Di rest area tol Cirebon km 207, ada beberapa warung empal gentong yang “asli” hingga “pelopor”. Pengendara yang singgah bisa memilih mana yang paling cocok dan paling asli di lidah masing-masing.
Meski harganya relatif lebih mahal, deretan warung makan di rest area tol jadi satu-satunya pilihan untuk mengganjal perut saat melakukan perjalanan panjang melintasi jalan bebas hambatan. Biasanya, banyak juga warung yang menyajikan kuliner khas daerah setempat di rest area tol.
Seperti pada Minggu (18/2/2024) lalu, pada perjalanan pulang dari Pandeglang Banteng menuju Jogja, mobil rombongan kondangan yang saya naiki berhenti di beberapa titik. Namun, paling lama di rest area tol Cirebon atau tol Palimanan-Kanci (Palikanci). Di sana, kami mencari santapan makan malam yang mantap agar bisa langsung istirahat ketika sampai Jogja.
Ada belasan warung di sana, tapi yang paling menyita perhatian tentu resto empal gentong yang memang jadi kuliner khas Cirebon. Warung penjaja empal gentong di sana relatif lebih besar ketimbang warung yang menjual jenis-jenis makanan lain.
Namun, kami sempat bingung karena dua warung penjual empang gentong yang ada sama-sama punya klaim terkait orisinalitas masakannya. Pertama ada Empal Gentong H Irwan yang punya dua tempat sekaligus di rest area tol Cirebon km 207. Di plang tertera tulisan “Pelopor Empal Gentong Cirebon”.
Selanjutnya, ada juga Empal Gentong Mbah Darpan. Meski warungnya lebih kecil, tapi ada juga plang bertuliskan “Empal Gentong Asli” sejak 1950 yang menarik perhatian.
Awalnya, kami coba datang ke warung H Irwan yang relatif lebih besar untuk menampung rombongan. Namun, ternyata semua meja sudah direservasi oleh rombongan lain. Akhirnya, pilihan kami pun jatuh ke warung Mbah Darpan.
Empal gentong Mbah Darpan di rest area tol Cirebon
Saya lantas memesan menu empal gentong. Ini pertama kali saya mencicipi masakan yang kuahnya mirip gulai. Isiannya berupa daging, babat, hingga usus sapi. Gentongnya tentu bukan gentong sungguhan melainkan mangkok.
Setelah pesanan datang, langsung saya cicip untuk menuntaskan rasa penasaran dan lapar. Ternyata, kuahnya cukup kental dan pekat. Gurihnya rempahnya terasa kuat dengan baluran bawang goreng yang menambah nikmat. Selain itu, potongan dan porsi dagingnya standar saja, tidak terlalu besar dan tidak pula tampak kurang-kurang.
Makan empal gentong, lebih lengkap kalau dipadukan dengan kerupuk dan sambal. Rasa lapar membuat seporsi habis dalam waktu singkat.
Seorang pekerja di warung ini, Ratna, bercerita bahwa saat ini Warung Mbah Darpan tidak buka cabang lain selain di rest area tol Cirebon km 207. “Dulu ada di dekat Stasiun Kejaksan Cirebon, sekarang tinggal di sini saja,” terangnya.
Selain itu, menurut Ratna, ciri khas warung ini terletak di kuahnya yang lebih kental dari warung lain. Santannya menggunakan parutan kelapa asli.
“Jadi kalau di sini racikannya langsung dari bos. Di warung tinggal memasak saja, nggak pegang bumbu,” kata karyawan yang sudah bekerja sejak 2017 ini. Hal tersebut jadi upaya untuk menjaga orisinilitas bumbu.
Sejarahnya, Warung Mbah Darpan berdiri di rest area tol Cirebon sejak 2010 silam. Dulunya, warung ini ada di dekat Stasiun Kejaksan Cirebon sejak 1950 sehingga pelanggan mengenalnya sebagai Warung Empal Bapak Darpan Stasiun Kejaksan. Selain empal gentong, ada menu tongseng, sate sapi, dan kambing.
Saat ini, usaha dari Pak Darpan telah diwariskan ke keturunannya yakni Ninik Achir. Ia berupaya menjaga orisinalitas masakan sesuai dengan cita rasa dari kakeknya.
Warung Mbah Darpan hingga H Irwan tentu bisa jadi pilihan saat singgah di rest area tol Cirebon. Masalah mana yang paling orisinal, tentunya masing-masing punya kisah dan sejarahnya tersendiri.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Tahu Guling Mbah Joyo: Berani Tolak Ajakan Presiden Soeharto dan Kerabatnya Gara-gara Suka Mabuk
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News