Richeese Jombang: indikator kemajuan
Desember 2024 lalu, saya sempat berbincang dengan pakar ekonomi dari Center of Reform on Economics (CORE), Yusuf Rendu Mantilet.
Belakangan, memang ada kecenderungan di tengah masyarakat—terutama Gen Z—yang menjadikan keberadaan ritel atau franchise modern sebagai indikator kemajuan suatu daerah.
Mudahnya begini, jika suatu daerah ada bioskop atau brand-brand besar yang selama ini identik dengan “brand kota” (seperti Richeese), maka daerah tersebut layak disebut maju.

Sebaliknya, jika tidak ada, maka daerah tersebut disebut tertinggal dan jauh dari peradaban.
Indikator itu tak pelak membuat anak-anak muda di suatu daerah kecil berharap agar di daerahnya kemasukan brand-berand besar nan terkenal. Karena tidak ingin daerahnya dianggap tertinggal.
“Padahal kita juga harus lihat, modernisasi itu tidak selalu mencerminkan pembangunan yang subtantif dan sustain,” ujar Yusuf.
Uang jajan harian yang nggak cukup
Menurut Yusuf, kemajuan daerah itu tidak bisa dilihat sebatas ada/tidaknya brand besar yang masuk ke sana. Lebih subtansial dari itu, yakni harus dilihat dari pondasi dasarnya: terjaminnya kesejahteraan masyarakat.
Yusuf menjelaskan situasi yang relevan dengan kondisi di Richeese Jombang.
Sangat wajar jika suatu brand besar di suatu daerah—apalagi daerah kecil seperti Jombang—hanya akan ramai di awal masa bukanya saja. Selebihnya berangsur sepi.
Lihat postingan ini di Instagram
“Ya karena pendapatan orang tua mereka atau pendapatan mereka sendiri tidak meningkat,” jelas Yusuf. Dengan kata lain, dalam konteks Richeese Jombang, kondisi keuangan masyarakat tidak memungkinkan mereka sering-sering makan di sana.
Maka, lanjut Yusuf, hal paling dasar dari kemajuan suatu daerah adalah bagaimana membuat masyarakatnya sejahtera lebih dulu. Salah satunya, dalam konteks jangka pendek, yakni dengan meningkatkan upah daerah bagi masyarakat.
Sebab, dengan upah layak, maka masyarakat punya peluang lebih besar dalam mengakses ruang-ruang yang selama ini identik dengan kultur orang kota/orang kaya.
Untuk konteks jangka panjang, lanjut Yusuf, berkaitan dengan bagaimana pemerintah daerah menciptakan lapangan kerja yang sifatnya bisa meningkatkan kesejahteraan jangka menengah dan panjang. Di saat bersamaan juga bisa menyerap angkatan kerja yang besar.
“Kalau kesejahteraan masyarakat setempat secara umum sudah meningkat, nanti akan ada efek bola salju. Investor akan masuk kembali. Dan itu lebih sustain,” tegas Yusuf.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Hanya karena Nggak Ada Mie Gacoan Bukan Berarti Daerah Saya Tertinggal, Ukuran Maju Tak Sereceh Itu atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan