Sengaja cari tempat sepi dan gampang melarikan diri
Sekitar dua bulan berselang dari kejadian pertama, Demas mengaku kembali melakukan tawuran bertempat di lokasi yang sama.
Saat itu sore hari sepulang sekolah mereka melakukan kesepakatan bersama sekolah tetangga untuk melakukan sparring. Waktu pelaksanaannya pada dini hari keesokan harinya sekitar pukul satu.
Selain senjata tajam, mereka juga membawa bom molotov berbahan botol minuman keras yang terisi dengan bensin jenis Pertamax. Sebelum pertikaian Demas sempat beberapa kali mengitari jalan area Jombor hingga Sleman City Hall.
“Awalnya tidak ada tanda-tanda. Sampai ketika sudah berputar tiga kali, akhirnya ada lemparan batu mendadak dari pinggir jalan,” kenangnya. Itulah pertanda tawuran dimulai.
Kejahatan jalanan atau populer dengan sebutan klitih memang terjadi di berbagai titik di DIY. Namun, ada kecenderungan kejadian berada di area-area yang sepi saat dini hari.
Selama melakukan tindakan di Jalan Magelang, Dimas mengaku tak pernah tertangkap basah. Kenangan pahitnya justru terjadi di area Ring Road Barat. Polisi dan warga menangkap menangkap mereka saat hendak menyerang geng sekolah di Kasihan, Bantul.
Hindari daerah sepi saat tengah malam
Kasus serupa sempat membuat tagar #klitih menduduki trending topic di Twitter pada 2020 silam. Menanggapinya, saat itu Kasat Reskrim Polres Sleman saat itu AKP Rudy Prabowo menjelaskan lokasi kejahatan jalanan sejatinya acak. Namun, ia mengimbau agar masyarakat menghindari daerah sepi di malam hari.
“Kalau misalkan mau bilang seperti itu (titik rawan), sebenarnya setiap jalan sepi tidak ada penerangan itu menjadi titik poin kejadian. Karena tidak ada penerangan, kurang pengawasan, sepi, gelap, dan mereka leluasa untuk mengayunkan barang-barang tajam,” kata Rudy seperti dikutip dari Kumparan.
Pada 2022 lalu, saat terjadi korban jiwa akibat kejahatan jalanan, Kepala Dinas Pariwisata Yogyakarta, Singgih Raharjo juga mengingatkan agar warga dan wisatawan menghindari keluar di waktu dini hari. Ia juga menyarankan agar saat terpaksa pergi di waktu tersebut tidak sendirian dan menggunakan kendaraan tertutup.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Puluhan Geng Sekolah Hantui Jalanan Jogja, Menguji Anak SMP Hingga Terkapar di Kuburan Cina