Warung kopi di Jogja yang punya juru kunci
Demi membuat pelanggan tidak terbebani biaya tukang parkir, Cak Hanafi membuat kesepakatan sebelum menyewa lahan. Semua cabang Mato dan Secangkir Jawa menggunakan lahan yang disewa dari desa atau kelurahan. Menurutnya durasi sewanya beragam, mulai dari lima hingga dua puluh tahun.
“Sebelum sewa saya bilang. Saya maju (menyewa) kalau nanti tidak ditariki biaya parkir. Kalau ada warga yang mau menarik parkir, masuk saja ke warung, saya gaji tapi tidak narik dari pelanggan,” ujarnya.
Tak heran, hal itu membuat warung kopi ini jadi langganan banyak mahasiswa Jogja. Bahkan, sampai ada pelanggan yang dapat julukan “juru kunci”. Pasalnya, hampir setiap hari pasti nongkrong di mato kopi.
Warung kopi ini memang punya slogan “Senyaman Rumah Sendiri”. Frasa senyaman rumah sendiri ini memang begitu melekat. Saking nyamannya, kadang ada orang yang ke sini untuk sekadar memesan secangkir kopi lalu ditinggal rebahan tidur siang.
Bukan hanya mahasiswa, terkadang, saya juga menyaksikan pekerja hingga driver ojek online yang menjadikan Mato Kopi sebagai tempat istirahat saat siang hari.
Bagi Cak Hanafi, itu bukan persoalan. Ia ingin warungnya jadi tempat yang nyaman. Kadang, ketika harus menaikkan harga, ada rasa berat, mengingat orang-orang yang disebutnya “juru kunci” setiap cabang.
“Kadang kalau mau menaikkan harga kepikiran. Aduh nanti itu yang biasanya di pojok itu gimana. Keberatan nggak ya,” tuturnya.
“Tiap warung itu ada juru kuncinya. Oh itu-itu mesti yang di Selokan, itu mesti yang di Condongcatur. Memang kaya gitu di warung saya itu. Mungkin nyaman ya. Harga saya rasa sama lah dengan yang lain juga. Tapi saya lebih senang kalau buat nyaman,” pungkasnya.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Kisah Gedung-gedung Mewah Terbengkalai di Dekat Tugu Jogja, Hotel Belanda hingga Bank yang Bangkrut
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News