Oknum mahasiswa UNY menghujani Irwan abu rokok dan mengancam potong telinga
Tak sampai di situ. Irwan juga bercerita kalau beberapa orang juga menghujaninya dengan abu rokok. Kata Irwan, saat dirinya tengah melakukan pemindahan dan penghapusan data–sesuai instruksi Panwaslu–berapa orang menjatuhkan cecekan abu rokok ke wajahnya.
“Abunya itu, mereka menjatuhkannya ke badan saya. Kemudian ke kepala saya dan mengenai tangan kiri saya. Intensitasnya cukup lama,” kata Irwan.
Selama menjatuhi abu rokok, dengan arogan mereka juga menanyai Irwan. Seperti dia asalnya dari mana, anak siapa, hingga permintaan untuk memotong telinganya.
“Mereka ngomong dalam bahasa Jawa, ‘kalau telinga kamu saya minta satu buat gantungan kunci bagaimana?‘,” katanya.
Sejak mendapat perundungan, Irwan mengaku amat trauma. Bahkan dalam beberapa hari selanjutnya dirinya takut ketika hendak pergi ke Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM). Bahkan untuk sekadar salat saja, ia memilih berjalan ke mushola Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi (FIPP) demi menghindari Janu dan kawan-kawannya.
KPU Fishipol UNY sendiri telah mengumumkan hasil rekapitulasi suara pada Rabu (13/12/2023) lalu. Pasangan nomor urut 1 yang Janu dukung, yakni Argent dan Oktavia, menang dengan total 1.052 suara. Sementara jagoan Irwan, Roul-Awwab, hanya mendapat 711 suara. Itu pun masih harus dikurangi 30 persen karena sanksi Panwaslu.
Kata UNY masalah bermuara dari kesalahpahaman
Pihak kampus melalui Wakil Dekan Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni Fishipol UNY, Mukhamad Murdiono, membenarkan tindakan perundungan yang Irwan alami.
“Kami sudah cek. Kami lihat CCTV dan benar memang yang bersangkutan terlihat dikerubungi banyak orang dekat tembok. Namun, dari rekaman tersebut, kami juga belum bisa mengambil keputusan,” kata Murdiono kepada Mojok, Rabu (17/1/2024).
Setelah adanya laporan perundungan, kata Murdiono, pihak dekanat pun juga segera memediasi pihak-pihak yang terkait. Termasuk korban, terduga pelaku, dan panitia pelaksana Pemilwa Fishipol UNY.
Dari mediasi tersebut, dia menyebut kalau yang dilaporkan sebagai bullying tersebut sebenarnya hanyalah kesalahpahaman saja.
“Dari hasil pertemuan kami semua, pihak tertuduh mengakui telah menekan korban. Tapi tidak ada unsur kekerasan di dalamnya, hanya semacam diinterogasi saja. Kebetulan juga ‘kan antara korban dan terduga pelaku kubu di Pemilwa ini, jadi gesekan itu biasa. Perkara pun sudah berakhir damai,” sambungnya.
Minta mahasiswa UNY untuk lebih bijak
Meskipun telah damai, Murdiono cukup menyayangkan tindakan intimidatif dari terduga pelaku. Menurut dia, tidak selayaknya antarmahasiswa melakukan tindakan intimidasi, mengancam, atau bahkan melakukan kekerasan hanya karena berbeda pandangan politik.
“Ini mungkin bisa kita jadikan pembelajaran, proses pendewasaan. Jangan hanya karena pelaku itu 01 dan korban itu 02, lantas kita boleh menyerang mereka secara berlebihan. Apalagi ini lingkungan kampus,” ujar Murdiono.
Ia juga berpesan agar ke depan, mahasiswa bisa lebih bijak dalam memaknai kontestasi politik di kampus. Kata dia, harusnya mahasiswa jangan hanya melihat politik sebagai prosedural saja, tapi juga secara substansial.
“Jangan lihat politik itu hanya proses memilih saja, tapi maknai juga nilainya. Bagi saya perundungan tadi terjadi karena kita kurang bijak, seolah kontestasi politik hanya prosedural saja,” pungkasnya.
*bukan nama sebenarnya, mahasiswa UNY disamarkan identitasnya demi keamanan
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono