Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Kuliner

Rebusan yang Hangat untuk Jogja yang Dingin: Pak Jagung dan 27 Tahun ‘Merawat’ Warisan Desa dengan Berjualan Rebusan

Kiki Sofia Rista oleh Kiki Sofia Rista
30 September 2024
A A
Rebusan yang Hangat untuk Jogja yang Dingin: Pak Jagung dan 27 Tahun ‘Merawat’ Warisan Desa dengan Berjualan Rebusan.MOJOK.CO

Ilustrasi Rebusan yang Hangat untuk Jogja yang Dingin: Pak Jagung dan 27 Tahun ‘Merawat’ Warisan Desa dengan Berjualan Rebusan (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Selama 27 tahun, Pak Jagung setia mendorong gerobaknya berkeliling Jogja untuk menjual kacang, ubi, dan jagung rebus. Namun, penjual rebusan ini merasa usahanya ini tak sekadar untuk mencari nafkah, tapi sekaligus “merawat” warisan desanya.

***

Sore itu, Kamis (26/9/24), langit di Caturtunggal, Jogja, mulai menggelap seiring dengan matahari yang hampir terbenam. Bekas hujan masih terasa di udara, menyisakan hawa dingin yang begitu awet. 

Ketika tengah berjalan-jalan menyusuri trotoar, saya melihat uap dari motor gerobak berwarna biru tua. Di sampingnya, tampak seorang lelaki usia paruh baya yang tengah duduk nyaman. 

Saya pun menghampirinya, sambil berharap mendapat sesuatu yang bisa menghangatkan badan yang mulai merasakan hawa dinginnya Jogja. Setelah saya mendatanginya, lelaki paruh baya yang menjual aneka macam rebusan itu memperkenalkan diri. Hamid* (56) namanya. Namun, ia akrab disapa “Pak Jagung”.

Awalnya, saya tertawa karena namanya sedikit unik. Akan tetapi, nama itulah yang ia dapatkan selama hampir 27 tahun berprofesi sebagai penjual kacang, jagung, ubi, talas, dan pisang rebus di atas gerobak birunya.

Merantau dari Cepu ke Jogja untuk mengubah nasib

Kepada saya, Pak Jagung membuka cerita bahwa ia memulai usaha rebusan pada tahun 1997–tepat ketika krisis moneter melanda Indonesia.

“Dulu, harga jagung seribu rupiah bisa dapet lima buah,” kenangnya, Kamis (26/9/2024). Kini, sebuah jagung rebus dia hargai Rp4 ribu.

Rebusan yang Hangat untuk Jogja yang Dingin.MOJOK.CO
Pak Jagung meninggalkan kampung halamannya di Cepu, Blora, untuk menjadi penjual rebusan di Jogja. (Mojok.co/Kiki Sofia R)

Pak Jagung sendiri lahir dan besar di Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, kota yang biasa dikenal sebagai kota minyak. Sebelum menggeluti usaha rebusan di Jogja, ia adalah pedagang sembako dan kebutuhan pertanian di salah satu pasar di kota kelahirannya itu.

“Saya dulu jualannya ngedrop ke petani, bisa ambil dulu barangnya, bayarnya nanti kalau sudah panen,” kenangnya.

Meski semua petani menepati janji pembayaran, Pak Jagung merasa perlu mencari alternatif untuk masa depan yang lebih pasti. Sebab, Blora merupakan salah satu kabupaten termiskin di Jawa Tengah. Sulit untuk mencari penghidupan di sini.

Maka, ia pun memutuskan merantau ke Jogja, kota yang menjadi saksi perubahannya dari pedagang sembako menjadi penjual rebusan.

Menjual hasil panen petani yang langsung dipetik dari sawah

Sejak 1997 hingga sekarang, rutinitas Pak Jagung tak pernah berubah. Sejak pagi buta, ia sudah mengunjungi sawah untuk mengambil pasokan dagangan seperti jagung, ubi, kacang, dan talas dari para petani di Sleman.

