Cuci ijazah buat balas dendam, tapi ke PTS
Merasa IPK kecil jadi penghambatnya dapat pekerjaan, Salim memutuskan buat lanjut S2 pada 2019 lalu. Harapannya, lanjut S2 bisa “nyuci ijazah” S1-nya yang benar-benar enggak laku di dunia kerja. Ia memilih salah satu PTS di Kota Jogja sebagai tujuan.
“Orang lain nyuci ijazah mah ke UGM ya, dari kampus kecil ke kampus besar. Lah aku malah kebalikan, dari UGM ke kampus kecil,” tawa mahasiswa UGM dengan IPK kecil ini.
Salim mengakui, ia tak terlalu memperdulikan derajat kampus tempatnya berkuliah S2. Yang ada di benaknya, IPK 2,9 di ijazah S1-nya bisa ketutup dengan pencapaiannya di S2.
“Kalau aku lulus S2, orang enggak bakal lagi mandang S1-nya. Dari pengalaman teman-temanku sih, S2 itu jadi pertimbangan banget, apalagi kalau level pekerjaan yang kita masuki sebenarnya available aja buat lulusan S1.”
Nyatanya keputusan Salim tepat. Setelah lulus kuliah pada awal 2021 lalu, di tengah badai Covid-19, ia malah gampang cari kerja. Pada lowongan kerja pertama yang ia lamar, kantor langsung menerimanya bekerja.
“Aku enggak mau nyebut orangnya. Tapi lucu aja, ada orang yang IPK-nya 2,3 jadi wakil presiden di sebuah negara. Sementara aku, yang IPK-nya lebih baik, boro-boro dapat kerja, yang ada malah dihina-hina HRD,” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News