Tidak banyak pusat perbelanjaan yang punya tempat ibadah nyaman. Terkadang tempatnya sempit dan terletak di basement maupun rooftop. Namun, lain cerita di Masjid Pakuwon Mall Jogja.
***
Ada perasaan berbeda dari yang biasa saya rasakan ketika mengunjungi musala atau masjid di sebuah pusat perbelanjaan. Suasana sejuk dari pendingin ruang di seluruh area, bisa seketika menjelma jadi gerah. Sebab lazimnya tempat ibadah terletak di basement maupun rooftop, lokasi yang kurang strategis untuk dijangkau.
Namun, hal itu tidak saya rasakan saat mencoba salat di Masjid Al-Husna, Pakuwon Mall Jogja. Masjid ini hampir dari segala aspek melebihi sejumlah tempat ibadah pusat perbelanjaan lain di wilayah DIY.
Sudah setahun, sejak terakhir kali mengunjungi Pakuwon Mall Jogja. Saat itu juga hanya berkunjung untuk waktu yang singkat di luar jam salat. Sehingga tak sempat mampir ke masjid yang resmi berdiri sejak Maret 2022 silam.
Lewat tengah siang, setelah melakukan liputan, akhirnya saya sengaja untuk mampir ke sana untuk salat zuhur. Selain itu rasa penasaran saya untuk berkunjung terpantik dari cuitan YouTuber Ridwan Hanif pada Minggu (20/8/2023) lalu yang mengungkapkan kekagumannya dengan tempat ibadah di mal tersebut.
Menurutnya, ini adalah musala mal berbintang lima. Lokasinya strategis dan fasilitasnya nggak tanggung-tanggung. Memanjakan mereka yang ingin beribadah.
Setibanya di parkiran B1, saya menuju pintu masuk dan menaiki eskalator. Saat masuk lantai utama di area pusat perbelanjaan, seorang satpam lalu mengarahkan saya menuju lokasi masjid berada.
“Naik ke lantai satu Mas, dua lantai dari sini,” terangnya.
Saya lanjut melangkah, sengaja menggunakan eskalator alih-alih lift yang lebih cepat karena ingin melihat-lihat suasana pusat perbelanjaan terbesar di Jogja ini. Sudah lama tidak mampir, terakhir kemari bersama mantan yang sekarang sudah jadi pacar orang.
Lokasi masjid Pakuwon Mall yang strategis
Begitu tangga eskalator membawa saya sampai di menapaki lantai satu, plang penanda penanda arah Masjid Al-Husna langsung terlihat. Pengunjung dengan mudah bisa menemukannya.
Lantai satu Pakuwon mal terbilang lokasi yang strategis. Di sana berderet beberapa gerai pakaian ternama, pusat perbelanjaan elektronik, sampai makanan. Intinya, lantai satu jadi tempat strategis banyak orang berkumpul.
Begitu memasuki lorong menuju masjid, sudah ada beberapa tempat duduk yang bisa pengunjung gunakan untuk beristirahat. Di sana tampak beberapa orang yang menunggu rekan atau kerabat yang sedang salat.
Setelah melewati lorong terdapat pintu masuk terpisah antara jemaah laki-laki dan perempuan. Sekitar pukul satu siang, tidak banyak yang sedang melangsungkan salat. Areanya lapang, baik tempat utama untuk ibadah sampai area rak untuk alas kaki.
Tempat wudu terasa nyaman dan lapang. Begitu pula ketersediaan toilet yang melimpah sehingga tak perlu risau ketika mendadak kebelet. Saya pun bisa langsung melangsungkan salat tanpa menunggu lama.
Saat bersujud, wangi karpet menusuk indera penciuman. Kenyamanan ibadah jadi terjaga di tempat semacam ini. Usai mentas salat pun terasa betah untuk duduk berlama-lama. Meski jelas di masjid Pakuwon Mall ini ada larangan untuk tidur.
Di sudut lengang masjid siang itu, beberapa jemaah terlihat enggan cepat-cepat beranjak. Salah satunya Efendi (27), seorang wisatawan asal Jakarta yang kebetulan sengaja mencari hiburan di mal ini.
Jauh-jauh ke Jogja, ia tetap menyempatkan ke pusat perbelanjaan meski sekadar untuk melihat-lihat saja. “Ke mal emang buat jalan-jalan saja. Refreshing. Ini juga sendirian,” ujarnya.
Lelaki ini menjadikan jalan-jalan di pusat perbelanjaan sebagai coping mechanism. Sebuah cara untuk menghilangkan penat.
Setelah menyambangi tiga mal besar di Jogja, Efendi berkesimpulan bahwa ini adalah masjid terbaik yang ia temui. Menurutnya ada yang ukurannya juga besar dan cukup megah, tapi lokasinya tidak strategis.
“Baru dua sih nemu masjid mal yang besar dan lokasinya strategis. Satu ya Pakuwon Jogja ini sama satunya di Mega Bekasi Hypermal,” terangnya.
Indikator strategis menurutnya, letak tempat ibadah bukan di lantai basement maupun rooftop. Ia beranggapan dua tempat itu biasanya panas dan tidak nyaman untuk salat.
Bikin pengunjung keheranan
Setelah itu, sambil memakai sepatu, saya duduk di ruang tunggu. Tak berselang lama seorang anak muda keluar dan duduk di sebelah saya. Kami pun berkenalan.
Pemuda asal Kalasan, Sleman ini bernama Habib Rizki (18). Sejak awal masuk ia mengaku terkesan dengan masjid mal ini.
“Sudah dua kali kemari sejak masjid baru ini berdiri. Pertama kali emang bikin heran. ‘Wah’ banget,” ujarnya antusias.
Habib mengaku biasanya ia terkendala saat beribadah di mal. Sebab, kebanyakan mal di Jogja tempat ibadahnya tergolong sempit. Saat di jam-jam ramai seperti salat magrib dan isya, terutama di akhir pekan, pasti antreannya panjang. Maklum, ada ribuan pengunjung dan karyawan yang ada di bangunan besar tersebut.
“Dulu bapak sering marah-marah kalau nggak sempat salat pas saya di mal. Susah kan kadang, musala penuh,” curhatnya.
Tiba-tiba saja, seorang lelaki tambun menghampiri kami. Setelah menyimak sejenak ia langsung berkelakar, “Enak ini tempatnya. Biasanya di tempat lain luasnya segini doang kan,” katanya seraya menunjuk area tempat rak sepatu yang terbilang cukup luas untuk sebuah masjid.
“Nah ini bapak saya,” sahut Habib sambil tertawa.
Lelaki bernama Saryoto (55) itu mengaku sesekali mengagendakan hiburan bersama keluarga ke mal. Paling sering untuk belanja tapi sesekali mereka nonton film bioskop bersama-sama.
“Enak begini, bisa untuk salat Jumat juga kabarnya. Jadi nggak khawatir kalau ke mal,” kata Saryoto.
Masjid Al-Husna berdiri di area seluas 1.400 meter persegi. Daya tampungnya diperkirakan mencapai 1.100 jemaah.
Selain masjid, di lantai yang sama juga terdapat gereja yang membuka sesi ibadah di hari Selasa, Jumat, dan Sabtu pukul 18.00. Selain itu ada tiga sesi di hari Minggu yakni pada pukul 10.00, 12.00, dan 17.00.
Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono