“Kenapa harus kuliah di PBI UNY kalau profesi guru tak lagi menarik?”
Pertanyaan ini sempat dilontarkan oleh kawan saya beberapa waktu lalu, melihat betapa menyedihkannya gaji guru serta hal-hal yang mereka alami selama bekerja. Saya sendiri tidak bisa menjawabnya karena pertama, prodi saya Sastra. Kedua, meski sama-sama berkuliah di jurusan pendidikan (jurusan Pendidikan Bahasa Inggris terbagi jadi dua prodi: pendidikan dan sastra), materi yang diterima jelas berbeda. Jadi, saya tak punya kapasitas untuk menjawab.
Hanya saja, saya merasa sedikit terganggu. Apakah hanya karena profesi guru tak menjamin, seketika jurusan PBI UNY jadi tak menarik? Atau bahkan, tak berguna?
Yang bisa menjawab tentu para lulusan PBI UNY. Banyak dari mereka yang bekerja di luar bidang pendidikan. Hal tersebut sudah menjawab sebenarnya, bahwa jurusan tersebut masih berguna. Tapi, kita tentu saja perlu jawaban yang lebih detil.
Didin Bakir (32), mahasiswa PBI UNY angkatan 2011, event organizer di Jogja, mengatakan bahwa jurusan PBI UNY tetaplah menarik meski profesi guru tak lagi menarik. Baginya, dia dapat kelewat banyak hal selama di sana yang membantunya dalam profesinya kini.
“Yang pertama tentu relasi. Aku kenal beberapa orang yang berpengaruh di hidupku ya gara-gara masuk PBI UNY. Kedua, jaringan. Jujur saja, aku sering dapat kemudahan dan posisi yang enak gara-gara aku alumni PBI UNY, bahkan meski pekerjaanku tak ada hubungannya dengan pendidikan.”
Relasi, jaringan, bisa didapat dari mana saja. Bagaimana dengan ilmunya?
English proficiency
Bagi Didin, salah satu ilmu terbaik yang dia dapat selama kuliah di PBI UNY adalah English proficiency dan logika pedagogik. Hal ini benar-benar membantunya dalam hidup.
“Aku dulu nggak pede berbahasa Inggris, tapi semenjak kuliah neng kono (PBI UNY), aku jadi ngerti kalau bahasa Inggris tuh nggak harus pake logat British yang ngomongnya a bo’oh o’ wo’ah (maksudnya a bottle of water dengan aksen British). Ngomong bahasa Inggris dengan aksen Indo pun nyatanya bisa.”
Untuk logika pedagogik, Didin mengaku bahwa hal tersebut begitu membantunya dalam pekerjaan. Didin mencontohkan, logika pedagogik bikin dia bisa memberikan brief atau arahan semisal dia ditunjuk jadi leader dalam timnya. Membuat orang jadi paham informasi itu ada ilmunya, dan pedagogik lah salah satunya.
“Termasuk kepada istriku sendiri, how you explain something to your wife, yo aku menggunakan logika-logika Pedagogik juga ben luwih lancar.”
Asa (28), mahasiswa PBI UNY angkatan 2014, yang juga guru sekolah mengatakan hal yang serupa dengan Didin. Jika mencari ilmu, PBI UNY benar-benar memberi yang dibutuhkan untuk para pengajar.
“Kalo dari akademik tuh buat yang passionate di ngajar Inggris bakal seru sih. Soalnya banyak matkul yang dosennya kasih kegiatan praktek yang bisa dijadiin referensi buat ngajar di kelas. Trus juga ada satu matkul yg menurutku seru bgt yaitu CCU, soalnya selain belajar banyak budaya dari negara lain juga ada table manner hahahaha.
“Ada juga English for Children yang tiap kuliah isinya hahahihi, bernyanyi, dan menari wkwkwk.”
Konsentrasi lainnya
Bagi yang gamang perkara mau melanjutkan jadi guru atau tidak, Asa menambahkan masih banyak mata kuliah yang membantu mahasiswa survive di luar. Konsentrasi seperti Business dan Linguistics bisa dipilih misalkan tak terlalu minat jadi guru.
“Dulu aku konsentrasi Business dan ada magangnya, wkwk. Ini seru soalnya aku magang di radio dan kudu siaran dong.”
Ngomong-ngomong tentang jadi guru atau tidak, saya coba tanya jujur pada Didin dan Asa, apakah mereka masih merekomendasikan jurusan ini untuk para mahasiswa yang tak minat-minat amat jadi guru.
Untuk Asa, dia tidak begitu menyarankan, sebab masih sedikit loker selain guru untuk jurusan pendidikan. Baginya, mending daftar Sastra Inggris sekalian, peluangnya lebih lebar. Tapi Didin punya jawaban berbeda.
PBI UNY tetap worth, sekalipun tak jadi guru
Baginya, jurusan PBI UNY tetaplah worth karena kemampuan berbahasa Inggris tetap laku di mana-mana. Mau lanjut S2 cross study pun bisa, dan gampang. Didin menekankan bahwa belajar bahasa Inggrisnya lah yang jadi poin penting.
Berbeda dengan Asa, Didin malah punya pandangan bahwa kalau memang fokusnya jadi guru, baginya masih banyak kampus lain yang lebih baik. Tapi jika yang dicari adalah perkara English proficiency, dia berkata tempat ini tepat.
Didin berkata jika memang sudah nyemplung ke jurusan ini, tak perlu dengerin mereka yang berkata miring pada jurusan ini. Meski profesi guru tak menarik, bukan berarti jurusan pendidikan tiba-tiba jadi nggak worth. Saya bertanya pada Didin, apa yang harus dilakukan jika ada yang ragu dengan jurusan ini.
“Menurutku, keraguan ini timbul biasanya karena alasan eksternal. Ya cerita-cerita orang lah, reels lah, atau desakan orang tua atau yang lainnya. Menurutku, ketika benar itu karena alasan eksternal, masa bodoh lah, yang memilih jurusan ini juga bukan mereka, yang akan menanggung akibat dari hasil kuliah iki sesok yo dudu mereka.”
“Pokoknya aku sama sekali nggak menyesal kuliah di PBI UNY.”
Reporter: Rizky Prasetya
Editor: Hammam Izzudin
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.