Kuliah di Universitas BSI diragukan
Sebelum resmi kuliah di BSI, keluarga Mey di Simalungun, Medan, sebenarnya sempat ragu-ragu dan mempertanyakan pilihan Mey. Sebab, ketika bilang bakal kuliah di Universitas BSI, ada respons keluarga yang terngiang-ngiang di benak Mey hingga saat ini: itu kampus apaan sih?
Mey pun sebenarnya sempat merasa down atas respons-respons penuh keraguan tersebut. Apalagi mayoritas di keluarganya kuliah di kampus negeri. Lebih-lebih lagi, Mey sedari awal memang bercita-cita kuliah di kampus negeri, bukan Universitas BSI.
“Tapi aku mau buktiin, kalau BSI tuh bisa bersaing dengan kampus-kampus negeri. Bisa bersaing juga sama kampus-kampus swasta lain,” tekad Mey saat itu.
Biaya kuliah standar, programnya tak main-main
Pada 2020, Mey menjalani semester 1 dan 2 perkuliahan di Universitas BSI kampus Fatmawati secara daring. Berhubung tahun itu Covid-19 masih tinggi-tingginya di Indonesia. Mey kemudian baru berangkat ke Jakarta pada 2021 untuk kuliah langsung di BSI kampus Fatmawati.
“Biayanya standar sih, Kak. Uang Sumbangan Sarana Pendidikan (SSP) itu Rp6 juta. Tapi itu bisa dicicl tiga sampai empat kali waktu itu,” terang Mey.
Setelah menjalani perkuliahan di Universitas BSI, Mey mengaku sangat tidak menyesal dengan pilihannya itu. Sebab, menurutnya, dengan biaya kuliah yang standar, Universitas BSI benar-benar serius mempersiapkan kompetensi bagi para mahasiswanya.
Ada program-program dan mata kuliah yang kemudian saat Mey bekerja di perusahaan digital di Tebet, Jakarta Selatan saat ini, ternyata sama persis dengan apa yang pernah ia jalani di Universitas BSI.
Kuliah di BSI, bisa kerja di perusahaan besar sebelum lulus
“Jadi dulu jauh sebelum sidang skrispi aku daftar internship di perusahaan digital itu. Terus karena mungkin kinerjaku baik, karena seperti yang kubilang aku nggak nemu kesulitan sebab memang sama kayak yang kupelajari di BSI, jadi waktu apply buat jadi karyawan tetap aku keterima,” beber Mey dengan antusias.
Mey keterima kerja di perusahaan tersebut bahkan sebelum ia lulus di BSI. Saat ini ia memasuki semester 8 dan baru saja merampungkan sidang skripsi.
Banyak orang meungkin menganggap Universitas BSI sebagai kampus tak terkenal. Bahkan ada juga yang menganggap kampus tersebut tak akan bisa bersaing dengan kampus-kampus besar seperti TelKom University, UPN Veteran, UNPAD, bahkan UI sekalipun.
Namun, bagi Mey, dari Universitas BSI lah ia mendapat semua ilmu yang ia perlukan sebagai bekal setelah lulus dan menghadapi kehidupan nyata. Mey membuktikan, lulusan BSI nyatanya tak kalah dari kampus-kampus besar di atas dalam urusan bersaing di mata perusahaan. Bahkan, ada juga lulusan kampus-kampus besar yang nyatanya kesulitan mencari kerja.
Gaji yang Mey terima sebagai jebolan Universitas BSI di perusahaan digital tempatnya kerja juga tak main-main. Tentu tak kurang dari UMR Jakarta. Gaji yang dulu konon hanya bisa didapat oleh jebolan kampus-kampus besar.
Seperti obrolan kami di awal, setelah lulus dari Universitas BSI ia masih akan lanjut meniti karier di Jakarta, tak langsung balik ke Medan. Karena ia punya impian untuk juga membantu biaya kuliah sang adik yang keterima di salah satu kampus negeri di Jawa Timur.
“Sekarang sih tujuan yang utama adalah apa yang sudah dilakukan kakakku ke aku, itulah yang bakal kulakukan ke adikku semaksimal mungkin,” tutupnya.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Hammam Izzuddin
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News