Alasan mahasiswa UNY bisa lolos tanpa KKN dan skripsi
Salah satut tekad besarnya setelah resmi menjadi mahasiswa UNY adalah aktif di berbagai kegiatan dan mencari prestasi sebanyak-banyaknya. Membuktikan bahwa dirinya layak menyandang beasiswa.
Ia mengikuti organisasi UKM Riset di tingkat Universitas dan mengikuti berbagai kompetisi perombaan dalam berbagai ajang di tingkat nasional. Pengalaman Sahid dan timnya dalam mengikuti kompetisi dimulai dengan mengikuti lomba Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) tahun 2021 di UNS namun pada kompetisi tersebut mereka harus puas sebagai finalis dan belum berhasil memperoleh kejuaraan.
Kegigihan warga Margosari, Pengasih, Kulonprogo itu sedikit demi sedikit membuahkan hasil dengan capaian-capaian di perlombaan bidang penalaran dan membuatnya rutin untuk mengikuti lomba-lomba.
“Meskipun pada beberapa perlombaan saya memperoleh kejuaraan namun tidak dipungkiri bahwa saya juga pernah banyak mengalami kegagalan dan kekalahan” tegasnya.
Setelah itu, beberapa prestasi lain juga diraih oleh mahasiswa UNY. Sampai akhirnya tiba pada pencapaian yang membuatnya berhasil lulus kuliah tanpa skripsi dan KKN.
Sahid mengikuti berbagai kompetisi yang diselenggarakan oleh BPTI Puspresnas. Usaha tersebut tidak sia – sia dengan raihan medali emas di ajang Lomba Inovasi Digital Mahasiswa (LIDM) Divisi Inovasi Pembelajaran Digital Pendidikan bersama tim dari Fakultas Teknik dan Departemen Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi.
Kemenangan ini kemudian mendapat rekognisi ekuivalensi tugas akhir skripsi dari UNY dan akhirnya bisa lulus dengan waktu studi 3 tahun 5 bulan berpredikat Cumlaude tanpa harus mengerjakan skripsi.
Skripsi adalah momok besar mahasiswa
Bisa lulus kuliah tanpa skripsi mungkin terlihat menyenangkan. Namun, jalan yang Sahid tempuh agar bisa mendapat rekognisi tentu sepadan. Ia melakukan hal-hal yang tak banyak dilakukan mahasiswa UNY lainnya.
Skripsi adalah salah satu aspek yang kerap membuat kelulusan mahasiswa molor. Mojok beberapa kali mewawancarai mahasiswa yang baru lulus di akhir tenggat masa studi yakni 14 semester. Sebagian besar alasannya adalah karena menunda-nunda mengerjakan tugas akhir.
Ando (25) misalnya, mahasiswa ITS ini bahkan pada awal semester 14, Februari 2024 lalu, skripsinya baru sampai latar belakang saja.
Ando hobi bermain gim dan berselancar di dunia maya, salah satu alasannya kerap teralihkan dari fokus kuliah. Kondisi itu semakin parah saat pandemi Covid-19 melanda. Semua kuliah beralih jadi daring sehingga kesadaran diri mahasiswa sangat menentukan dalam proses perkuliahan.
Sayangnya, Ando mengaku agak terlena dengan kesenangannya hingga akhirnya kuliahnya terus terbengkalai. Hingga akhirnya, ia menjadi orang terakhir di angkatan jurusannya yang belum lulus pada 2024 ini.
Skripsi memang menjadi momok bagi banyak kalangan mahasiswa. Dari mahasiswa UNY, ITS, UGM, dan berbagai kampus lain di Indonesia.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News