Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Kampus

Curhat Anak Mapala yang Bisa Lulus Tepat Waktu, Meski Dianggap Malas Kuliah dan Nakal

Hammam Izzuddin oleh Hammam Izzuddin
11 Desember 2023
A A
Mapala UMS.MOJOK.CO

Ilustrasi Mapala (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Saya masih ingat betul, semasa awal kuliah hasrat untuk gabung Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) begitu besar. Pasalnya, saya sejak SMA suka berkegiatan alam. Namun, keinginan itu pupus setelah mendengar desas-desus bahwa anak Mapala pasti kuliahnya lama.

Sebagian memang begitu. Namun, di balik itu ternyata banyak mahasiswa yang aktif di organisasi tersebut tapi nyatanya lulusnya tepat waktu, bahkan bisa mudah dapat kerjaan gara-gara pernah jadi pecinta alam.

Salah satunya adalah Hasna (24), yang bisa lulus tepat waktu di UMS.  Selepas itu, ia pun tidak perlu berlama-lama menganggur.

“Lha wong temanku yang Mapala aja bisa jadi mahasiswa berprestasi di fakultas,” kata Hasna saat saya ajak berbincang.

Hasna terpikat gabung Mapala karena atraksi yang ia lihat saat ospek UMS. Kakak tingkatnya tangkas bergelantungan di atas gedung memperagakan kemampuan rapling. Atraksi semacam ini memang jadi andalan pecinta alam untuk memikat para mahasiswa baru.

Seperti saya, Hasna sempat merasakan kegamangan sebelum akhirnya nyemplung di Mapala. Orang tuanya bahkan sempat mengancam untuk tidak memberi uang saku kalau ia nekat gabung dengan organisasi yang penuh mas-mas gondrong ini.

“Ibuku takut kalau anaknya ini nanti keteteran kuliah. Tapi ya aku tetap nekat,” kelakarnya

Awalnya Hasna mengikuti organisasi tersebut secara diam-diam. Eh ndilalah, kakaknya melapor ke ibu setelah melihat unggahan kegiatan diksar yang Hasna unggah di media sosial.

Ibunya sampai pernah menghubungi salah satu senior di Mapala. Meminta pertanggung jawaban kalau anaknya sampai keteran kuliahnya. Hal itu justru jadi pelecut buat perempuan asal Klaten ini untuk membuktikan bahwa organisasi yang ia ikuti tidaklah membuat kuliahnya keteteran.

“Ya walaupun setiap pulang habis kegiatan, kulit tambah item, ibu pasti ngomel-ngomel,” ujarnya terbahak.

Selain anggapan telat kuliah, nyatanya banyak stereotipe yang melekat pada para pecinta alam ini. Misalnya dikira nakal, suka minum-minum, dan bermacam lainnya.

“Padahal ya nggak gitu juga. Itu mah tergantung orangnya,” celetuk Hasna.

Mapala UMS.MOJOK.CO
Ilustrasi Mapala, sering naik gunung dan dianggap malas kuliah (Mojok.co)

Rahasia bisa lulus cepat

Kegiatan di Mapala mewarnai empat tahun perjalanan Hasna di UMS. Selain urusan-urusan kegiatan alam, terkadang Hasna juga menjalani acara-acara di dalam kampus.

Pada 2018, ia sempat menjadi pembawa acara di sebuah agenda organisasinya di kampus UMS. Saat itu, pembina organisasinya adalah Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMS tempatnya menempuh studi.

Iklan

“Sepertinya di saat itu beliau notice aku. Sejak saat itu kami sering komunikasi karena aku di bagian humas Mapala. Terlebih, di semester lima itu beliau ngajar di kelasku. Pernah suatu kali ujian, semua anak di kelasku dapat C, cuma aku yang nggak,” paparnya.

“Rahasianya tau apa? Aku tulis ‘Salam Lestari’ di lembar jawaban,” imbuhnya terbahak. Tentu, bukan itu satu-satunya alasan. Hasna mengaku belajar serius menjelang ujian.

Sampai semester delapan, ia mengaku kuliahnya lancar tanpa hambatan harus mengulang banyak mata kuliah. Selepas itu, tibalah masa skripsi yang menentukan. Sebagian mahasiswa yang lancar pada masa teori bisa tergelincir dan telat karena molor semasa skripsi.

Saat jadwal pengumuman dosen pembimbing, kebetulan Hasna sedang mengikuti acara diksar untuk adik tingkatnya. Ia masuk ke hutan tanpa sinyal.

“Saat pulang baru bisa cek, ternyata aku dapat dosen pembimbing yang killer banget di fakultasku,” tuturnya.

