Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Kampus

Dapat Kelompok KKN “AFK” dan “Nggak Napak Tanah” Itu Seburuk-buruknya Nasib: Merepotkan Teman dan Warga Cuma Demi Nilai A

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
17 Juni 2025
A A
mahasiswa kkn.MOJOK.CO

Ilustrasi - Dapat Kelompok KKN “AFK” dan “Nggak Napak Tanah” Itu Seburuk-buruknya Nasib: Merepotkan Teman dan Warga Cuma Demi Nilai A (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Bagi banyak mahasiswa, KKN adalah momen yang menyenangkan. Sebab, selalu ada cerita haru sekaligus bahagia dalam setiap momennya. Baik itu antarteman kelompok KKN, maupun dengan warga desa tempat kegiatan itu berlangsung.

Salah satunya, ini dialami Adin (25), mahasiswa UGM yang merasa “tercerahkan” berkat KKN. Baginya, yang selama ini hidup di gemerlap kota, kesenjangan itu tidak ada. Dalam kepalanya, fasilitas publik yang diberikan kepada warga oleh negara sudah merata.

Namun, gara-gara tiga bulan mengikuti KKN di desa, ia jadi paham bahwa masih banyak tempat di Indonesia yang belum “diperhatikan” oleh negara.

“Jalan masih rusak. Aksesnya susah. Bahkan, nyaris tiap malam ada momen mati listrik. Kami jadi membayangkan betapa susahnya menjadi warga di desa tersebut,” ujarnya, Selasa (17/5/2025).

Alhasil, ia pun belajar banyak dari KKN. Kegiatan ini mengajarkan pentingnya kehadiran negara dan bagaimana solidnya warga dalam menghadapi ketidakhadiran negara di tempat mereka.

Namun, beda soal kalau teman KKN “AFK”

Sialnya, pengalaman jauh berbeda dialami Nita (24). Mahasiswa salah satu PTN di Jogja ini menyebut, tak ada keseruan yang ia rasakan selama mengikuti KKN pada 2024 lalu. 

Persoalannya, kata Nita, karena teman kelompoknya itu “AFK”. Dalam istilah game, AFK atau away from keyboard berarti pemain sedang tidak berada di depan komputernya atau tidak aktif berpartisipasi dalam permainan, meskipun karakternya masih ada di dalam game.

“Nah, kalau dalam KKN, AFK ini ibarat fisik mereka ada di lokasi KKN, tapi kontribusi sama sekali nggak ada. Badan ada di posko, tapi ide sama tenaganya nol,” kata dia, bercerita kepada Mojok, Senin (16/5/2025).

Cuma muncul di sesi foto

Jangankan inisiatif, untuk sekadar mengerjakan sesuatu saja kudu “disuapi” dulu. Bahkan, kata Nita, kalau pun dikerjakan, hasilnya kurang maksimal karena dilakukan dengan ogah-ogahan.

“Belum lagi kalau banyak alasan. Disuruh ini, alasannya itu. Disuruh itu, cari alasan lain. Ujung-ujungnya teman lain yang mengerjakan,” geramnya.

Yang lebih menyebalkan lagi, orang-orang AFK ini paling semangat saat ada sesi foto atau pembuatan konten video. Kata Nita, kontribusi mereka nggak ada, tapi dokumentasinya di mana-mana.

“Diajak kerja bakti ngilang di pojokan, tapi giliran sesi dokumentasi, paling semangat. Tiba-tiba sudah ada di depan aja.”

Teman KKN yang kalau diingatkan marah, tapi kalau didiamkan cuma rebahan

Potret teman KKN yang demikian menjadi “makanan sehari-hari” Nita selama tiga bulan menjalani kegiatan itu 2024 lalu. Masalahnya, teman KKN dengan kelakuan minus itu tak cuma satu atau dua, tapi banyak.

Nita dan teman-temannya beberapa kali mengingatkan secara baik-baik untuk lebih aktif dan kontributif. Namun, gara-gara ucapan itu, biasanya mereka baper dan memengaruhi suasana kelompok.

