Orangtua kerja mati-matian karena anak termakan gengsi jadi mahasiswa
Mei 2024 lalu, Mojok mendapat cerita nyaris serupa dari Nirina (25), perempuan asal Lamongan, Jawa Timur. Dia menceritakan perihal adiknya yang menurutnya keterlaluan.
Adik Nirina gagal lolos SNBP maupun SNBT 2023 di kampus negeri Surabaya yang dia incar. Alhasil, dia memaksakan diri untuk ikut SPMB mandiri yang sudah kasat mata akan berbiaya mahal.
Nirina menyarankan sang adik untuk kuliah di UIN Surabaya yang dalam hitungannya relatif lebih mudah. Tapi adik Nirina menolak dengan alasan teman-temannya tidak ada yang kuliah di UIN.
Pada suatu malam, terjadilah kumpul keluarga antara Nirina, sang adik, dan kedua orang tuanya. Di momen itu bapak Nirina menyatakan tak sanggup jika harus membiayai kuliah adik Nirina karena biayanya terlampau besar untuk ukuran kuli bangunan seperti bapak Nirina.
Tapi sang adik sampai ngambek berhari-hari. Jarang keluar kamar. Jarang mau makan. Dan mendiamkan seisi rumah. Sehingga, mau tidak mau bapak Nirina mengiyakan keinginan Nirina unutk kuliah.
“Saat kuliah adikku sudah jalan satu bulan, bapak langsung berangkat ke Batam (Kepulauan Riau) untuk mencari kerjaan. Lalu ibuk nyusul kerja, jadi pelayan di salah satu warung bakso di sini (Lamongan). Masih milik saudara,” ucap Nirina saat itu.
Balas dendam di kemudian hari
Kembali ke cerita Giri. Dia akhirnya kembali ke Semarang. Kerja di sana dari 2022 hingga sekarang.
Saat ini Giri sengaja membelenggu hatinya dengan perasaan bayar jasa pada orangtuanya. Meskipun dia tahu belaka, sampai kapanpun, jasa orangtua tidak akan pernah bisa dibayar tuntas olehnya,
“Aku selalu menyisihkan gajiku untuk kukirim ke rumah,” ungkap Giri. “Kalau aku pulang, kuajak bapak-ibu makan-makan enak. Beliin ibu emas buat investasi.”
Setidaknya, itu bisa mengurangi rasa bersalah Giri karena sudah menyusahkan orangtuanya, membebani pikiran sang bapak sejak pengumuman SNBP hingga lulus Kuliah.
“Buat calon mahasiswa baru, kamu boleh punya mimpi kuliah. Tapi pertimbangkan juga batas kemampuan orangtuamu. Jangan paksakan diri,” pesan Giri kepada calon mahasiswa baru yang baru saja lolos SNBP 2025.
Kalau toh ngotot pengin kuliah tapi kondisi keuangan orangtua tidak begitu mapan, maka pesan Giri, ada baiknya punya kesadaran untuk mencari beasiswa seperti KIP Kuliah atau bahkan kuliah sambil kerja. Jangan malah sepenuhnya bergantung pada kiriman orangtua.
“Mereka di rumah sudah banyak ngempetnya. Nahan-nahan diri biar nggak asal pakai uang. Kalau ada uang disimpan buat dikirim ke anak di perantauan. Kalau kita terus minta, apalagi nggak punya kesadaran berhemat juga, orangtua sampai ngutang-ngutang,” pungkas Giri.
Anak lolos SNBP, bapak tak rela ditinggal anak pergi
Pada 2021 lalu, Aco Tenriyagelli merilis sebuah film pendek berjudul “We” adaptasi dari single Juang Manyala, Cholil Mahmud, dan Gardika Gigih. Film ini menggambarkan relasi anak perempuan (Adin yang diperankan Rachel Amanda) dan bapak (diperankan Rifnu Wikana).
Film ini dibuka dengan momen mendebarkan saat Adin mengajak ibu dan bapaknya membuka laptop, menanti pengumuman kelolosan kuliah (kalau istilah sekarang ya SNBP).
Adin gembira bukan main saat dinyatakan lulus. Menangis haru di pelukan ibunya.
Di titik itu, sang bapak yang awalnya turut gembira, tiba-tiba air mukanya berubah. Menjadi penuh kegamangan: ada perasaan bangga karena sang anak keterima kuliah di kampus impiannya (Universitas Indonesia).
Namun, di sisi lain, ada perasaan nelangsa karena setelah itu sang anak akan berkelana nun jauh dari dekapannya. Hingga akhir, film ni menggambarkan betapa nelangsanya batin sang bapak saat berpisah dengan anak perempuannya.
Selain persoalan biaya, ketika orangtua tahu anaknya lolos seleksi kuliah—seperti SNBP, ada kenelangsaan lain berupa tidak siap berjarak dang sang anak.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Mantap Kuliah PGSD meski Prospeknya Suram, Buktikan Profesi Guru SD Tak Patut Diremehkan atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan












