Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Kala Aksara Jawa Tak Lagi Menarik di Kalangan Anak Muda Indonesia, tapi Eksis di Dunia

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
5 Maret 2025
A A
Mahasiswa UTY lestarikan aksara Jawa. MOJOK.CO

ilustrasi - Kala Aksara Jawa Tak Lagi Menarik di Kalangan Anak Muda Indonesia, tapi Eksis di Dunia. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Alih-alih menggandrungi budaya Korea, mahasiswa Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY), Marchel Andrian Shevchenko (23) berharap masyarakat Indonesia bisa melestarikan aksara Jawa, sehingga tidak punah ditelan zaman. Berangkat dari kekhawatirannya tersebut, ia bersama timnya membuat aplikasi bernama Arutala–media pembelajaran aksara Jawa. Baru 10 hari peluncuran, aplikasi ini sudah diunduh oleh ribuan pengguna di berbagai negara.

***

Di Jogja dan Solo, penulisan aksara Jawa masih banyak dijumpai di papan nama jalan, plang underpass, bahkan mural di lokasi wisata. Namun, tak semua orang bisa membacanya, khususnya generasi muda.

Saat saya berkunjung ke Pasar Ngarsopuro, Solo, seorang pedagang mainan sulap menantang beberapa mahasiswa yang ada di lapaknya. Pedagang itu menunjuk sebuah mural di belakangnya dan meminta salah satu mahasiswa membaca.

Namun, dari empat orang mahasiswa yang bertandang, hanya satu orang yang bisa menjawab. Namanya, Felisa (21). Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) yang sedang menghabiskan malam minggu bersama teman-temannya.

“Urip iku urup,” ujar perempuan asal Jepara tersebut, Sabtu (22/2/2025) yang disambut riang oleh pedagang tadi karena memberikan jawaban benar.

Aksara Jawa memang diajarkan hanya sampai sekolah dasar, tapi rasa-rasanya ilmu itu hampir ditinggalkan sebab tak banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Di DIY sendiri, bahasa Jawa hanya diajarkan dua jam dalam seminggu.

Bahkan menurut survei dari Arutala, aplikasi berbasis AI yang dibuat oleh mahasiswa UTY, masih ada anak SD yang kesulitan belajar aksara Jawa. Keluhan tak hanya terjadi pada siswa SD, tapi juga orang tua dan guru mereka. 

Salah satu, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa mengeluhkan susahnya membuat siswa tertarik dengan aksara Jawa. Terlebih, profesi guru yang mengajarkan aksara Jawa terbilang kurang seksi.

“Permasalahannya adalah beliau ini (guru aksara Jawa) sulit untuk memberikan inovasi pembelajaran yang menarik buat siswa-siswanya,” kata Marchel, CEO Arutala sekaligus mahasiswa UTY pada Kamis (27/2/2025).

Masyarakat kesulitan belajar aksara Jawa

Marchel menjadi salah satu pembicara dalam acara Bridging Tradition and Technology: AI and Investment for Cultural Sustainability yang diadakan di Indigohub, Sagan, Yogyakarta pada Kamis (27/2/2025). Di sana, ia menjelaskan tiga masalah utama yang mengancam eksistensi aksara Jawa.

acara Bridging Tradition anda Technology: AI and Investment for Cultural Sustainability yang diadakan di Indigohub. MOJOK.CO
Marchel dalam acara Bridging Tradition and Technology: AI and Investment for Cultural Sustainability. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Pertama, terbatasnya interaksi dan sumber daya pembelajaran seperti media ajar. Kedua, kurangnya literasi tentang aksara daerah. Hasil riset Arutala menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 700 bahasa daerah tapi hanya 12 bahasa yang memiliki bahasa aksara. 

“Aksara dalam bahasa merupakan sebuah bentuk dari suksesnya atau tingginya sebuah tatanan sosial masyarakat,” kata Mahasiswa Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY) tersebut.

“Ini membuktikan bahwa Suku Jawa dan umumnya Nusantara merupakan bangsa yang besar, sehingga patut kita pertahankan dan kembalikan penggunaannya dalam keseharian,” lanjutnya.

Alasan ketiga ialah sulitnya masyarakat dalam mengaplikasikan tradisional script ke sistem modern sebagai media belajar aksara Jawa. Oleh karena itu, Marchel bersama timnya membuat aplikasi bernama Arutala.

Aplikasi buatan mahasiswa Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY) itu memudahkan penggunanya menerjemahkan aksara Jawa menjadi bahasa Indonesia bahkan ke bahasa internasional. Mirip-mirip seperti Google Translate. Nantinya, aksara Jawa tersebut bisa di scan dan diterjemahkan. Tak hanya aksara Jawa, Marchel juga ingin melestarikan 4 aksara lain, yakni Sunda, Lampung, Bali, dan Batak Mandarin.

Arutala, aplikasi buatan mahasiswa UTY

Baca Halaman Selanjutnya

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 6 Maret 2025 oleh

Tags: aksara jawamahasiswa berprestasimanfaat AIUniversitas Teknologi Yogyakarta
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Mohammad Turi, doktor termuda Unesa. MOJOK.CO
Kampus

Olahraga Jadi Alasan Hidup Pemuda Asal Madura Ini usai Ayah dan Ibu Tiada, hingga Raih Gelar Doktor Termuda di Unesa dengan IPK Sempurna

20 November 2025
Aksara jawa. MOJOK.CO
Ragam

Aksara Jawa Bukan Sekadar Mantra Berbau Klenik, Bisa Menyelamatkan Hidup jika Dipahami Secara Sains

23 Oktober 2025
Rendra: Menelusuri Akar dan Makna Aksara Jawa
Video

Rendra: Menelusuri Akar dan Makna Aksara Jawa

21 Oktober 2025
game clash of champions ala ruangguru. MOJOK.CO
Mendalam

Rakyat Jelata Tak Bisa Gembira dengan Pertunjukkan Clash of Champions, Cuman bikin Kesal Anak Broken Home yang Suka Adu Nasib

10 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
UGM MBG Mojok.co

Gadjah Mada Intellectual Club Kritisi Program MBG yang Menyedot Anggaran Pendidikan

28 November 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.