Sebal ke orang yang bukber padahal tak puasa
Dua tahun ngekos di Seturan, Jogja sudah cukup membuat Bobon paham perihal “kehidupan bebas” di sana. Karena memang sudah menjadi rahasia umum kalau Seturan menjadi salah satu daerah di Jogja dengan tingkat pergaulan bebas yang cukup tinggi. Hal tersebut terlihat dari menjamurnya kos LV (kos bebas) di Seturan, Jogja yang buka secara terang-terangan.
Selama dua tahun ngekos di Seturan, Jogja, Bobon bahkan berani menyimpulkan kalau kebanyakan mahasiswa-mahasiswa atau anak-anak muda di Seturan, Jogja memang sudah jauh dari agama. Identitas agama hanya sebagai pelengkap di kolom KTP.
“Jangan jauh-jauh, lihat aku saja, Pak. Aku jadi kayak sekarang (cenderung “bebas” dan tak pernah salat lagi) kan sejak tinggal di sini (Seturan, Jogja),” tutur Bobon.
Yang hendak Bobon katakan adalah, ia sudah terlalu sering bersinggungan dengan mahasiswa-mahasiswa muslim di Seturan, Jogja yang sudah tak puasa Ramadan. Namun, meski begitu, mereka tetap saja bikin acara bukber. Bagian inilah yang membuat Bobon sebal.
“Bukber cuma buat kepentingan story. Buat gaya-gayaan,” ujar Bobon.
Lanjut Bobon, meski ia sendiri memang tak puasa, tapi sebagai juru masak ia mengaku ada semacam kepuasan kalau bisa memasakkan bukber orang-orang yang memang benar-benar menjalankan puasa selama Ramadan. Walaupun satu sisi capeknya dobel-dobel.
Akan tetapi, beda kasus kalau ia memasakkan orang-orang tak puasa yang sok-sok bikin acara bukber. Hanya tersisa capeknya saja, sementara rasa puasnya tidak ada.
Kata Bobon, keluhan yang sama juga dirasakan oleh partnernya sebagai juru masak di tempat makan Seturan, Jogja tersebut. Saya sempat memina Bobon untuk menghubunginya, meminta pendapatnya. Namun ia menyebut bahwa jawabannya tak akan jauh berbebeda dengan apa yang sudah Bobon utarakan.
Reporter: Muchamad Aly Reza
Editor: Agung Purwandono
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.