Lulus menjadi sarjana paling terakhir di antara teman seangkatan di jurusan bukan perkara mudah. Banyak tekanan. Setidaknya itulah yang dirasakan seorang mahasiswa UII Jogja angkatan 2017 yang lulus terakhir di antara teman lainnya.
***
Bulan Januari 2024, Rosyid (25) benar-benar bisa bernapas lega. Pasalnya, setelah melewati 13 semester penuh dinamika, akhirnya mahasiswa UII ini bisa lulus sidang skripsi, selangkah lagi menyandang gelar sarjana.
Sebenarnya, semua bisa lebih ringan jika saja semester jelang batas masa akhir studi ini masih ada teman seangkatan yang menemani. Namun, Rosyid harus melewatinya seorang diri. Ia menyadari semuanya berawal dari kesalahannya saat semester lima.
“Sebenarnya aku bukan mahasiswa yang nilainya jelek secara keseluruhan. Tapi, ada mata kuliah krusial yang bermasalah,” tuturnya saat Mojok wawancarai Selasa (6/2/2024).
Rosyid mengambil jurusan kuliah terkait dengan studi desain dan konstruksi bangunan. Hal itu membuat banyak mata kuliah praktik di studi atau laboraturium.
Di jurusannya, ada mata kuliah wajib yang berjenjang dan saling berkaitan. Harus lulus di mata kuliah tertentu sebelum bisa mengambil mata kuliah yang sama di tingkatan lebih lanjut.
“Di semester lima, aku nggak lulus di mata kuliah itu. Pertama jujur saja karena kemalasanku. Selain itu, mata kuliah ini perlu pertemuan intensif 2-3 kali seminggu tapi saat itu dosenku sedang cuti hamil besar,” kenangnya.
Selain itu, ia mengaku mengalami keterpurukan karena patah hati. Persoalan lazim yang sering membuat umat manusia kehilangan semangat. Namun, Rosyid harus menanggung akibat di semester selanjutnya.
Ia harus menunggu di semester ganjil untuk mengambil mata kuliah wajib tersebut. Akhirnya, lini masa kuliahnya di Jogja agak berantakan. Sayangnya, ia mengaku melakukan kesalahan yang sama di saat pandemi Covid-19.
“Masalah terulang di masa pandemi. Sudah harus sering datang ke studio di kampus, tapi situasinya agak sulit saat itu, jadi mengulang di mata kuliah yang sama,” kenangnya tertawa.
Saat mahasiswa UII seangkatan mulai sarjana, lapang dada bersama adik tingkat
Sejak kesalahannya terulang di masa pandemi, mahasiswa UII Jogja ini mulai merasakan beratnya tertinggal dengan banyak teman. Sebagian besar temannya mulai lulus pada semester delapan pada 2021 lalu.
“Sebenarnya di semester delapan sampai sepuluh masih ada beberapa teman. Tapi mulai semester sepuluh, benar-benar sudah sepi,” ujarnya.
Sejak semester sepuluh, Rosyid merasa harus berlapang dada lebih banyak berinteraksi dengan mahasiswa UII angkatan bawahnya. Meski sebenarnya ia tidak terkendala berinteraksi dengan mereka tapi teman sepantaran tetap penting.
“Istilahnya sudah nggak ada teman senasib. Sadar diri harus gandengan sama angkatan 2018 dan 2019,” tuturnya.
Perlahan, saat teman yang lain sudah menyandang gelar sarjana dan keluar Jogja, ia masih berjibaku dengan tugas-tugas di UII. Cara terbaik yang ia lakukan demi melipur lara adalah menjadikan nasibnya sebagai candaan. Jadi bahan guyonan di antara teman lantaran tak kunjung sarjana baginya justru meringankan.
“Beban paling berat itu dorongan dari orang tua untuk segera sarjana. Selain itu, ya gimana ya, teman-teman udah fingerprint kerja aku masih presensi di studio,” kelakarnya.
“Setiap datang ke kampus tengak-tenguk sendirian. Hampa rasanya,” imbuhnya.
Baca halaman selanjutnya…
Beratnya lulus di momen-momen akhir, kesepian saat teman lain sudah sibuk kerja