Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas

Jogja Gelut Day Disambut Antusias, Jawara Klitih Bakal Berlaga di MMA

Arif Hernawan oleh Arif Hernawan
27 April 2022
A A
jogja gelut day mojok.co

Jogja Gelut Day (IG @jogja.gelut)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Ajang untuk menampung bakat berkelahi anak muda Yogyakarta, Jogja Gelut Day, diminati ratusan orang. Sebagai salah satu solusi mengatasi klitih, ajang ini akan membina anak muda sebagai atlet beladiri profesional.

Hal itu disampaikan pihak Humas Jogja Gelut Day, Arawinda, dalam diskusi daring ‘Mencari Alternatif Penanganan Kejahatan Jalanan yang Ramah Kaum Muda’, gelaran Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (27/4).

Jogja Gelut Day dicetuskan oleh musisi Erix Soekamti dan menggandeng komunitas Mix Martial Art (MMA), termasuk melibatkan para pemain dan praktisi cabang beladiri campuran asal Jogja. “Kami coba mengakomodasi dan menjadi ajang aktualisasi juga sebagai upaya penanggulangan dan preventif kejahatan jalanan. Ini yang mampu kami lakukan,” ujar Arawinda.

Dengan tagline Nek wani ojo wedi-wedi, nek wedi ojo wani-wani, pendaftaran Jogja Gelut Day yang telah dibuka gratis sejak 12 April lalu hingga 30 April nanti. Dengan target peserta 500 orang, saat ini peserta yang telah mendaftar sekitar 480 orang. “Turnamen ini sifatnya terbuka. Semua orang bisa ikut dan akan mendapat pembinaan,” ujarnya.

Menurut Arawinda, pertandingan akan mengacu pada aturan MMA internasional. Pertarungan akan terbagi dalam empat kategori yang akan dibagi sesuai jenis kelamin, usia, dan pengalaman peserta.

Pertarungan akan berlangsung dua ronde, dengan masing-masing 1,5 menit, dan akan dipimpin wasit MMA bersertifikat. Setelah serangkaian laga, final Jogja Gelut Day akan digelar 30 Juni.

“Peserta remaja juga harus didampingi orang tua, wali, atau pelatih dan juga harus ada surat izin orang tua dan surat keterangan kesehatan,” katanya.

Arawinda menjamin perkelahian di ajang ini aman. Secara teknis, peserta juga harus mengenakan kostum dan pengaman tubuh, seperti protector, pelindung mulut, baju olahraga ketat, bahkan mengakomodasi peserta perempuan berhijab.

“Aturan jelasnya dari internasional. Kami juga sudah sosialisasi sebelum pertandingan. Ini tidak asal bertanding tapi ada aturannya,” tandasnya.

“Panitia juga menyediakan tim medis saat pertandingan. Skala risiko akan kami kecilkan. Sekiranya membahayakan akan disetop,” katanya.

Arawinda menyatakan, juara dan peserta yang berbakat akan diberi kesempatan terjun ke dunia beladiri professional. “Mereka akan ditarik untuk mendapat pembinaan supaya naik ke jenjang lebih tinggi seperti di MMA,” ujarnya.

Menurutnya, selain mendapat peluang dan apresiasi, termasuk popularitas yang diidamkan anak muda, emosi mereka juga dapat disalurkan. “Emosi mereka akan ditekan supaya tidak sembarangan. Kalau terus latihan, itu terbukti di atlet beladiri kita,” kata dia.

Ajang ini sekaligus menjadi kesempatan olahraga beladiri yang selama ini susah mendapat tempat di kaalangan anak muda dan sekolah untuk unjuk gigi, bahkan menjaring atlet baru. “MMA selama ini lekat dengan kesan sadis, padahal sudah terbukti aman,” ujarnya.

Jogja Gelut Day juga akan dihelat sebagai sportainment dan sportourism yang berkelanjutan, bahkan bakal digelar empat kali dalam setahun.

Iklan

“Istilah kami jadilah gento atau preman yang terhormat dan diakui. Maksudnya, kita punya cara sendiri kalau mau melampiaskan emosi, punya tenaga berlebihan, yakni dengan output sebagai anak muda berprestasi di bidang beladiri,” tutur Arawinda.

Ajang ini agaknya selaras dengan penjelasan Oki Rahadianto, Direktur YouSure (Youth Studies Centre), lembaga studi tentang anak muda yang dibentuk Fisipol UGM. Menurutnya, selama ini soal klitih di Jogja dipandang dengan perspektif defectology.

“Pandangan ini melihat apa yang salah dengan anak muda. Padahal cara pandang yang bisa dihadirkan adalah dengan melihat dari perspeksitf anak muda sendiri,” tuturnya.

Ia memaparkan bahwa kejahatan jalanan oleh anak muda Jogja tak lepas dari situasi transisi. Bukan hanya perubahan pada diri anak muda sendiri, melainkan juga perubahan di lingkungan dan dunia, termasuk disrupsi teknologi hingga kesenjangan sosial. “Ini bukan hanya masalah lokal, tapi juga fenomena global,” katanya.

Reporter: Arif Hernawan
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Yogya Pernah 12 Kali Diguncang Gempa Dahsyat, Abdi Dalem Keraton Gelar Simulasi dan kabar terbaru lainnya di KILAS.

Terakhir diperbarui pada 27 April 2022 oleh

Tags: jogja gelut dayklitihmma
Arif Hernawan

Arif Hernawan

Jurnalis, penikmat film & musik.

Artikel Terkait

Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO
Catatan

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
10 Tahun di Jogja, Mental Orang Jombang Ambruk karena Klitih MOJOK.CO
Esai

Setelah 10 Tahun Merantau di Jogja, Orang Jombang Malah Trauma dengan Berita Buruk Khususnya Pembacokan dan Klitih

1 April 2025
Jogja Pusat Semesta? Pantas Dunia Ini Banyak Masalah MOJOK.CO
Esai

Jogja Adalah Pusat Alam Semesta? Pantas Dunia Ini Ruwet dan Banyak Masalah

29 Januari 2025
Resolusi Polda DIY 2025 dari UGM: atasi kejahatan jalanan di Yogyakarta tidak hanya pakai pendekatan hukum MOJOK.CO
Aktual

Resolusi Polda DIY dalam Hadapi Kejahatan Jalanan Jogja 2025: Pendekatan Hukum Bukan Satu-satunya

31 Desember 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.