Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Mendalam

Minat Baca Warga Moyudan Sleman Jauh Lebih Tinggi dari Depok yang Jadi Pusat Perguruan Tinggi

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
8 Desember 2024
A A
Minat baca warga Moyudan Sleman jauh lebih tinggi dari Depok yang jadi pusat perguruan tinggi MOJOK.CO

Ilustrasi - Minat baca warga Moyudan Sleman jauh lebih tinggi dari Depok yang jadi pusat perguruan tinggi. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Kapanewon Moyudan menjadi daerah dengan minat baca paling tinggi di Kabupaten Sleman. Jauh mengungguli Kapanewon Depok yang merupakan basis perguruan tinggi.

***

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman baru saja merilis hasil pengukuran terbaru Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) Kabupaten Sleman tahun 2024.

Rilis tersebut berlangsung di Aula Lantai 3, Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman, Rabu (4/12/2024) lalu.

Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman, Abu Bakar, menjelaskan bahwa pengukuran TGM alias minat baca di Sleman turut menggandeng pihak akademisi, yakni tim survei UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Survei minat baca di Sleman berlangsung sejak Agustus 2024, menyasar 17 kapanewon dan 2.951 responden dari berbagai latar belakang, baik usia, jenis kelamin, pendidikan, dan tingkat penghasilan.

“Ini kami menggandeng tim dari pihak akademisi untuk menjamin objektivitas hasil survei agar lebih baik, lebih valid, oleh mereka yang memang lebih kompeten di bidangnya,” jelas Abu dalam keterangan tertulisnya.

“Survei ini telah dilaksanakan di seluruh kapanewon di Kabupaten Sleman, sehingga insyaallah telah mewakili secara riil Kabupaten Sleman,” imbunya.

Minat baca di Sleman tergolong tinggi

Hasil survei menunjukkan, tingkat kegemaran membaca alias minat baca masyarakat Sleman tergolong tinggi, dengan nilai rata-rata 2,57 poin. Hanya memang jumlah buku yang dibaca masyarakat masih tergolong rendah, yaitu 2,4 poin.

Sementara frekuensi membaca masyarakat Sleman sudah tergolong baik, dengan perolehan poin sebesar 2,7. Hal ini menunjukkan bahwa sudah ada kebiasaan membaca dan dorongan untuk mencari tahu informasi lebih lanjut dalam diri masyarakat Sleman.

Minat baca di Moyudan Sleman jadi yang tertinggi

Hasil survei tersebut memang terbilang unik. Minat baca di Moyudan tercatat sebagai yang tertinggi di Sleman. Total nilainya adalah 2,65 poin.

Sementara Depok yang menjadi basis perguruan tinggi di Sleman justru menjadi yang paling rendah, yakni dengan total nilai 2,44.

Adapun rincian nilai pengukuran TGM masing-masing kapanewon yakni sebagai berikut:
1. Turi 2,6
2. Tempel 2,48
3. Sleman 2,52
4. Seyegan 2,63
5. Prambanan 2,48
6. Pakem 2,48
7. Ngemplak 2,54
8. Ngaglik 2,54
9. Moyudan 2,65
10. Mlati 2,55
11. Minggir 2,63
12. Kalasan 2,51
13. Godean 2,63
14. Gamping 2,53
15. Depok 2,44
16. Cangkringan 2,54
17. Berbah 2,6.

Kok bisa Depok kalah dari Moyudan Sleman?

Menarik untuk didiskusikan, kok bisa Depok sebagai basis perguruan tinggi di Sleman justru tercatat sebagai daerah dengan minat baca paling rendah (kalah dari Moyudan)?

Untuk diketahui, merujuk data Kemendikbud Ristek per 2023, Kapanewon Depok menjadi basis dari 25 perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Depok juga menjadi basis dari kampus-kampus top seperti Universitas Gadjah Mada (UGM) hingga Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta.

Menariknya lagi, Depok juga menjadi daerah dengan jumlah Taman Bacaan Masyarakat (TBM) terbanyak di Sleman selain Ngemplak. Merujuk data Forum TBM Sleman pada 2019, Depok tercatat memiliki lima TBM. Sementara Moyudan hanya memiliki satu TBM.

Lantas, kenapa minat baca di Depok justru jadi yang paling rendah?

Indikator dan faktor

Sebelum ke sana, perlu diketahui perihal indikator yang dinilai dalam survei TGM. Indikator yang dimaksud meliputi, frekuensi membaca, durasi membaca, jumlah yang dibaca, frekuensi akses internet, dan durasi akses internet.

Salah satu anggota Tim Survei UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Marwiyah, mengatakan bahwa hasil survei TGM di Sleman dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal.

Salah satunya adalah rasa ingin tahu masyarakat terhadap informasi. Namun, masyarakat kini lebih banyak mencari informasi melalui internet dan media elektronik.

Keberadaan TBM dan perguruan tinggi pun tidak lantas menjamin masyarakat suatu daerah secara umum dan otomatis memiliki minat baca tinggi.

