025 Thailand MOJOK.CO

Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional

22 Desember 2025
Wisata Pantai Bama di Taman Nasional Baluran, Situbondo: Indah tapi waswas gangguan monyet MOJOK.CO

Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

25 Desember 2025
Pasar Kolaboraya tak sekadar kenduri sehari-dua hari. Tapi pandora, lentera, dan pesan krusial tanpa ndakik-ndakik MOJOK.CO

Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik

23 Desember 2025
Melalui Talent Connect, Dibimbing.id membuat bootcamp yang bukan sekadar acara kumpul-kumpul bertema karier. Tapi sebagai ruang transisi—tempat di mana peserta belajar memahami dunia kerja MOJOK.CO

Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier

24 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.