Di tengah ramainya isu ijazah S2 kampus Indonesia yang susah cari kerja, mahasiswa Jombang nekat lepas peluang kuliah di kampus luar negeri dan pilih S2 UGM, Jogja.
Belakangan sempat ramai di media sosial perihal banyaknya lulusan S2 yang kesulitan mencari kerja alias nganggur. Bahkan meski merupakan lulusan S2 UGM sekalipun. Mojok sendiri sempat mendengar keluh kesah lulusan S2 UGM yang ijazahnya susah buat cari kerjaan.
Kendati begitu, Wildan (25) justru “nekat” lanjut S2 UGM dan bertekad untuk menuntaskannya. Bahkan, pemuda asal Nganjuk, Jawa Timur tersebut sampai mengambil keputusan berani melepas peluang kuliah di luar negeri untuk lanjut S2 UGM, Jogja.
Ijazah S1-nya awalnya tak laku
Wildan sendiri sebelumnya mengenyam pendidikan tinggi di Marhalah Ula (M1) atau S1 Ma’had Aly Hasyim Asy’ari (MAHA) Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Ia masuk pada tahun 2018 silam.
“Awalnya tidak ada niatan masuk Ma’had Aly, hanya ikut tes karena orang tua yang suruh. Jangankan kepikiran kuliah di mana, keinginan untuk kuliah pada saat itu tidak ada sama sekali,” ujar Wildan saat Mojok hubungi, Minggu, (28/4/2024).
“Keinginan saya sebagai santri salaf tulen waktu itu hanya ngaji sebanyak banyaknya itu saja,” sambung mahasiswa baru S2 UGM, Jogja tersebut.
Setelah masuk pun Wildan sadar betul kalau ijazah S1-nya di Ma’had Aly Tebuireng itu bisa dikatakan kelak tidak akan laku, entah untuk bekerja, daftar CPNS atau untuk lanjut S2. Apalagi hal tersebut memang sudah menjadi rahasia umum di kalangan pesantren yang tentu sudah ia ketahui.
Sehingga, sejak masuk S1 Ma’had Aly, Tebuireng, Wildan memang tidak punya ekspektasi bakal bisa kuliah S2 UGM seperti saat ini.
Hanya saja seiring berjalannya waktu, atas upaya-upaya dari petinggi-petinggi pesantren, pemerintah akhirnya merekognisi ijazah Ma’had Aly. Dampaknya, ijazah S1 Ma’had Aly punya peluang untuk mendaftar seleksi CPNS atau untuk melanjutkan kuliah magister di perguruan tinggi. Seperti misalnya Wildan yang kemudian lanjut S2 UGM, Jogja.
“Alhamdulillah sekarang berkat usaha para kiai dan guru, Ma’had Aly sudah tak dipandang sebelah mata lagi. Saya berdoa semoga para masyayikh senantiasa dalam kesehatan dan kekuatan,” tutur pemuda asal Nganjuk tersebut.
Atas hal itu, dari awalnya tak punya hasrat kuliah, Wildan kemudian malah bertekad untuk bisa lanjut studi bahkan hingga ke luar negeri.
Tinggalkan luar negeri untuk kuliah S2 UGM
Wildan diumumkan lulus tes masuk S2 UGM, Jogja melalui jalur reguler pada 21 Maret 2024 lalu. Ia mengambil Program Studi Magister Agama dan Lintas Budaya (Prodi ALB) atau Center for Religius and Cross-Cultural Studies (CRCS).
Yang menarik adalah, Wildan ternyata harus melepas peluang kuliah di luar negeri untuk lanjut S2 di UGM, Jogja.
“Dengan ijazah M1 MAHA (S1 Ma’had Aly), saya awalnya pesimis mendaftar di universitas dalam negeri. Dengan ijazah itu, justru saya lebih percaya diri ketika mendaftar di kampus luar negeri,” ungkap Wildan.
Mengingat, meskipun pemerintah sudah merekognisi ijazah S1 Ma’had Aly, tapi faktanya memang ada beberapa kampus dalam negeri yang masih belum menerima. Sementara di satu sisi, ternyata kampus-kampus luar negeri menurut Wildan justru lebih welcome untuk alumni S1 Ma’had Aly.
“Kenapa lebih optimis ke luar negeri, khususnya di Barat? Karena saya sendiri sudah berkorespondensi secara langsung melalui E-mail dengan beberapa kampus. Misalnya di Malaysia, Inggris, dan Amerika. Persyaratannya pun saya kira lebih mudah,” terang mahasiswa baru S2 UGM, Jogja itu.
Hanya saja karena proses prosedural dan administratif yang cukup panjang, Wildan memilih melepas peluang kuliah ke luar negeri tersebut. Meski pada dasarnya bekal untuk studi di luar negeri pun sudah ia persiapkan dengan sangat matang.
“Karena di sisi lain saya sudah sangat ingin untuk melanjutkan studi. Maka daripada menunggu lama, saya coba mencari opsi kampus di Indonesia yang setidaknya mempunyai kurikulum dan model kajian yang sama seperti di universitas barat yang saya incar,” beber Wildan. Maka daftarlah ia ke CRSCS UGM, Jogja.
Baca halaman selanjutnya…
Hadapi ancaman ijazah S2 UGM tak laku di dunia kerja