Nggak harus sejurusan
Saya sempat bertanya, apakah dia ada rencana untuk bekerja agar bisa membiayai S2-nya. Rafli berkata ada, tapi dia hanya mencari pekerjaan yang benar-benar untuk fresh graduate. Dia cerita kalau sudah melamar di BUMN dan perusahaan swasta. Untuk BUMN, dia menunggu panggilan wawancara, untuk perusahaan swasta, dia sudah dapat panggilan untuk interview.
“Kalo dapat kerjaannya nggak bakal S2 sih, Mas, karena ada kesempatan yang lebih terbuka untuk kerja.”
“Nggak apa-apa, Mas, kerja nggak linier?”
“Nggak apa-apa sih.”
Penyesalan ada, tapi untuk apa?
Hati boleh mantap, pikiran tegak menatap ke depan, tapi penyesalan, selalu melayang-layang, dan kadang hinggap sejenak. Rafli pun tak luput dari ini.
4 tahun menjadi mahasiswa jurusan hukum, tak bikin dia bahagia. Andai waktu bisa diulang, dia lebih memilih untuk kuliah di Ilmu Komunikasi, tempat yang benar-benar dia inginkan. Tidak di jurusan Hukum, yang bikin dia kebingungan di penghujung masa kuliah.
Kini dia lebih memilih untuk menjalani yang di depan saja. Penyesalan ada, tapi dia memilih untuk ambil kesempatan, sebab, hidup dalam penyesalan, bakal bikin dia stagnan.
Reporter: Rizky Prasetya
Editor: Hammam Izzudin
BACA JUGA Biaya Kuliah Jurusan Hukum di Kampus Jogja, Ada yang Capai Ratusan Juta
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.