Wisuda itu nomor dua, lulus paling utama
Kisah itu lantas menjadi salah satu hal yang kerap Danar dan dosen lain di Ilmu Sejarah UNY sampaikan ke para mahasiswa. Bahwa jangan sampai menelantarkan kuliah sampai tidak bisa bertanggung jawab kepada orang tua yang telah memberikan dukungan finansial.
Selain itu, Danar beranggapan bahwa banyak orang tua memahami penanda kelulusan adalah wisuda. Padahal, sebelum itu ada prosesi sidang skripsi dan yudisium yang jadi penentu keabsahan lulusnya mahasiswa.
“Wisuda itu setelah lulus, jadi kita kan nggak mantau informasinya ke keluarga. Pihak program studi saja nggak ikut datang ke wisuda. Hanya level fakultas saja. Kalau yudisium baru kami mengawal,” paparnya.
Danar mengungkapkan bahwa ia enggan menyebut identitas mahasiswa secara terbuka. Hal itu lantaran kisah ini juga menjadi beban bagi keluarga mereka.
“Ya intinya ini jadi pembelajaran saja bagi para mahasiswa lain,” paparnya. Kisah mahasiswa UNY ini bahkan jadi urban legend di kampus ini, khusunya Jurusan Ilmu Sejarah. Dosen-dosen selalu menceritakan kisah kepada mahasiswanya sebagai pengingat agar cepat lulus.
Kisah serupa selain di UNY
Namun, kisah semacam ini ternyata tidak hanya terjadi di UNY. Pada akhir 2022 lalu, seorang mahasiswa Institut Agama Kristen (IAKN) Kupang berinisial YT juga terbukti membohongi orang tuanya. Ia mengundang orang tua datang ke wisuda padahal belum lulus.
Kala itu, YT tercatat sebagai mahasiswa semester 13 yang belum menyelesaikan skripsi. Mahasiswa ini bahkan nekad menggunakan atribut wisuda lengkap dan berpose layaknya seorang wisudawan. Kejadian itu dipergoki oleh dosen yang akhirnya menguak kondisi YT sebenarnya.
“Kejadiannya saat wisuda di Hotel Cahaya Bapa, Selasa (29/11/2022) lalu,” ungkap Ketua Panitia Wisuda IAKN Kupang saat itu, Martin Liufeto.
Keluarga YT datang menggunakan mobil bak terbuka bersama sanak saudara. Lebih parahnya lagi, ternyata keluarga lain yang tidak ikut datang juga sudah menyiapkan syukuran.
Wisuda penuh momen suka dan duka
Prosesi wisuda bagi banyak orang tua merupakan momen yang begitu dinanti. Tak jarang mereka menyiapkan waktu, tenaga, dan materi yang tidak sedikit. Tak heran jika acara itu jadi momen yang cukup penting meski sifatnya sebenarnya tidak wajib.
Dukanya, terkadang ada mahasiswa yang tidak mengikutinya dengan serius meski orang tua mereka sudah mengupayakan hadir. Salah satunya di IAIN Sultan Amai Gorontalo. Mahasiswa bernama Rivaldo Dullah bangun kesiangan padahal orang tuanya sudah menanti di kampus sepanjang prosesi wisuda.
Rivaldo baru bangun pada pukul 13.00 WITA saat acara wisuda sudah selesai. Sehingga, ia pun terpaksa melangsungkan wisuda seorang diri di ruang rektorat. Siang itu ia datang ditemani teman dan keluarganya.
Sebelumnya, orang tua Rivaldo sudah tiba di Gorontalo pada Rabu (30/8/2023), sehari sebelum wisuda. Mereka menginap di tempat kerabat terlebih dahulu. Nahasnya, setibanya di kampus keesokan harinya, anak mereka justru tidak menampakkan batang hidup sampai acara selesai.
Bukti bahwa wisuda jadi penting untuk orang tua juga terjadi di Universitas Muhammadiyah Malang. Kali ini, kisahnya cukup mengharukan. Pada wisuda Kamis (24/8/2023) lalu, wisudawan bernama Roy Inzaqhi Saputra diwakili oleh kedua orang tuanya. Sebab, pemuda itu meninggal dunia usai dinyatakan lulus kuliah.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Kisah Mahasiswa UNY Bertahan Hidup di Jogja Bermodalkan Rp250 Ribu per Bulan
Cek berita dan artikel lainnya di Google News