Sebab, fakta yang perlu dicatat, perguruan-perguruan tinggi di Yogyakarta, termasuk di Depok, Sleman, mayoritas diisi oleh pendatang. Sementara masyarakat asli masih sedikit yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Alhasil, menjadi masuk akal jika hasil survei menunjukkan minat baca di Depok kalah jauh dari Moyudan, Sleman. Tentu jika responden diambil dari masyarakat asli, bukan termasuk pendatang.

Warga asli yang terpinggirkan

Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Fathul Wahid, pernah menyinggung hal ini dalam kolomnya berjudul “Sembilan Persen” yang tayang di Kolom Analisis Kedaulatan Rakyat pada 23 Feburari 2024 dan ditayangkan ulang di laman resmi UII.

“Sembilan Persen” diambil Fathul dari data Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY): bahwa dari 100% lulusan SMA di Yogyakarta, hanya 9% saja yang berkesempatan lanjut ke perguruan tinggi.

Fathul tak menemukan data spesifik mengenai faktor apa yang menyebabkan banyak lulusan SMA/SMK/sederajat di Yogyakarta—yang merupakan warga asli—tidak lanjut ke perguruan tinggi. Hanya saja, dia menduga, ekonomi jadi kendalanya.

Sebab, mereka yang tidak lanjut kuliah itu pada akhirnya memilih bekerja hingga berwirausaha.

“Kita bisa bayangkan dampak jangka panjang jika masalah ini tidak diatasi. Termasuk di antaranya adalah kemungkinan warga asli terpinggirkan dalam kompetisi untuk mendapatkan beragama akses, termasuk dalam bidang ekonomi dan politik,” papar Fathul.

“Salah satu dampaknya lanjutannya adalah ketimpangan sosial antara warga asli dan warga pendatang. Ini menakutkan,” sambungnya.

Oleh karena itu, Fathul menekankan pentingnya mencari jalan keluar permanen secara kolektif antara Pemda dan perguruan tinggi. Contohnya seperti yang dilakukan Pemda DIY dan UII sendiri.

Pemda DIY, melalui Dikpora DIY, telah meluncurkan beasiswa berkelanjutan untuk pemuda DIY usia 18-24 tahun. Pada 2024 ini, ada 150 paket beasiswa yang bisa diakses dengan besaran Rp10 juta per tahun.

Sementara UII (pada 2024), mengenalkan skema beasiswa afirmasi pembebasan uang kuliah untuk warga asli yang tidak mampu.

Acuan untuk membuat kebijakan

Staf Ahli Bidang Pemerintahan dan Hukum Setda Sleman, Anton Sujarwo, mewakili Bupati Sleman menyatakan bahwa survei tersebut merupakan bentuk komitmen Pemkab Sleman dalam memperoleh data dan informasi yang relevan.

Data-data hasil survei nantinya akan dijadikan sebagai dasar pengambilan kebijakan dalam program peningkatan literasi masyarakat.

“Dengan demikian, kegiatan ini akan memperkuat komitmen kita bersama untuk meningkatkan kolaborasi dan sinergi mewujudkan perkembangan kegemaran membaca di Kabupaten Sleman,” ucapnya mengutip titipan sambutan Bupati Sleman untuk acara rilis hasil pengukuran TGM.

Sebab, lanjut Anton, kegemaran membaca dapat menjadi faktor pendukung dalam upaya membangun masyarakat yang cerdas, kritis, dan berdaya saing. Oleh karena itu, survei ini untuk mengetahui sejauh mana masyarakat memanfaatkan waktu untuk membaca sekaligus mengidentifikasi tantangan yang dihadapi.

“Survei ini juga menjadi acuan penting dalam merumuskan kebijakan strategis untuk meningkatkan literasi,” tutup Anton.

Kebijakan strategis yang Anton maksud, semoga juga berkenaan dengan bagaimana mengatasi persoalan yang Fathul Wahid paparkan: banyak pemuda asli DIY yang tidak lanjut kuliah.

Karena begitu juga lah yang terjadi di Sleman. Data 2022 menunjukkan, dari 20.000 lulusan SMA/SMK/sederajat di Sleman, tidak lebih dari 10.000 yang lanjut ke perguruan tinggi.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Ironi dan Fakta Kota Pelajar: Ketika Remaja Asli Jogja Justru Tidak Bisa Menikmati Bangku Kuliah

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News.

 

Terakhir diperbarui pada 7 Desember 2024 oleh

Tags: depok slemankampus di slemanminat baca slemanmoyudanmoyudan slemanperguruan tinggi di slemansleman
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Bedog Arts Fest 2025 Mojok.co
Kilas

Bedog Arts Fest 2025: Perayaan Seni Kerakyatan, Lingkungan, dan Semangat Keberlanjutan

19 Oktober 2025
Ilustrasi Stasiun Kalasan di Sleman yang terbengkalai - MOJOK.CO
Liputan

Saat KAI Masih Sibuk Mengkaji Pembukaan Stasiun Kalasan, Warga Sudah Muak dengan Anak Muda yang Menjadikannya Tempat Maksiat

14 Oktober 2025
Alasan Warlok Sleman Malas Berwisata ke Kaliurang Mojok.co
Pojokan

Alasan Warlok Sleman Malas Berwisata ke Kaliurang

2 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.