Bagi sebagian mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES), lulus kuliah adalah perkara sepele. Buktinya, meski salah jurusan sekalipun, mereka bisa lulus kuliah dengan predikat cumlaude. Kuliahnya pun rampung hanya dalam waktu 3,5 tahun.
***
Rendi (23), narasumber Mojok dalam liputan “Mahasiswa UNNES Semarang Tetap Lulus Cumlaude Meski Kuliah Salah Jurusan dan Tak Paham Materi” menyebut kalau ada mahasiswa lain yang lebih “hebat” darinya.
Rendi sendiri merupakan alumnus UNNES asal Fakultas MIPA yang pada Maret 2023 lalu berhasil lulus dengan predikat cumlaude meski mengaku salah jurusan. Guru BK sok tahu, kata dia, adalah pihak yang menjerumuskannya ke jurusan tersebut.
Meski demikian, kehidupan kuliah dia jalani dengan lancar. Kini, Rendi masih di rumah saja. Ia belum punya niatan buat bekerja atau melanjutkan studinya ke S2.
“Teman di fakultas aku nasibnya sama, kejerumus ke jurusan yang enggak diinginkan gara-gara guru BK,” jelas Rendi, saat Mojok kembali menghubunginya pada Kamis (28/3/2024) pagi. “Tapi dia ini hebat, bisa lulus 3,5 tahun bahkan punya kesempatan enggak bikin skripsi karena berprestasi,” sambungnya.
Berbekal informasi dari Rendi, saya pun berhasil terhubung dengan Ahmad (23). Alumnus UNNES yang sekarang sedang melanjutkan studinya di S2 ini mengaku kalau lulus kuliah itu perkara gampang. Buktinya, dia yang “tidak paham apa-apa” bisa lulus lebih cepat ketimbang mahasiswa lain.
“Nah kan berarti yang kuliah sesuai passion harusnya lancar aja, Mas. Orang yang salah jurusan aja bisa lulus tanpa hambatan,” kata Ahmad, Kamis (28/3/2024).
Punya opsi lulus tanpa skripsian di UNNES, tapi tidak diambil karena ingin ‘mengisi waktu’
Mahasiswa asal Semarang ini blak-blakan, dia sama sekali tak memahami sebagian besar materi perkuliahan di UNNES. Sejak awal, ia memang kurang sreg dengan jurusannya. Tapi apa daya, karena itu rekomendasi guru BK dan kemudian dia lolos via jalur SNMPTN, mau tak mau pilihan ini harus dia ambil daripada kena sanksi.
Di sini uniknya. Alih-alih menyimak materi perkuliahan dengan seksama agar menjadi paham, Ahmad malah tak begitu aktif di kelas. Energinya sebagian besar ia habiskan buat berorganisasi dan ikut bermacam lomba di luar.
“Masuk kelas nampang aja, yang penting presensi terpenuhi. Sisanya aku milih aktif di luar aja gabung UKM penelitian dan ikut lomba-lomba,” jelas eks mahasiswa UNNES ini.
Meski berada di Fakultas MIPA, lomba-lomba yang kerap ia ikuti umumnya enggak nyambung dengan jurusannya. Ahmad kerap mengikuti lomba debat, bahkan tingkatnya bisa sampai nasional.
“Di fakultasku itu semacam ada konversi. Jadi kalau kita menang lomba tingkat nasional, itu ada hitungan sendiri, nilai kita di mata kuliah tertentu auto A,” kata dia.
Selain debat, Ahmad juga rajin mengikuti lomba karya tulis. Bahkan, papernya beberapa kali menang. Katanya, sih, dia bisa saja enggak bikin skripsi karena prestasinya di lomba karya tulis sudah cukup buat menggantikan tugas akhir. Namun, Ahmad memilih tetap mengerjakan tugas akhir karena alasan “mengisi waktu”.
“Di semester 6 aku hitungannya udah enggak ngapa-ngapain, ibarat diem aja bisa lulus karena konversi prestasi bisa buat gantiin tugas akhir. Tapi aku tetap milih skripsian biar ada sesuatu yang aku kerjain, sih.”
Baca halaman selanjutnya…
Memilih lanjut S2 untuk balas dendam dan cuci ijazah