Selepas itu, ia mencoba untuk berkonsultasi dengan dekannya mengenai kemungkinan untuk berganti dosen pembimbing. Beberapa hari berselang, saat mengecek laman KRS, ternyata dosen pembimbingnya sudah berganti.

“Ya akhirnya aku bener-bener ngebut. Mulai skripsi semester delapan dan sidang di semester itu juga. Tepat waktu dan bisa membuktikan ke ibuku,” ujarnya bungah.

Selepas itu, ia juga bisa cepat mendapat pekerjaan. Ya riwayat organisasi ini ternyata juga tetap menjual bagi beberapa tempat kerja. Apalagi, buat mereka yang bisa menyeimbangkan antara kuliah dan kerja.

Mapala tidak perlu khawatir saat pergi ke berbagai kota

Memang, Hasna mengakui kalau menjadi anak Mapala itu harus pintar-pintar membagi waktu. Jika tidak, kemungkinan besar memang terlena dan lulus lama.

Hal yang kadang menjadi tantangan, selain fisik dan mental saat berkegiatan alam, adalah dana-dana yang perlu ia persiapkan untuk membeli peralatan.

Di sisi lain, Hasna mengaku punya banyak pengalaman menarik selama bergabung di Mapala. Salah satunya bisa dapat pacar di sana. Selain itu, ia juga mengaku sering merasa tidak perlu khawatir saat bepergian ke luar kota.

Solidaritas antar sesama pecinta alam memang kuat. Tidak hanya dalam lingkup satu kampus juga, melainkan antar kampus.

“Ya aku pernah pergi ke Semarang, butuh tempat transit, bisa ke sekre kampus di sana. Di Jogja juga begitu. Pokoknya enak,” ungkapnya.

Upaya mengubah stereotipe

Saya juga sempat berbincang dengan Hawari (24), anggota Mapala UPN Veteran Yogyakarta. Ia mengakui kalau organisasi ini penuh dengan anggapan miring.

“Bahkan ya banyak yang menganggap kami ini jarang mandi,” kelakarnya.

Memang, pada kondisi tertentu seperti kegiatan alam maupun kerelawanan, mereka jarang mandi. Salah satunya, saat ia menjadi relawan di Palu pasca bencana gempa 2018 lalu.

Selain itu, masalah kekerasan di organisasi pecinta alam, baginya memang jadi momok. Namun, sekarang sudah banyak Mapala yang berusaha mengubah wajahnya.

Jika dulu gertakan dan hukuman kadang muncul secara sporadis tanpa menjelaskan alasan logisnya, lelaki sempat aktif di Badan Pendidikan dan Latihan, berusaha mengubah pendekatan. Latihan dan kegiatan tidak harus tegang dan bisa berjalan dengan menyenangkan.

“Dulu kan sedikit-sedikit disuruh koprol. Sekarang nggak begitu. Harus jelas, ketika ada hukuman ya peserta juga harus diberi pemahaman kenapa,” paparnya.

Satu hal yang jelas, bagi pemuda asal Depok ini, Mapala membuat anggotanya menjadi pribadi tangkas dan bisa diandalkan. Mereka dilatih untuk bisa menguasai berbagai keterampilan. Istilahnya, “opo-opo kudu iso”.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Kisah Mahasiswa UNY Bertahan Hidup di Jogja Bermodalkan Rp250 Ribu per Bulan

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 11 Desember 2023 oleh

Tags: mapalapecinta alamUMS
Hammam Izzuddin

Hammam Izzuddin

Reporter Mojok.co.

Artikel Terkait

Universitas Muhammadiyah Lebih Unggul dari Kampus Lain MOJOK.CO
Kampus

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Memang Lebih Unggul dari Kampus Lain? Lulusannya Dibekali biar Nggak Nganggur kayak Sarjana pada Umumnya

14 Juni 2024
kasir alfamart kuliah hingga S3 di UM Malang.MOJOK.CO
Sosok

Jualan Pentol hingga Jadi Kasir Alfamart karena Ditinggal Orang Tua, Lulus S2 UMS sampai Kuliah S3 di UM Malang

7 Maret 2024
tukang parkir UMS.MOJOK.CO
Ragam

Tukang Parkir UMS Memang Beda, Setia Menjaga Motor-motor yang Ditelantarkan Mahasiswa Lebih dari 5 Tahun

18 Januari 2024
jupiter MX plat AD di UMS.MOJOK.CO
Kampus

Misteri di Parkiran UMS, Ada Jupiter MX Plat AD hingga Shogun Biru Bertahun-tahun Ditelantarkan Mahasiswa

17 Januari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.