Iklan

“Abis itu biasanya langsung saling diem-dieman. Mau tegur sapa kayak sungkan. Kan nggak sehat buat kelompok KKN,” ujarnya.

Ia tak mau suudzon ke fakultas atau jurusan tertentu. Namun, entah karena kebetulan, mahasiswa KKN dengan sikap demikian biasanya lekat dengan fakultas tertentu.

“Biasanya dari fakultas ‘elite’, tapi aku juga nggak mau generalisir fakultas apa. Tapi yang pernah ngerasain pasti relate,” kata dia.

Punya teman KKN nggak napak tanah lebih menyebalkan lagi

Punya kelompok KKN yang AFK ternyata belum seberapa. Dalam kasta mahasiswa toksik di KKN, ternyata ada yang lebih menyebalkan: yakni “tidak napak tanah”. Hadi (25), mahasiswa Jogja yang 2024 lalu mengikuti program ini, merasakan sendiri.

Bagi Hadi, mahasiswa KKN yang demikian biasanya “memiliki ide-ide besar, visioner, dan cerdas”. Sayangnya, mereka sama sekali tidak realistis; tak melihat kondisi, kebutuhan, dan kemampuan masyarakat desa di lokasi KKN.

“Biasanya itu usulan prokernya ndakik-ndakik, digitalized, tetapi nggak peduli warga butuh ini apa nggak,” ujarnya, Senin (16/5/2025).

Misalnya, pada KKN 2024 lalu, salah satu temannya punya proker sosialisasi “Sistem Informasi Desa Berbasis Blockchain”. Baginya, dari judul agendanya saja sudah terlihat lucu, karena di desa itu koneksi internet.

“Mungkin mentang-mentang anak IT, prokernya pun harus ada IT-IT-nya. Padahal bisa lebih napak tanah kek. Riset dulu warga butuh apa, baru eksekusi ke program,” kata dia.

Masalahnya, kata Hadi, mereka seakan tak peduli dengan masukan. Tiap kali diingatkan, mereka biasanya sembunyi di balik kata “idealis”.

“Padahal itu bebal, bukan idealis.”

Merepotkan warga demi raih nilai A

Kalau yang merasa kesal dan repot cuma teman sesama kelompok KKN saja tidak jadi persoalan. Tapi masalahnya, orang-orang tak napak ini biasanya juga ikut merepotkan warga.

“Bayangin saja, masyarakat biasanya sibuk bertani. Tapi waktu mereka diambil cuma buat mendengarkan sosialisasi program yang nggak bakal punya pengaruh ke mereka? Sia-sia waktunya,” kata Hadi.

Alhasil, harapan mereka akan “bantuan nyata” dari mahasiswa kandas oleh program kerja yang hanya bagus di atas kertas demi memuaskan ego dan terlihat keren.

“Makin kelihatan keren, makin besar potensi dapat nilai A. Kira-kira begitu logika penilaian dari kampus. Tapi sama sekali nggak berdampak apa-apa ke warga,” pungkasnya.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Rasanya Magang di Instansi Pemerintahan Jogja: Duit Seret, Pengalaman pun Nggak Dapet! Gambaran Kusutnya Birokrasi Negara atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 17 Juni 2025 oleh

Tags: kelompok kknKKNkkn 2024kkn 2025mahasiswa kknpilihan redaksiproker kkn
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

UGM.MOJOK.CO
Ragam

Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas

20 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO
Ragam

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO
Ragam

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO
Ragam

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Raja Dirgantara “Mengudara”, Dilepasliarkan di Gunung Gede Pangrango dan Dipantau GPS

13 Desember 2025
Gedung Sarekat Islam, saksi sejarah dan merwah Semarang sebagai Kota Pergerakan MOJOK.CO

Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

20 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
Safari Christmas Joy jadi program spesial Solo Safari di masa liburan Natal dan Tahun Baru (libur Nataru) MOJOK.CO

Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

20 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.