Penawaran jasa beragam
Harganya relatif lebih terjangkau. Ada yang hanya mematok tarif Rp300 ribu per jam. Namun, ada satu penyedia jasa yang mematok tarif Rp7 juta untuk durasi 12 jam. Padahal untuk durasi pendek sekali ejakulasi, perempuan ini hanya memasang biaya Rp350 ribu.
Selain itu, penjaja lewat Facebook ternyata usianya berkisar di antara 25-30 tahun. Sementara temuan di Twitter, usianya berada di rentang 20-25 tahun.
Untuk penawaran melalui Facebook yang menyertakan kontak, saya mencoba melakukan kroscek ke aplikasi GetContact. Terbukti akun-akun tersebut diberi nama open BO Jogja atau istilah-istilah yang merujuk kepadanya.
Para penjaja jasa ini juga punya cukup banyak penawaran jasa selain berhubungan badan. Ada yang menawarkan jasa cuddle care tanpa hubungan seks. Selain itu ada juga yang menyediakan penawaran sebagai pacar sewaan.
Untuk jasa pacar sewaan, ada yang memasang tarif Rp500 ribu untuk durasi setengah hari dan Rp800 ribu untuk sehari penuh. Pacar sewaan bisa dibawa untuk menghadiri berbagai acara seperti kondangan, nonton film, bahkan dugem. Syaratnya, tidak ada aktivitas seksual dan semua biaya selama bepergian ditanggung pelanggan.
Pekerja seks online relatif tertutup
Sayang, baik dari Facebook maupun Twitter, para penjaja jasa enggan untuk memberi keterangan lebih lanjut saat saya menyampaikan maksud untuk wawancara. Namun, ternyata ada kecenderungan yang lebih tertutup dan ekslusif dari pelaku prostitusi online ketimbang pekerja seks di beberapa titik prostitusi terlokalisasi di Jogja.
Hal itu dibenarkan oleh Ketua Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jogja, Budhi Hermanto. Selama ini, Budhi berupaya menjangkau para penjaja open BO Jogja untuk memberikan penyuluhan maupun pendampingan kesehatan.
“Sejauh ini saya akui belum bisa menjangkau mereka. Lumayan susah untuk kami dekati,” kata Budhi saat saya wawancarai Selasa (12/9/2023).
PKBI Jogja, menurut Budhi, sudah rutin memberikan pendampingan kesehatan untuk mengawal pencegahan penyakit menular seksual kepada pekerja seks di Sarkem dan Parangkusumo. Di sana, para pekerja lebih terbuka untuk mendapat bantuan kesehatan.
Padahal penjaja open BO juga mengalami kerentanan seperti pekerja seks pada umumnya. Selain rentan terhadap PMS, kekerasan, pekerja seks juga rentan mengalami tekanan mental.
Tekanan mental para pekerja seks
Berdasarkan temuan di lapangan, Budhi acap kali berjumpa dengan pekerja seks yang mengalami tekanan mental. Terutama ketika terkena PMS.
“Ketika mereka menganggap aman-aman saja, terus tes dan terbukti positif penyakit itu sering mengalami tekanan mental,” paparnya.
“Selain itu, pekerja seks sering mengalami tekanan karena mereka ingin keluar namun tidak punya alternatif karena skill yang minim,” imbuhnya.
Kondisi itu membuat PKBI menyediakan layanan konseling bagi para pekerja seks, di samping memfasilitasi dari segi kesehatan reproduksi. Budhi berharap ke depan bisa menjangkau lebih para pekerja seks yang menjajakan jasa open BO.
Sebab, belakangan ini trennya memang banyak peralihan menuju prostitusi online. Sedangkan sektor ini sulit sekali untuk mendapat pengawasan dari lembaga-lembaga yang punya perhatian seperti PKBI.
Di lapangan, Budhi mendapati keluhan para pekerja seks lokalisasi yang pelanggannya berkurang. Ia juga mengaku mendapat cerita mengenai pekerja seks yang memilih beralih untuk menawarkan secara daring ketimbang menetap di tempat terpusat.
Ke depan, ia berharap lembaga dan instansi yang punya perhatian terhadap isu ini bisa segera menjangkau para pelaku jasa. Risiko open BO di Jogja terbilang cukup besar tanpa pengawasan dari segi kesehatan dan keamanan.
Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Pengalaman Saya Memesan Jasa Open BO
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News