Berandai-andai
Berandai-andai punya kehidupan yang lebih baik selalu terlintas di kepala Rohman. Mahasiswa asal Bangkalan Madura ini kerap berandai-andai punya keuangan yang lebih baik, dia bisa punya banyak pilihan dalam hidup. Jika kondisi keuangannya sekarang saja dia bisa kuliah di UNESA, apalagi kalau lebih baik. Pasti dia bisa tembus UNAIR atau kuliah di top 10 universitas terbaik di Indonesia.
Tapi bukan berarti Rohman menderita, hanya saja, dia mengaku kecewa dengan hidup.
“Mungkin yang menderita orang tuaku sih, Mas. Bapak saya rombeng. Dia kan kalo keliling cari rongsokan itu ke perumahan-perumahan orang cina ya mas. Dan sering banget denger cerita dari orang cina kalo anak2 mereka tuh kuliah di UNAIR, ITS, atau UGM. Makanya ortuku tuh juga cukup semangat biayain saya sekolah.”
Rohman mengaku, Bapaknya masih belum move on dari kampus top, salah satunya UNAIR. Padahal Rohman, mahasiswa asal Bangkalan ini tahu betul, keuangan keluarganya tak mampu.
“Bayar SPP SMK saya sebesar 100 ribu per bulan aja usahanya mati-matian, Mas.”
Menerima takdir, meski kecewa pada hidup
Kehidupan, semengerikan apa pun, harus diterima. Hidup harus tetap berjalan, apa pun yang terjadi.
Rohman, mahasiswa UNESA asal Bangkalan Madura ini, menerima takdir, sekalipun kecewa dengan hidup. Lahir dari keluarga miskin juga bukan kesalahan. Besar dari keluarga yang harus mati-matian dari segala hal (ekonomi dan pendidikan) itu lebih menantang, baginya. Setidaknya, dia nantinya bisa mengapresiasi apa pun yang telah capai, karena dia memulainya benar-benar dari nol.
Pengalaman hidupnya yang harus memutar otak bagaimana bisa cukup dengan uang 50 ribu seminggu bikin dia paham, untuk bersyukur, tak melulu melihat ke atas. Sebab, dia mengaku, banyak yang tak seberuntung dirinya. Ada yang tenggelam lebih dalam ketimbang dirinya, ada yang tak melihat cahaya matahari sebanyak dirinya.
Rohman berharap apa yang dia alami bisa jadi perhatian untuk pemerintah. Dia berharap agar program pemerintah bisa diakses kaum-kaum menengah tak sampai seperti dirinya. Kajian tak melulu ke atas, tapi juga perlu liat di bawah. Sebab, nyatanya, banyak yang tak punya akses.
Reporter: Rizky Prasetya
Editor: Hammam Izzudin
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.