Pertanyaan “Kapan wisuda?”, apalagi yang ditujukan kepada mahasiswa semester tua, sering kali membuat kesal. Pasalnya, dalam benak beberapa mahasiswa yang ditanya begitu, mesti ingin membeberkan panjang lebar betapa tidak mudahnya merampungkan perkuliahan.
Di tahap skripsi misalnya. Mahasiswa semester tua kerap harus berhadapan dengan dosen pembimbing menyebalkan: suka ilang-ilangan atau bahkan terkesan sengaja mempersulit.
Namun, bukan tanpa alasan kenapa khususnya orangtua bertanya “Kapan wisuda?”. Pertama, bisa jadi karena orangtua sudah merasa berat membiayai. Sehingga berharap anaknya lekas lulus.
Kedua, wisuda S1 dan gelar sarjana bagi sebagian besar orangtua adalah label membanggakan bagi keluarga. Lebih-lebih jika dalam sebuah keluarga memang belum ada yang menjadi sarjana satupun. Maka, tak heran jika mereka mendamba-dambakan agar sang anak segera wisuda.
Atas situasi tersebut, Umar (26), demikian dia minta namanya disebut, sampai pura-pura wisuda agar orangtuanya berhenti bertanya.
Orangtua ingin foto wisuda di kampus
Umar selalu mencoba menjelaskan pada ibunya (terutama), bahwa wisuda itu kegiatan melelahkan. Seharian duduk di dalam ruangan, menunggu dipanggil satu persatu ke atas panggung untuk sesuatu yang simbolik semata.
Namun, memang bukan itu yang ibu Umar tunggu. Melainkan momen setelahnya: foto keluarga dengan Umar mengenakan toga dan atribut wisuda berlatar kampus. Foto itu nantinya bisa dicetak dan dipajang di ruang tamu.
“Sialnya dulu ibu kukasih tahu. Kuliah itu paling cepet tiga setengah tahun. Pasnya empat tahun. Kalau lebih dari itu, berarti ada yang bermasalah. Bisa jadi karena males,” ungkapnya berbagi cerita, Minggu (4/5/2025).
Masalahnya, hingga hampir tahun ke empat pada 2021 silam, skripsi Umar tak kunjung kelar. Mandek. Bukan karena dosennya mempersulit, tapi karena persoalan mood diri sendiri.
Ide gila pura-pura wisuda
Umar kuliah di sebuah kampus di Semarang sejak 2017. Baginya, tidak ada kendala berarti selama perkuliahan. Kendala baru dia hadapi di saat skripsian. Mandek hanya di Bab1.
Karene kelewat risih ditanya “Kapan wisuda” oleh ibunya, tiba-tiba tercetus ide gila: pura-pura ikut wisuda pada momen wisuda 2022. Momentum yang pas.
“Kalau sudah kelihatan wisuda, paling tidak beliau (ibu) nggak tanya-tanya lagi,” tutur Umar
“Toh ada persewaan atribut wisuda juga. Jadi tinggal sewa,” sambungnya.
Undang orangtua datang ke kampus
Karena memang belum wisuda, jelas tidak ada undangan resmi yang bisa Umar kirim ke orangtuanya di rumah. Dia hanya mengabari melalui sambungan telepon.
“Loh, beneran anakku wisuda?” Respons sang ibu.
“Katanya disuruh cepat wisuda. Sekarang sudah wisuda kok malah nggak percaya.”
Umar memberitahu tanggal berapa orangtuanya harus perjalanan ke kampus. Dia sesuaikan dengan momen wisuda yang memang sedang berlangsung.
“Tapi kukasih syarat waktu itu. Yang boleh berangkat cuma bapak, ibu, dan mbak. Saudara lain nggak usah ikut. Ya sama sopir lah. Karena kan sewa mobil,” ungkap Umar.
Mereka pun menyanggupi. Dengan antusias mereka menyambut “kabar baik” Umar wisuda.
Asal foto-foto di kampus
Ada beberapa teman Umar yang tahu ide gila tersebut. Hanya saja, Umar meminta mereka bungkam.
“Ada yang nggak tahu. Jadi waktu lihat aku pakai baju wisuda, ada yang tanya, ‘Loh kamu udah wisuda juga, to?’ Tak jawab aja, iseng aja ikut ngerasain wisuda,” bebernya.
Maka demi menghindari pertanyaan-pertanyaan serupa, Umar mengajak keluarganya ke area yang menurutnya aman dari jangkauan orang-orang yang dia kenal. Toh tidak banyak pula orang yang dia kenal. Sebab, selama kuliah, dia bukan termasuk mahasiswa aktif dan populer.
Saat keluarganya tiba di kampus, Umar mengarahkan mereka untuk menunggu di tempat teduh area kampus. Sementara Umar pura-pura ada di dalam aula untuk mengikuti prosesi simbolik. Padahal dia sedang sembunyi-sembunyi di sekitar kampus.
Setelah banyak peserta wisuda mulai keluar aula, dia pura-pura mencari-cari orangtuanya. Lantas berfoto bersama.
“Rasa bersalahnya di situ. Orangtuaku tampak bangga banget anaknya wisuda. Nggak tahu kalau hanya pura-pura,” ucapnya dengan tawa sesal.
Harus berjibaku cari uang karena orangtua memutus kiriman
Umar ikut pulang sebentar usai “hari paling gila” dalam hidupnya itu. Setelahnya, dia berpamitan untuk kembali ke Semarang.
“Pura-pura lagi. Seolah-olah aku bakal cari kerja di Semarang. Ide gila itu bener-bener membuatku terjerembab pada situasi pelik,” ujarnya.
Pasalnya, setelah seolah-olah wisuda itu, orangtua Umar mengatakan sudah tidak bisa mengirim uang lagi. Apalagi Umar juga bilang akan kerja sendiri.
Masalahnya, selama ini Umar terbiasa dengan kiriman uang dari rumah. Dia kuliah pulang-kuliah pulang, tidak nyambi kerja juga.
“Solusi paling bisa kujamah sebagai mahasiswa semester tua waktu itu ya ngojol,” kata Umar.
Agak empet-empetan memang. Uang dari ngojol jelas sangat terbatas. Sementara dia belum tahu kapan bisa benar-benar merampungkan skripsinya.
“Kadang utang ke temen, utang ke mbak juga pernah. Alasannya, gaji habis karena kebutuhan banyak. Gitu-gitu lah.”
Kelulusan sebenarnya terasa hampa
Singkat cerita, Umar baru benar-benar wisuda pada 2024 lalu setelah melalui masa-masa extra time bagi mahasiswa semester tua.
Momen wisuda yang terasa hampa bagi Umar. Tidak ada kehadiran orangtua. Dia pun bingung antara lega atau menyesal kenapa dulu tidak memberitahu yang sebenar-benarnya pada orangtuanya.
“Sempet kepikiran, mau jujur kalau aku baru wisuda sekarang. Dulu itu hanya pura-pura. Tapi nggak tega. Itu pasti nyakitin orangtua banget,” lirih Umar.
Alhasil, yang dia katakan ke orangtuanya adalah, dia berhenti bekerja karena kontraknya habis. Padahal yang sebenarnya terjadi, dia sangat kesulitan menjalani hidup dengan ngojol.
Alasan itu dia sampaikan agar dia bisa pulang dan mengambil jeda agak lama di rumah. Sampai akhirnya dia mendapat “pekerjaan sebenarnya” pada penghujung 2024 lalu.
“Saranku, bagi mahasiswa tua yang belum lulus-lulus, jangan pernah coba-coba tiru,” pungkas Umar.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Tipu Orangtua Rp10 Juta buat Joki UTBK demi Kuliah Teknik Elektro, Berujung DO karena Kesulitan dan Jadi Sampah Keluarga atau liputan Muchamad Aly Reza lainnya di rubrik Liputan












