Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan

Mencari Jejak Lapangan Terbang Sekip UGM yang Eksis Sebelum Adisutjipto

Dari Bandara Sendowo ke Maguwo.

Hammam Izzuddin oleh Hammam Izzuddin
19 Agustus 2023
A A
Mencari Jejak Lapangan Terbang Sekip UGM yang Eksis Sebelum Adisutjipto MOJOK.CO

Ilustrasi Mencari Jejak Lapangan Terbang Sekip UGM yang Eksis Sebelum Adisutjipto

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Sebelum Bandara Maguwo-kini Adisutjipto-resmi berdiri, sudah ada lapangan terbang di Jogja. Lapangan terbang yang konon pernah dijatuhi bom saat Agresi Militer II ini bertempat di kawasan Kampung Sendowo atau Sekip UGM yang sekarang penuh gedung perkuliahan.

***

Kabar tentang keberadaan bandara pertama di Jogja yang saya ketahui lewat media sosial memancing rasa penasaran. Infonya lapangan terbang itu berada di kawasan Sendowo, Sekip UGM. Lokasinya kini telah berubah drastis.

Bandara itu hanya tersisa di kenangan orang tua dan juga cuplikan singkat pada arsip lama. Sekitar lokasi yang konon jadi area landasan pesawat, kini berdiri gedung-gedung tinggi UGM. Kawasan Sekip membentang dari Fakultas Biologi di utara hingga bangunan kantor beberapa lembaga milik kampus ini di sisi selatan.

Saat ini di tengah kawasan itu terdapat Fakultas Kedokteran dengan gedung-gedung tingginya. Di sisi baratnya ada RSUP Dr. Sardjito. Nyaris tidak ada ruang lapang yang tersisa.

Saya sempat berkunjung ke Museum UGM, menilik sekilas lini masa pembangunan kampus beberapa tahun pascakemerdekaan Indonesia. Tercatat pada 19 Desember 1951 Presiden Soekarno meletakan batu pertama pembangunan Gedung Pusat UGM.

Delapan tahun berselang, pembangunan gedung itu mentas. Pada tahun yang sama terselenggara Konferensi Rencana Colombo yang membuat didirikannya sejumlah gedung untuk kantor delegasi, toko, klinik, hingga perumahan di area Sekip UGM.

Salah satu bekas gedung untuk Konferensi Rencana Colombo kini menjadi Gedung Fakultas MIPA. Jejak bandara pertama di Jogja mulai pudar seiring pembangunan ini.

Kenangan warga tentang lapangan latihan tembak

Saya lantas mencari jejak yang tertinggal lewat kenangan warga sekitar yang tinggal di Padukuhan Sendowo, Sinduadi, Mlati, Sleman. Setelah membelah permukiman padat, saya tiba di depan kediaman Kepala Padukuhan Sendowo, Sudarno (54). Rumah tampak sepi, setelah berulang kali mengucap salam dan mengetuk pintu, barulah lelaki gondrong ini keluar dari pintu.

Sejak lahir, lelaki ini sudah tinggal di perkampungan sisi barat kawasan Sekip UGM. Jejak lapangan terbang memang sudah tidak ada di tahun 1970-an saat Sudarno kecil. Namun, ada beberapa kisah yang sempat ia dengar dari orang tua dan kakeknya.

“Dulu sebelum tidur kadang diceritakan soal lapangan terbang dan lapangan untuk latihan menembak tentara kolonial Belanda,” kenangnya saat saya temui, Jumat (18/8/2023).

Sejumlah sumber menyebut bahwa penamaan Sekip berasal dari kata schietschijf yang berarti sasaran tembak. Kawasan itu menjadi titik lapangan yang biasa serdadu gunakan untuk melatih kemampuan menembaknya.

Gundukan tanah yang tak mau warga dekati

Tentang lapangan tembak itu, Sudarno ingat ada sebuah gundukan tanah mirip bukit yang terletak dulu letaknya di utara Fakultas Kedokteran Gigi. Gundukan tanah itu ia sebut sebagai “gumuk”. Pada era 1970 sampai akhir 1980-an, tumbuhan memadati atas gundukan itu.

Gedung RSGM UGM di kawasan Sekip. Dulu di tempat itu ada gundukan tanah untuk latihan menembak. MOJOK.CO
Gedung RSGM UGM di kawasan Sekip. Dulu di tempat itu ada gundukan tanah untuk latihan menembak. (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

Secara fungsi, Sudarno menyebut gundukan tanah bisa menjadi tempat menahan laju peluru yang tidak mengenai sasaran. “Tinggi gundukan itu mungkin sekitar lima meter. Lebih tinggi dari ini,” ujarnya sambil menunjuk atap halaman masjid di depan rumahnya.

Iklan

Bagi anak-anak muda di Sendowo saat itu, gumuk jadi tempat yang banyak diselimuti cerita seram. Konon ada serdadu yang terkena tembakan di sana. Bahkan ia sempat mendengar kisah bahwa lokasi itu jadi tempat eksekusi mati.