“Biasanya beli borongan, satu patok sawah bisa dapat sekitar 1,5 truk jagung. Nanti saya ambil secukupnya tiap hari. Misalnya hari ini butuhnya 300, besok 300, besoknya 400, sampai habis di sawah,” jelasnya sambil merapikan barang dagangannya yang tertata di atas gerobak.

Iklan
Rebusan yang Hangat untuk Jogja yang Dingin: Pak Jagung dan 27 Tahun ‘Merawat’ Warisan Desa dengan Berjualan Rebusan.MOJOK.CO
Aneka rebusan yang dijual Pak Jagung. (Mojok.co/Kiki Sofia R)

Tak hanya mengurus persediaan, pada pagi hari itu juga, Pak Jagung menyetorkan jagung rebus ke para pedagang di pasar.

“Saya setor ke mereka, bahkan kadang saya juga ikut jualan di pasar kalau pagi. Gak ngerti, kok bisa gitu ya, saya nggak ada istirahat,” ujar penjual rebusan ini, sambil tertawa lepas.

Selain petani di Sleman, Pak Jagung juga memiliki jaringan suplai pisang dari Bojonegoro yang ia kelola bersama seorang teman. Semua ini menunjukkan betapa terorganisirnya usaha yang ia jalankan.

Mahasiswa selalu ‘menghabisi’ barang dagangannya

Setelah menyelesaikan rutinitas paginya, sore hari adalah waktu baginya untuk mulai berkeliling. Pak Jagung biasa berangkat berjualan dari rumahnya di Sinduarjo, Ngaglik, Sleman, pukul setengah empat sore. Ia baru akan pulang sekitar pukul 10 malam atau saat rebusannya sudah habis.

“Dulu sempat sampai jam satu malam, tapi sekarang anak-anak sudah melarang,” ujarnya sambil tertawa.

Menurut Pak Jagung, mahasiswa adalah segmen pembeli yang selalu melarisi dagangannya. Bahkan, ia berani mengatakan, tanpa kehadiran mahasiswa dagangannya sulit untuk habis.

“Pokoknya kalau mahasiswa pada libur, kacau deh,” katanya sambil tertawa. “Jogja itu kalau nggak ada mahasiswa, seperti kota mati,” tambahnya.

Ia juga menjelaskan, ketika musim hujan tiba biasanya dagangan Pak Jagung lebih cepat ludes diserbu pembeli.

“Musim hujan gini, banyak yang nyari camilan hangat,” ujarnya dengan senyum.

Pak Jagung dan ‘Paguyuban Jagung Rebus’

Selain berjualan, Pak Jagung juga mengungkapkan, bahwa ia pernah menjadi bagian dari komunitas “Paguyuban Jagung Rebus”. Komunitas itu terdiri dari para perantau asal Cepu, Blora, yang merantau ke Jogja untuk berjualan rebusan.

“Dulu, kami sering berkumpul dan saling berbagi cerita, seminggu sekali pasti main, tapi sekarang saya sudah tidak tahu mereka jualan di mana,” ujarnya sambil tersenyum mengenang masa-masa itu.

Rebusan yang Hangat untuk Jogja yang Dingin.MOJOK.CO
Aneka rebusan yang menjadi favorit mahasiswa. (Mojok.co/Kiki Sofia R)

Meskipun antarpedagang kini banyak yang tak saling mengenal, ia tetap merasa bangga akan keberadaan teman-teman seprofesi yang sama-sama berjuang di kota pelajar ini.

“Setahu saya, banyak orang Cepu di Jogja yang berjualan rebusan, tetapi saya tidak tahu ke mana arah mereka sekarang,” tambah Pak Jagung, menyiratkan kerinduan akan ikatan persaudaraan yang terjalin di antara para pedagang rebusan kala itu.

Berjualan rebusan bukan bisnis yang asal-asalan

Alasan Pak Jagung menjual kacang, jagung, pisang, dan ubi bukan hanya sekadar mencari nafkah untuk keluarganya. Bisnis ini bukan ia jalani secara asal-asalan, tetapi dengan penuh perhitungan.

