Penghasilan di Jakarta
Merantau ke Jakarta, selalu tentang penghasilan. Itu tidak bisa dimungkiri lagi, setidaknya bagi Adi dan Amy. Bagi mereka, Jakarta memang menawarkan hidup yang lebih baik, dalam segi ekonomi. Tapi, pendapat mereka sedikit berbeda.
Amy pada dasarnya setuju jika orang bilang gaji di Jakarta itu lebih besar, otomatis pemasukan yang diterima akan meningkat. Terlebih Amy dulu bekerja di Jogja, perbedaan gaji Jogja dan Ibu Kota tentu saja bagai matahari dan bumi. Kalau Adi, dia berkata sebenarnya tidak sespesial itu, hanya saja memang banyak yang besar. Cuma nggak boleh dipukul rata.
“Freshgrad gaji dua digit nggak sedikit, Mas. Tapi itu kan untuk bidang IT setahu saya. Kalo dari temen-temen saya paling kalo non-IT palingan kalo udah pro hire atau lewat jalur MT di perusahaan swasta atau kerja di law firm besar atau perusahaan big four bisa tembus dua digit.”
“Intinya buat saya ngomongin gaji besar di jakarta itu biar urusan orang lain. Karena buat saya mereka yang berjuang mati-matian dengan bayaran pas-pasan di jakarta itu yang mungkin harus lebih sering disuarakan.”
Jika pada akhirnya ternyata uang yang ditawarkan besar, tapi tak sebesar itu, ditambah dihantam kenyataan bahwa merantau ke Jakarta itu juga nggak murah, apakah mereka menyesal?
Tak menyesal, tak kepikiran untuk menyesal
Amy dan Adi sama-sama tidak menyesal merantau ke Jakarta. Tapi mereka punya alasan-alasan tersendiri.
Bagi Amy, Jakarta itu menawarkan kesempatan yang jelas tidak akan dia dapat di Jambi dan Jogja. Dia yang sempat termakan omongan betapa jahat Ibu Kota, menyesal kenapa tidak dari dulu, pake mampir Jogja segala. Untuk Adi, berbeda. Dia tidak ada penyesalan karena dari awal dia tidak memandang Jakarta tidak sespesial itu.
“Saya sebenernya bukan tipe perantau Jakarta yang mencari Jakartanya. Karena emang lagi ada rezekinya di sini dan offeringnya cocok. Jadi, bagi saya Jakarta sebenernya memang biasa saja. Saya bukan tipe perantau yang ngebet banget ke Jakarta karena itu Jakarta, jadi akhirnya saya nggak terlalu nyesel hidup di sini. Lha wong ekspektasinya aja udah beda sama yang mungkin pengen ke Jakarta karena itu Jakarta.”
Apalagi, Adi tinggal di sidoarjo yang agak kota, karena hadir sebagai daerah satelit buat Surabaya. Kebetulan Adi besar di Sidoarjo yang di pusat kabupatennya, bukan di di outer area. Jadi, kesan awal Adi pada Jakarta tidak sespesial itu, karena dia juga merasakan Surabaya yang metropolitan itu.
Adi pun suatu saat ingin balik ke SIdoarjo. Makam ayahnya di sana, ibunya juga masih di sana, dan tak ada lebih dia inginkan selain hidup bersama keluarganya. Hanya saja, dia tidak ingin memaksa. Dia masih ingin menantang Jakarta, seperti yang dia utarakan sebelumnya.
“Saya khawatir malah puyeng sendiri nanti. Jadi, saya nikmati aja Jakarta sementara ini. Golek duwek nyambi golek sampingan, nyambi ngeband meski belum terkenal dan belum dibayar, hahaha.”
Reporter: Rizky Prasetya
Editor: Hammam Izzudin
BACA JUGA Mau Jadi Artis di Jambi? Mimpimu Ketinggian, Kawan, Minimal Pindah Dulu ke Jawa!
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.