Kisah-kisah itu membuatnya tak pernah mendekat atau mendaki gundukan itu. Paling-paling, ia hanya melihatnya dari pinggir jalan depan RSUP Sardjito. Gundukan itu, seingat Sudarno, hilang setelah ada pengerukan untuk pengembangan Gedung Kedokteran Umum UGM sekitar era 1990-an.

Baginya Sendowo di masa itu memang punya suasana yang temaram. Sekelilingnya ada pepohonan rindang sekaligus ada pemakaman tionghoa yang cukup luas di sisi timur yang berbatasan dengan Kali Code.

Lapangan terbang Sekip aktif sejak 1927

Perihal tempat latihan menembak serdadu, Sudarno memang punya cukup banyak cerita. Namun, soal lapangan terbang sangat terbatas.

“Nggak ada yang bisa menjelaskan secara runut dan detail,” keluhnya.

“Dulu malah ada yang bilang kalau itu tempat persembunyian dari Belanda. Tapi entah sumbernya nggak jelas,” sambungnya dengan sedikit bingung.

Saya sempat menanyakan ke beberapa akademisi di bidang sejarah di UGM dan UNY, tapi belum mendapatkan jawaban terang. Pencerahan tentang landasan pacu di Sekip justru saya dapat dari Aga Yurista Pambayun, pegiat sejarah dari Komunitas Roemah Toea.

“Sebenarnya sudah lama ngulik, cuma baru benar-benar lengkap beberapa waktu lalu. Akhirnya aku unggah di Instagram Roemah Toea,” paparnya.

Peta udara yang menggambarkan lapangan udara dengan landasan rumput di Desa Sendowo yang kemudian di kenal dengan Sekip UGM ditahun 1931. (dok. Roemah Tua) MOJOK.CO
Peta udara yang menggambarkan lapangan udara dengan landasan rumput di Desa Sendowo yang kemudian di kenal dengan Sekip UGM ditahun 1931. (dok. Roemah Tua)

Berdasarkan penelusuran Aga melalui Bataviaasch Nieuwsblad, seorang perwira Militaire Luchtvaart-KNIL, M Pattist adalah sosok pertama yang menyadari potensi kawasan Sendowo. Saat itu ia sedang terbang dari landasan udara Magelang bersama koleganya beriringan tiga pesawat.

Menyadari potensi tanah lapang itu, ia kemudian mengunjungi Yogyakarta mengendarai mobil untuk melihat area lapangan tembak yang ternyata berada di Kampung Sendowo. Setelah merasa yakin bahwa lokasinya cocok, Pattist mengadakan audiensi dengan Residen Yogyakarta, Johan Ernest Jasper beserta jajarannya. Akhirnya persiapan untuk menggunakan landasan itu pun dimulai.

Hari pertama pesawat mendarat di Jogja

Saat itu status lapangan terbang Sekip adalah landingsterrein atau landasan rumput. Landasan itu punya dimensi sepanjang 620 meter dengan lebar 220 meter dengan alas tanah rata dan rerumputan. Kendati begitu, tetap cocok untuk sejumlah pesawat yang ML-KNIL gunakan saat itu.

Pendaratan pertama pesawat di Bandara Sendowo terjadi pada Jumat, 4 Agustus 1927 pagi. Tiga pesawat De Havviland DH 9 dengan nomor registrasi H.120, H.126, dan H.130 F resmi mendarat di sana. Aga berpendapat, hari itu menandai pertama kalinya ada landasan udara di Yogyakarta.

Bandara pertama di Jogja itu Bandara Sendowo bukan Maguwo.
Dua bersaudara Henk dan Hans Japin didekat pesawat latih type De Havilland DH-9_HW di lapangan terbang militer Andir Bandoeng 1935. Pesawat seperti inilah yang pertama kali mendarat di Bandara Sendowo atau kini kawasan Sekip UGM. (Sumber: Pinterest)

Baca halaman selanjutnya…

Sebab berakhirnya Bandara Sendowo 

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 20 Agustus 2023 oleh

Tags: JogjaLapangan terbang di Jogjasekip ugmUGM
Hammam Izzuddin

Hammam Izzuddin

Reporter Mojok.co.

Artikel Terkait

UGM.MOJOK.CO
Pendidikan

UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

18 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO
Esai

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO
Ragam

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO
Liputan

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Teknisi dealer Yamaha asal Sumatera Utara, Robet B Simanullang ukir prestasi di ajang dunia WTGP 2025 MOJOK.CO

Cerita Robet: Teknisi Yamaha Indonesia Ukir Prestasi di Ajang Dunia usai Adu Skill vs Teknisi Berbagai Negara

16 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
Pamong cerita di Borobudur ikuti pelatihan hospitality. MOJOK.CO

Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna

16 Desember 2025
Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025
UAD: Kampus Terbaik untuk “Mahasiswa Buangan” Seperti Saya MOJOK.CO

UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan

16 Desember 2025
Gedung Sarekat Islam, saksi sejarah dan merwah Semarang sebagai Kota Pergerakan MOJOK.CO

Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

20 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.