Penempatan jendela kamar kos yang tidak tepat
Nok (25) juga pernah mengalami hal serupa waktu berkuliah di Jogja. Ia pernah menetap di salah satu kos di Kecamatan Depok, Sleman pada 2022. Kos yang ia tempati adalah kos kosongan berukuran kira-kira 3×4 meter. “Fasilitas kamar mandi luar dan dapur bersama. Listrik beda lagi, no wifi,” jelasnya, Selasa (7/5/2024).
Kamar Nok kebetulan berada di ujung. Sudah di ujung, kamarnya hanya dilengkapi satu jendela saja. Dan jendela satu-satunya ini tidak terlalu berguna. “Jendelanya enggak menghadap ke arah angin berembus dan gak ada sinar Matahari. Kalau buka pintu juga tetap aja anginya enggak kerasa. Sampai-sampai kalau di kamar, kipas angin harus nyala terus-terusan,” keluh Nok.
Perempuan asal Bandung ini juga bercerita kalau ia pernah menetap di asrama UGM Bulaksumur. Sirkulasi udara di asrama berbanding terbalik dengan kosnya. “Kalo di situ sirkulasi udaranya enak karena ada dua jendela dan satu jendela menghadap ke arah yang angin dan Matahari bisa masuk,” jelas Nok.
Di salah satu tweet-nya, Nok membagikan pandangannya mengenai kos yang punya sirkulasi udara baik. Sepengalamannya, kos yang sirkulasi udaranya beres itu beberapa kos eksklusif yang biaya sewanya sampai di atas satu juta per bulannya dan asrama UGM—bukan kos.
Memaklumi kondisi kos
Meski panas, Akhyar merasa kos-kosannya tergolong cukup nyaman. “Kalau dibilang nyaman, saat itu cukup nyaman karena hitungannya kosan baru jadi,” jelasnya. Selain itu, menurutnya fasilitas yang ia terima cukup sepadan dengan biaya sewanya. “Garasi meminimalisir maling kendaraan, dekat dengan perumahan warga, dan harganya yang lumayan murah untuk kos kosongan gratis listrik,” jelas Akhyar.
Akhyar menjelaskan kalau saat itu rata-rata kos kosongan dengan listrik bisa sampai 700 ribu. Ia hemat sekitar 300 ribuan. Selain itu, hal lain yang membuatnya nyaman adalah kondisi kos di malam hari yang tidak panas. “Kalau malam gak terasa panas karena dulu cuacanya gak sepanas sekarang,” tambahnya.
Begitu juga dengan Nok. Meski gerah, pengap, dan membuatnya tidak nyaman, ia maklum dengan kondisi kamar kosnya karena biaya sewa. “Tidak terlalu nyaman. Jadi gampang stres kalo diam di kamar terus. Tapi mengingat biayanya segitu, jadi, ya, maklum aja,” ujar Nok. Ia membayar sewa 5,5 juta untuk satu tahun. Sekitar 460 ribu per bulan.
Mungkin sudah banyak kos yang menerapkan listrik dan wifi gratis beserta kamar mandi dalam sebagai standar baru kos-kosan. Namun, hal mendasar seperti sirkulasi udara yang memadai semestinya lebih menjadi prioritas bagi para pemilik kos berapa pun biaya sewanya. Dan ini tidak hanya untuk DIY, tapi seluruh daerah yang banyak perantaunya.
Reporter: Voja Alfatih
Editor: Hammam Izzudin
BACA JUGA Nestapa, tapi Rela: Tinggal di Kos Murah Rp125 Ribu per Bulan di Jogja
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.