Bekerja di sebuah stasiun TV, terlebih menjadi presenter, tentu menjadi profesi yang membanggakan. Akan tetapi, bekerja di sebuah stasiun TV di Surabaya ternyata memiliki sisi suram yang tak terbayangkan banyak orang.
***
Saat terakhir berbincang pada Desember 2023 lalu, Fuadi* (25), bukan nama asli, tengah waswas dengan nasibnya di sebuah stasiun TV Surabaya tempatnya bekerja. Pasalnya, kontraknya saat itu hampir habis dan ia tak tahu ada perpanjangan atau tidak.
“Tapi beruntungnya saat ini masih lanjut perpanjang. Tapi ya belum tahu juga sampai kapan,” ujar Fuadi saat kembali saya hubungi, Senin (8/7/2024) malam WIB.
Di tengah persaingan yang makin ketat, Fuadi beruntung menjadi salah satu presenter yang bertahan di stasiun TV di Surabaya tersebut. Hal itu ia manfaatkan betul untuk meningkatkan kualitas diri agar siapa tahu, entah kapan, ia mendapat sodoran menjadi karyawan tetap. Atau syukur-syukur ia bisa sampai promosi ke TV nasional di Ibu Kota (Jakarta).
Hanya saja, persoalan yang Fuadi hadapi di dunia pertelevisian Surabaya itu masih sama seperti yang ia hadapi di tahun-tahun sebelumnya. Ia memilih bertahan karena memang presenter adalah pekerjaan yang secara pride terbilang mentereng.
Presenter juga menjadi cita-cita Fuadi yang ingin terus ia geluti. Meski profesi tersebut memiliki sisi suram yang jarang terbayangkan di benak banyak orang.
Gaji kerja di TV Surabaya tak sebesar bayangan orang
Sisi suram dari kerja di sebuah stasiun TV di Surabaya yang paling Fuadi soroti adalah persoalan gaji. Sebab, gajinya ternyata di luar ekspektasinya dan mungkin ekspektasi banyak orang di luar sana.
Saat pertama kali masuk ke dunia TV di Surabaya pada akhir 2021. Fuadi mengira bahwa ia akan menerima gaji bulanan di angka UMR Surabaya (Rp4 jutaan lah). Sayangnya yang terjadi tidak seperti itu.
“Ternyata sebulan mungkin cuma (dapat jatah) lima kali siaran karena dibagi dengan presenter lain. Per siaran itu satu jam, dihargai Rp200 ribu,” tutur Fuadi.
Alhasil, dalam sebulan cuma dapat Rp1 juta. Itu perolehan yang ia dapat di rentang akhir 2021-akhir 2022.
Lalu per 2023-2024 ini, Fuadi mendapat tambahan jatah siaran menjadi enam sampai delapan kali dalam sepekan. Dengan harga yang masih sama, yakni Rp200 ribu per siaran. Tapi setidaknya ia bisa mendapat lebih dari Rp1 juta, yakni Rp1,6 jutaan.
Pedihnya, banyak orang menganggap Fuadi berpenghasilan besar. Alhasil, baik teman atau saudaranya di kampung kerap ngutang ke Fuadi dengan angka yang kelewat besar. Ada yang ngutang sampai di angka Rp5 juta, karena mengira gaji Fuadi sebagai presenter di stasiun TV di Surabaya bisa mencapai Rp10 juta.
“Pas aku bilang gajiku nggak segitu, malah dibilang pelit,” gerutu pemuda ramah tersebut.
Potensi kena tendang sewaktu-waktu
Fuadi sebenarnya merasa kalau pekerjaannya tersebut sebenarnya tak aman-aman amat. Karena memang selalu ada potensi kena tendang sewaktu-waktu.
Sebab, sistem di stasiun TV Surabaya tempatnya kerja, presenter junior seperti Fuadi hanya mendapat kontrak selama enam bulan. Jika enam bulan habis, maka akan ada evaluasi: layak perpanjang kontrak atau tidak. Jika layak, maka akan dapat perpanjangan enam bulan lagi. Begitu seterusnya.
“Aku terbilang beruntung karena masih bisa sampai sekarang. Tapi ada beberapa teman yang nggak dapat perpanjangan,” jelas Fuadi. Itulah kenapa, selain ada kebanaggaan sebagai presenter TV, di sisi lain ia juga selalu cemas dengan nasibnya setiap masuk bulan keenam masa kontrak.
Terlebih, amat sering stasiun TV di Surabaya tempatnya kerja itu meng-casting calon-calon presenter baru. Jadi tiap ada momen casting, Fuadi langsung cemas tak karuan.
Pontang-panting cari tambahan
Anggap saja gaji Fuadi adalah Rp1,6 juta. Angka yang sesungguhnya sangat pas-pasan untuk bertahan hidup di Surabaya. Oleh karena itu, di luar jadwal siaran, ia juga pontang-panting mencari pemasukan tambahan.
“Enam bulan awal 2024 ini misalnya, aku cukup banyak dapat projek ngisi kelas broadcasting dari sekolah dan kampus-kampus. Itu hasilnya lumayan buat nambah-nambah,” terang Fuadi.
Selain itu, ia juga kerap mengambil job untuk ngisi seminar hingga jadi MC. Mulai dari MC acara instansi maupun pernikahan.
Godaan di dunia TV Surabaya
Gemerlap dunia entertain tentu tak lepas dari godaan. Entah godaan dunia malam atau godaan bergaya hidup hedon.
Fuadi kerap diajak teman-temannya sekantor untuk ngebar (minum-minum bir) di kelab malam di Jogja. Sering juga diajak nongkrong-nongkrong di tempat mahal. Belum lagi godaan foya-foya yang lain. Namun, sejauh ini ia masih bisa menahan diri untuk tidak tergoda, meski harus terima mendapat cap tidak asyik.
“Godaan dalam hal ibadah juga ada. Karena nggak tahu ya, aku salat itu malah jadi bahan ceng-cengan. Dianggap anak saleh lah, apa lah, kan nggak nyaman ya,” keluh Fuadi.
Sempat dalam beberapa momen, Fuadi harus terpaksa tidak salat gara-gara mengikuti mobilitas teman-temannya di kantor tersebut. Tapi semakin ke sini, Fuadi memilih cuek. Pokoknya kalau mau salat ya salat saja, tak memikirkan ceng-cengan dari teman-temannya.
Belum lagi ia juga mengaku pernah mendapat godaan dari salah satu kru yang ternyata gay. Hal tersebut lantaran Fuadi selama ini jomblo, sehingga dikira tidak suka perempuan.
“Ya nggak (tergoda) lah. Aku masih normal. Tapi memang belum berani sama cewek aja, karena gajiku nggak seberapa,” tutupnya.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Hammam Izzuddin
BACA JUGA: Mati-matian Utang demi Lanjut Kuliah di Kampus Surabaya, Ijazah malah Lenyap
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.