Namun, lagi-lagi kegagalan melandanya. Hingga akhirnya, pilihannya hanya kampus swasta. Berhubung dulunya ia SMA di Jogja, banyak temannya yang berkuliah di UMY. Sehingga, ia menjatuhkan pilihan terakhir ke sana.
Lulus dari UMY tidak seindah yang dibayangkan
Menurutnya, masa perkuliahannya di UMY tidak seburuk saat kuliah IPB. Meski bukan tergolong mahasiswa yang rajin dan cemerlang di kelas, tapi nilainya tidak bermasalah dan tidak mengulang mata kuliah.
Ada masa-masa ketika ia malas. Namun, berhubung pernah gagal kuliah di IPB, ia jadi terpantik untuk menuntaskan tanggung jawabnya menjadi sarjana.
Akhirnya, ia lulus pada akhir 2023 silam. Namun, ternyata dunia setelah perkuliahan juga tidak seindah yang ia bayangkan. Terkhusus, karena ia menyandang gelar Sarjana Ilmu Komunikasi.
Menurutnya, di berbagai bidang pekerjaan yang sebenarnya linear, lulusan ilmu komunikasi harus bersaing dengan orang-orang dari berbagai jurusan lain. Pasalnya, basis pertimbangan untuk bekerjanya kadang-kadang lebih menekankan pada skil, pengalaman, dan portofolio.
“Skillnya harus kuat dan mumpuni. Soalnya jurusan ini tuh terlalu umum, banyak saingan dari luar,” keluhnya.
Hingga lebih dari setengah tahun pulang ke kampung halaman di Surabaya, Ula masih kesulitan dapat pekerjaan. Namun, ia terus berjuang mendaftar berbagai kerjaan. Sambil terus mengasah kemampuannya di bidang yang ia tekuni.
Kendati begitu, ia mengaku tak menyesali keputusannya pindah ke UMY. Meski perjuangannya masih berat setelah lulus, jika bertahan di IPB, ia berpendapat mungkin saja malah tidak lulus sama sekali.
* Bukan nama sebenarnya.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Penyesalan Tolak IPB Demi Masuk ITS Surabaya, Berakhir Telat Lulus 7 Tahun Penuh Kisah Tragis
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News