Kerja kena PHK
Akhirnya, setelah menganggur hampir setahun, ia mendapatkan pekerjaan yang sebenarnya cukup menjanjikan. Menjadi sopir di sebuah perusahaan kontraktor swasta di Kalimantan. Gajinya saat itu belum terlalu besar, sekitar Rp3,5 juta per bulan. Namun, baginya sudah cukup lumayan karena sudah disediakan tempat tinggal dan makan.
Sayangnya, terjadi permasalahan di perusahaan yang membuat ada pemangkasan pekerja besar-besaran. Zain menjadi salah satu korbannya.
“Harus pulang awal 2024 ini. Ya meskipun dibilang ada kemungkinan dipanggil kembali tapi tetap nggak meyakinkan,” tuturnya.
Zain mengaku sempat stres. Lulusan SMA ini kembali bingung menata masa depannya. Untuk meminta uang kepada orang tua sudah sungkan. Sementara tabungan dari kerjanya makin hari makin menipis.
“Tapi aku nggak merasa menyesal jadi lulusan SMA doang. Ya beginilah jalan yang aku pilih walaupun beda sama keluargaku yang lain. Walaupun kadang dipadang sebelah mata,” terangnya.
Baginya, kegagalan ini memang jadi pembelajaran. Dulu, ia berpikir bahwa usaha bisa jadi jalan pintas menuju kemandirian. Namun, ternyata jalannya tidak semudah yang ia bayangkan.
Ia sempat berpikir bahwa jika sudah dapat pekerjaan hidupnya akan lebih pasti dalam jangka panjang. Nyatanya, kepastian di pekerjaan juga tidak selalu ada.
“Mungkin memang semua butuh proses. Caraku nggak sepenuhnya benar, tapi ya harus aku jalani dengan tanggung jawab,” pungkasnya.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News