“Lah kami ini biasa megang sutil (spatula) buat masak, nggak terbiasa pegang hakpen (jarum rajut). Mohon maklum lah ya kalau lama jahitnya, karena baru belajar,” ucap Tina Rahayu, salah satu peserta pelatihan UMKM merajut gratis di gedung UPTD PLUT KUMKM Kota Semarang pada Jumat pagi (26/9/2025).
***
Tina adalah satu dari puluhan ibu-ibu di Kota Semarang yang bersemangat mengikuti pelatihan gratis dari Dinas Koperasi dan UMKM (Dinkop UKM) Kota Semarang, meski awalnya kesulitan. Ia dan ibu-ibu lainnya terlihat kompak menggunakan pakaian berwarna merah dan hitam.
Ada yang fokus memperhatikan jahitannya, ada yang nyambi bercengkrama dan tertawa, ada pula yang disuruh maju ke depan seperti Tina untuk menyampaikan kesan pesannya selama pelatihan.
Tina berujar, meski susah-susah gampang, ia mengaku tak ada hobi lain yang lebih menyenangkan dari merajut. Merajut adalah terapi baginya. Lebih dari itu, merajut juga dapat meningkatkan ekonomi keluarga jika hasilnya laku di pasaran.
Merajut jadi hobi “murah” di kalangan emak-emak Kota Semarang
Sejatinya, Tina baru pertama kali ini mengikuti pelatihan merajut dari Dinkop UKM Kota Semarang. “Serius, baru kali ini saya pegang hakpen jadi amat sangat grogi dan takut. Wong bikin (pola dasar) rantai saja saya nggak bisa, tapi di sini pelan-pelan saya diajarin sama mentornya,” ucap perempuan berusia 50 tahun tersebut.
Ketertarikan Tina dengan kegiatan merajut bermula dari ketidak sengajaannya melihat sang kakak merajut sambil berpaling melakukan sesuatu yang lain. Misalnya, merajut sambil menunggu masakan matang, menunggu cucian kering, atau sekadar menonton TV.

Tina yang penasaran akhirnya minta diajari oleh kakaknya, tapi beberapa kali mencoba ia selalu gagal. Namun, karena kegagalan itulah ia jadi makin bersemangat.
“Saya itu ingin bisa, terus carilah tutorial di Youtube tapi ternyata nggak mudah dengan apa yang saya bayangkan. Mangkanya saya cari informasi pelatihan offline. Terus nemulah program dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang, One Village One Product ini, apalagi ini gratis,” tutur Tina.
Selain gratis, Dinkop UMKM juga memfasilitasi kebutuhan mereka seperti kain dan benang. Terlebih, kata Tina, biaya pengeluarannya juga tidak mahal malah untung jika produknya dijual.
Meningkatkan kesehatan lansia
Pelatihan merajut gratis dari Dinkop UKM Kota Semarang juga menarik minat Retnaningrum (58), yang sebetulnya sudah menggeluti dunia merajut sejak kecil. Retna, sapaan akrabnya mengaku lebih suka berkomunitas ketimbang merajut sendirian di rumah. Sebab ia jadi bisa mengobrol dan berbagi ilmu dengan ibu-ibu di Kota Semarang.
“Di sini itu kami diberi target. Jadi kadang-kadang kami harus maraton dalam sekian hari sehingga harus saling membantu,” ujar Retna.
“Misal, kami diminta merajut sarung bantal dalam satu kelompok yang berisi anggota 5 orang tapi tentu ada yang prosesnya lambat dan ada yang cepat karena sudah bisa dari awal,” lanjutnya.
Suasana guyub dan saling mendukung itulah yang membuat Ratna jadi bermakna di usianya yang semakin senja. Merajut, kata Retna, dapat meningkatkan imajinasinya hingga mencegah kepikunan dini.
“Karena saya sekarang kegiatannya full ibu rumah tangga, dengan merajut sambil mendengarkan musik saya bisa mengatasi kejenuhan,” ujarnya.
Jadi selingan pekerjaan masyarakat sekitar
Tak hanya bermanfaat bagi kesehatan, kegiatan merajut juga membantu meningkatkan perekonomian warga Kota Semarang. Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Semarang, Margaritha Mita Dewi Sopa berharap pelatihan tersebut dapat mengurangi dampak kemiskinan ekstrem.
“Pelatihan ini dapat meningkatkan pendapatan dari masing-masing orang. Supaya nanti bisa dimanfaatkan sebagai wirausaha. Jadi sasarannya itu bisa masyarakat umum atau pelaku usaha di bidang handycraft,” ujar Mita saat ditemui Mojok di gedung UPTD PLUT KUMKM Kota Semarang, Jumat (26/9/2025).
Selain pelatihan merajut, Dinkop UKM Kota Semarang juga mengadakan kelas tata boga, merias, hingga barista. Pesertanya pun macam-macam, jika kegiatan merajut diikuti oleh-oleh ibu-ibu, maka kelas barista ditujukan kepada anak-anak muda.
Mereka yang tergabung dalam pelatihan biasanya sudah terdaftar di aplikasi Sistem Informasi Usaha Mikro atau Si UMI Kota Semarang. Di mana, mereka mendapat pengetahuan tentang cara memperoleh sertifikat halal hingga bimbingan memasarkan produk ke mitra dinas serta galeri UMKM.
“Kami gandeng juga mereka agar bisa ikut pameran. Tak hanya di Kota Semarang tapi juga di luar kota seperti Jakarta,Surabaya, Malang, bahkan luar negeri,” jelas Mita.
Dukungan dari Pemerintah Kota Semarang
Antuasis warga Kota Semarang dalam mengikuti pelatihan pengembangan UMKM, menurut Mita, sudah tak perlu dipertanyakan. Baik dari yang belum punya usaha maupun yang akan atau sudah membuat usaha.
Semangat itulah yang menghantarkan Kota Semarang mendapat penghargaan sebagai “Daerah Peduli Pengembangan UMKM dan Potensi Sumber Daya Lokal” dari Kompas TV. Hal itu juga yang menjadi amunisi bagi Dinkop UKM Kota Semarang untuk selalu berinovasi terutama dengan meningkatkan digitalisasi.
“Kami semakin gencar memberikan edukasi tentang pembuatan konten digital marketing. Tidak hanya di media sosial seperti Instagram tapi juga TikTok,” ujar Mita.
Tak hanya fokus memajukan UMKM Kota Semarang, Dinkop juga sedang gencar-gencarnya mengajak warga mendukung Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih. Harapannya program yang digalakkan pemerintah pusat tersebut menjadi salah satu ujung tombak pengurangan angka kemiskinan.
“Warga dapat menjadi anggota operasinya. Kalau warga sejahtera, imbas kebermanfaatannya nanti ke masyarakat sekitar juga di mana daya beli semakin meningkat.” kata Mita.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Pensiun dari Guru, Raup Puluhan Juta dengan Menganyam Bambu di Minggir Jogja atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.