Kuliah di kampus yang tak terkenal secara lingkup nasional, tak membuat Amrin malu. Justru, ia bersyukur bisa kuliah di Universitas Halu Oleo meski menentang kehendak orang tuanya. Bukan karena kampusnya punya akreditasi B, tapi mereka khawatir akan masa depan anaknya yang memilih Jurusan Ilmu Politik.
***
Dulu, Amrin (26) tak pernah membayangkan bisa kuliah di Jurusan Ilmu Politik, sebab untuk bermimpi bisa lanjut pendidikan usai SMA saja perjuangannya tak kalah sulit. Ia harus berdebat dulu dengan orang tuanya, menyampaikan betapa pentingnya kuliah untuk masa depan alih-alih langsung bekerja.
Ayah dan ibu Amrin merupakan petani singkong dengan penghasilan tak seberapa. Keduanya memahami jika kuliah hanya menghabiskan banyak uang. Sebetulnya anggapan itu tidak sepenuhnya salah. Nyatanya, masih banyak sarjana pengangguran yang sulit mencari kerja.
Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025 mencatat 1 juta orang sarjana menyumbang angka pengangguran terbuka dari total 7,28 juta pengangguran nasional. Tak pelak, membuat ayah dan ibu Amrin berasumsi bahwa lulusan sarjana kini tak menjamin masa depan cerah.
Namun, Amrin berani melawan arus. Pilihan kampusnya pun tak muluk-muluk. Alih-alih memilih kampus top perguruan tinggi di Indonesia, ia berupaya agar bisa kuliah di Universitas Halu Oleo. Salah satu perguruan tinggi negeri terbesar di Sulawesi Tenggara meskipun akreditasinya masih B.
Berjiwa politis sejak remaja untuk membujuk ortu
Guna membujuk orang tuanya agar bisa kuliah Jurusan Ilmu Politik di Universitas Halu Oleo, Amrin berusaha mengumpulkan banyak prestasi. Jujur saja, sejak kecil ia tidak pandai belajar. Tak pernah sekalipun ia mendapat peringkat 5 besar. Sampai akhirnya usaha belajarnya terbayar menjelang akhir SMA.
“Lewat proses belajarku, aku pun masuk rangking 5 besar dan alhamdulillah mendapat ranking 3 pada saat semester 6 di kelas 12 SMA,” ujar Amrin kepada Mojok, Senin (29/9/2025).
Tak hanya berusaha meningkatkan prestasi akademik, Amrin juga mencoba hal baru dengan ikut lomba non-akademik. Salah satu yang berhasil ia capai adalah menjadi juara pertama karaoke tingkat sekolah.
“Bukan karena suara merdu, tapi mungkin kehebohan yang tercipta goyangan yang terlalu semangat, hehe,” kelakarnya.
Dari prestasi tersebut, seketika nama Amrin jadi terkenal. Guru-guru jadi mengenalnya. Siswa-siswa menyapanya. Sampai akhirnya ia diundang tampil menyanyi solo dan vokal grup saat perpisahan kelas 12.
“Dengan pencapaian itu, aku berusaha meyakinkan orang tuaku agar mendukung niatku ingin kuliah,” ucapnya yang ingin kuliah Jurusan Ilmu Politik di Universitas Halu Oleo.
Jurusan Ilmu Politik lebih unggul daripada kampus di sekitarnya
Tak cukup memberikan validasi ke orang tuanya bahwa ia mampu melanjutkan pendidikan atau kuliah di Universitas Halu Oleo, Amrin juga punya “senjata terakhir” yakni berupaya mendapatkan beasiswa bidikmisi–kini KIP Kuliah.
Sebab Amrin tahu, akar masalah sebenarnya adalah biaya kuliah yang mahal. Orang tuanya tak punya cukup biaya untuk memenuhi kebutuhan kuliah Amrin. Oleh karena itu, beasiswa menjadi alasan pamungkas Amrin agar bisa kuliah gratis dan tidak menyulitkan orang tua.
Singkat cerita, Amrin pun diterima di Univeritas Halu Oleo Jurusan Ilmu Politik. Ia tak hanya bangga bisa kuliah tapi juga kagum dengan UHO. Meski akreditasinya masih B, Amrin menilai UHO masih lebih unggul jika dibandingkan dengan kampus-kampus di sekitarnya.
“Lokasi UHO itu startegis, jaringan kerja sama akademik dan kegiatan luar kampus juga banyak, fasilitasnya praktis dan ada banyak kegiatan di luar kelas, akreditasi sudah B, penguatan mutu internal dan monitoring, Jurusan Ilmu Politik juga sudah menjadi prodi sejak tahun 2016,” tuturnya.
Dari fasilitas yang ada, Amrin mengaku tak banyak mengalami kendala yang berarti saat menjalani kuliah Jurusan Ilmu Politik, kecuali penggunaan bahasa daerah. Meski begitu, kendala tersebut tak menghalangi mereka sebagai jurusan paling solid dan mengutamakan sistem kekeluargaan.
“Kebiasaan nongkrong sampai subuh, sampai banyaknya organisasi paguyuban yang berbasis etnis atau daerah ada di UHO,” kata Amrin.
Gagal jadi anggota DPR
Sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Politik, Amrin sadar bahwa untuk meraih mimpinya, tak cukup kalau hanya duduk dan mendengarkan materi. Namun juga perlu menjalin relasi. Apalagi, ia punya cita-cita kerja menjadi seorang anggota legislatif.
Sebelum mewujudkan mimpi tersebut, ia pernah magang di kantor DPRD sebagai tenaga ahli. Dari sanalah, keinginannya muncul untuk bekerja di ranah pemerintahan. Namun makin ke sini, mimpi itu terasa jauh bagi Amrin.
Ternyata, kata dia, tantangan dan persaingan untuk bisa mencapai posisi tertentu cukup besar. Apalagi, ia hanya lulusan sarjana dari kampus yang tak terkenal. Kadang-kadang, ia jadi berpikir ‘apa gunanya dia kuliah selama ini?’ seperti pertanyaan kedua orang tuanya dulu.
Tapi setelah ia ingat-ingat lagi, banyak sekali pembelajaran yang ia dapatkan di bangku perkuliahan. Kini, ia pun lebih memilih kerja menjadi dosen di salah satu kampus swasta di Sulawesi Tenggara.
“Tentu posisi saat ini yang aku miliki tidak terlepas dari berbagai pengalaman dan ilmu yang sudah aku pelajari selama di Jurusan Ilmu Politik UHO.” Ujar Amrin.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Lulusan Ilmu Politik UGM “Terjun Bebas” ke Pabrik Pipa: Dicemooh Guru SMA karena Ilmunya Dianggap Sia-Sia, Padahal Gajinya Besar! atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.