“Tidak semua orang bisa jualan rebusan waktu itu,” ujarnya dengan penuh keyakinan. Dengan masih sedikitnya orang yang berjualan rebusan, Pak Jagung merasa bisnisnya akan cepat berkembang.

Berbekal relasi dari profesi sebelumnya, ia dapat memanfaatkan pasokan langsung dari petani. Dari hubungan inilah, ia mampu mempertahankan kualitas dagangannya.

Di awal penjual rebusan ini mengaku pernah mempekerjakan empat orang untuk membantu penjualan. Setiap hari, lima gerobak rebusan menyebar di beberapa wilayah. Namun, seiring kebutuhan hidup yang meningkat, ia memutuskan untuk mengakhiri kerjasama tersebut dan kini berjualan sendiri.

“Beban tanggung jawab terlalu besar, tempat tinggal, makan, juga masih gaji, jadi lebih baik sekarang jualan sendiri saja,” tuturnya.

Berjualan rebusan tak sekadar untuk cari uang

Bagi Pak Jagung, dagang bukan sekadar mencari uang. Ia juga ingin melestarikan warisan desa dengan menjaga kualitas produknya. Ia membawa produk alamiah langsung dari petani ke tangan para pembeli.

“Saya pernah ditanya kenapa nggak pakai cup-cup gitu, saya maunya alami aja. Ubi ya ubi, jagung ya jagung. Biar nanti kalau ada mahasiswa beli, bisa mengingatkan ke kampung halaman,” ujarnya penuh harap.

Rebusan.MOJOK.CO
Bagi Pak Jagung, berjualan rebusan tak sekadar mencari nafkah. Namun, itu sekaligus menjaga warisan desa. (Mojok.co/Kiki Sofia R)

Seperti usaha lainnya, berjualan rebusan juga memiliki tantangannya. Salah satu kendala terbesar yang dihadapi Pak Jagung adalah ketersediaan bahan baku saat musim kemarau. Ketika para petani gagal panen, ia pun ikut terdampak.

“Waktu itu pandemi sebenernya juga sangat mempengaruhi saya. Kan itu mahasiswa semuanya pulang ke kotanya, warga keluar rumah juga dibatasi, tapi waktu itu Alhamdulillah dagangan saya juga tetap habis, karena saya bawanya sedikit menyesuaikan kondisi,” kenangnya.

Namun, dalam setiap kesulitan, selalu ada hikmah yang ia syukuri. Rezeki tidak pernah terputus, dan ia merasa beruntung bisa tetap bertahan.

“Perdagangan itu kalau menurut saya tidak dapat dimatematika, dalam artian setiap harinya total penghasilan berapa. Soalnya rezeki itu ada buat teman, ada yang minta-minta, jadi kalau dikalkulasi semua misal 100 gitu nggak bisa,” ungkapnya dengan penuh kesadaran.

Penulis: Kiki Sofia Rista

Editor: Ahmad Effendi

Liputan ini diproduksi oleh mahasiswa Magang Jurnalistik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta periode September 2024.

BACA JUGA Cerita Penjual Angkringan di Jalan Gejayan Lulusan Kampus Informatika, Bahagia Menjadi Penolong Para Pekerja Jogja

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 30 September 2024 oleh

Tags: Cepujagung rebusJogjakacang rebuspilihan redaksirebusanslemanubi rebus
Kiki Sofia Rista

Kiki Sofia Rista

Artikel Terkait

Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO
Ragam

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO
Ragam

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO
Esai

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO
Ragam

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO

UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

18 Desember 2025
Kegigihan bocah 11 tahun dalam kejuaraan panahan di Kudus MOJOK.CO

Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

16 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
Pamong cerita di Borobudur ikuti pelatihan hospitality. MOJOK.CO

Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna

16 Desember 2025

Video Terbaru

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025
Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

10 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.