Sudah jadi rahasia umum kalau Pasar Senthir Jogja adalah surganya barang-barang antik. Tak cuma antik, jika sedang beruntung pengunjung juga bisa menemukan “harta karun” tak terduga.
Saya, misalnya, saat mengunjungi Pasar Senthir Jogja pada Jumat (26/7/2024) lalu, menemukan dua harta karun yang saya beli dengan harga murah. Kedua barang ini cukup sulit dicari di e-commerce. Dan, kalaupun ada, harganya jauh lebih mahal.
Barang pertama yang saya dapat adalah kaset band legendaris Gong 2000. Saya membelinya seharga Rp15 ribu saja. Padahal di toko daring, ada yang menjualnya sampai Rp200 ribuan.
Sementara barang kedua adalah zipper Deadsquad “Horror Vision” limited edition yang saya dapatkan Rp85 saja. Padahal, saat pertama rilis, jaket hoodie itu dijual Rp295 ribu.
Sekarang, kalau pun ada yang masih menjual, pasti harganya sudah digoreng sedemikian rupa. Selain karena artikelnya sudah cetak ulang, formasi “Horror Vision” dari band Deadsquad sudah bubar. Jelas, zipper tadi adalah artefak berharga. Beruntung saya mendapatkannya Rp85 ribu saja.
#1 Mendapatkan celana jins yang harga aslinya jutaan dengan 10 ribu saja
Nyatanya, jauh sebelum saya mendapatkan harta karun malam itu, sudah ada banyak orang yang bahkan nasibnya lebih beruntung. Salah satunya adalah Faqih (20), mahasiswa PTN di Jogja yang pernah mendapatkan celana jins branded di lapak awul-awulan alias thrifting.
Meski kondisinya bekas, tapi bagi Faqih “sekali berlian tetap menjadi berlian”.
“Dua bulan lalu, Mas, saya dapat Versace [merek jins]. Itu kalau baru bisa dihargai 2 jutaan. Second aja kadang masih 500 ribuan. Di sini, 10 ribu saja aku dapatnya,” ungkapnya, saat Mojok menemuinya di Pasar Senthir Jogja, Jumat (26/7/2024) lalu.
Sambil menunjukkan foto jins Versace tersebut kepada saya, Faqih bercerita kalau dia merasa heran, mengapa ada orang yang membuang jins mahal itu. Harta karun itu pun menjadi berkah tersendiri bagi dia.
“Enggak perlu ku-napthol lagi, Mas, karena masih kelihatan baru. Baru-baru ini aku jual lagi laku 400 ribu,” pungkasnya.
#2 Jam tangan Titus Ori buruan kolektor di Pasar Senthir Jogja
Pengalaman tak terduga juga pernah dialami Kamijo (60), salah satu pelapak di Pasar Senthir Jogja yang menjual barang-barang antik, termasuk jam analog.
Lelaki asal Jogja ini bercerita, sekitar dua tahun lalu, banyak orang berbondong-bondong ke lapaknya buat mencari jam-jam analog bekas. Saat itu, Kamijo punya banyak koleksi, dari yang merek Rolex, Alexandre Christie, Seiko, bahkan Titus. Hampir semuanya dalam kondisi mati.
“Saya dapatnya dari tukang rosokan, Mas. Biasaya ya saya beli borongan gitu. Misalnya 20 ribu dapat lima. Lalu saja jual lagi 10 sampai 20 ribu tergantung kondisi,” ungkapnya.
Yang tidak diketahui Kamijo, ternyata jam-jam tangan analog punya harga yang jauh lebih mahal. Ia mengetahuinya ketika seorang lelaki datang memborong dagangannya seharga Rp100 ribu saja.
“Lelaki itu ngaku kolektor, dan bilang kalau yang merek Titus itu harganya sangat mahal, bahkan kalau kondisinya bekas sekalipun,” ujarnya. “Ya saya ngelu dong, Mas. Kalau tahu itu mahal, ya saya naikin harganya.”
Kini, saat menerima jam tangan analog lagi, ia lebih jeli lagi. Kalau ada yang “kelihatan mahal”, Kamijo memilih menjualnya door to door alias menghubungi kolektor langsung daripada membawanya ke lapak.
“Kalau yang saya bawa di lapakan ini ya yang rata-rata aja harganya, 10 ribuan ada, yang 50 ribu juga ada.
#3 Nemu almet UGM, masih baru cuma dihargai 5 ribu
Pengalaman unik lainnya juga pernah dialami Dani (28), alumni UGM yang menjadi pengunjung setia Pasar Senthir Jogja. Sekitar 2018 lalu, Dani menemukan barang di lapak awul-awulan yang sama sekali tak pernah terpikirkan olehnya, yakni almet UGM.
“Sekarang awul-awulan 10 ribuan. Dulu, sekitar 5 tahun lalu, masih 5 ribuan, Bang,” kata Dani yang ditemui Pasar Senthir Jogja, Jumat (26/7/2024).
Almet UGM itu ia temukan di dalam tumpukan pakaian bekas. Saat itu, Dani berpikir almet itu dibuang mungkin karena sudah rusak atau tak layak pakai. Namun saat mengambilnya, kondisi masih terlihat baru.
“Cuma kotor aja, dicuci juga jadi baru lagi. Kancing-kancing masih utuh,” jelasnya. “Saya ambil aja. Buat asyik-asyikan sih, kapan lagi dapat almet harga 5 ribu. Hahaha.”
#4 Arsip sumber skripsian ditemukan dengan mudah di Pasar Senthir Jogja
Selain berkesan, Pasar Senthir Jogja juga berperan penting bagi kawan kuliah Dani. Ia bercerita, di tempat ini salah satu kawannya, seorang mahasiswa Sejarah UGM, menemukan harta karun dalam bentuk arsip.
Arsip-arsip itu dalam bentuk koran, brosur, atau pamflet lama yang dijadikan temannya sebagai sumber skripsian.
“Dia malah nemu di Pasar Senthir, padahal katanya dah cari kemana-mana sulit. Kalaupun carinya di toko-toko yang menjual arsip, pasti mahal. ,” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA Pasar Senthir Jogja, Surga Para Gen Z Pemburu “Harta Karun”
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News