Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Catatan

Kekesalan Orang Surabaya karena Tingkah Warga Jogja yang Terkesan Merendahkan, Mending Chill Ketimbang Adu Argumen

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
26 Maret 2025
A A
Merantau dari Surabaya ke Jogja. MOJOK.CO

Ilustrasi - kecewa merantau dari Surabaya ke Jogja karena upah kecil. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

 Jangan tanya masalah gaji Jogja vs Surabaya 

Mudik lebaran kali ini tentu terasa berbeda baginya. Untuk pertama kalinya, Dea war tiket libur lebaran dari Jogja ke Surabaya dengan kereta api. Yang lebih penting lagi, ia harus mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan dari keluarga besar.

Ia harus siap secara mental jika keluarganya masih mengungkit soal keputusannya merantau. Terutama saat ditanya soal gaji. Jujur saja, jumlah pendapatannya yang sesuai UMR Jogja ngepres sekali untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Selama satu minggu bekerja di salah satu perusahaan Jogja, Dea sempat bertanya ke rekan-rekannya, bagaimana cara mereka mengatur keuangan? Bukannya jadi lebih terarah, ia justru shock saat mendengar gaji karyawan selainnya yang juga baru masuk lebih dari tiga bulan dibandingkan dirinya.

“Ternyata gaji kami beda-beda dan hal itu seperti pantangan sebetulnya. Aku kapok bertanya soal keuangan,” ujar Dea, karena tak lama setelah peristiwa tersebut Dea merasa makin kikuk di tempat kerja.

“Kalau mengeluh ke orang tua, malah disuruh pulang, ‘wes ta? Sek kuat? (Sudahkah? Masih kuat?)’” ujarnya menirukan pertanyaan sang ayah saat mereka saling videocall, tapi ya sudahlah, Dea ingin menghadapinya dengan chill. 

Jogja darurat sampah itu permasalahan klise

Masalah lain yang membuat Dea dan saya dongkol sebagai warga asli Surabaya yang tinggal di Jogja adalah sampah. Di daerah tempat kosan saya, sampah menjadi perkara yang pelik. Bayangkan saja, asap hasil membakar sampah kadang langsung tercium saat keluar kosan. Perih!

Seketika saya membatin, apakah di Jogja tidak ada orang yang rutin mengangkut sampah? Sebab, selama saya tinggal di Surabaya, saya selalu melihat petugas kebersihan yang sudah rutin mengangkut sampah dengan gerobaknya, bahkan menyapa warga sekitar. 

Bukan ibu kos yang sedang membakar sampah di halaman kos sebelah. Sungguh, merusak suasana Jogja yang syahdu karena pemandangan sawah dan gunung. 

Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta mencatat sektor rumah tangga menjadi penyumbang sampah terbesar di Kota Jogja. Faktor yang bikin menumpuk, karena adanya pertumbuhan penduduk dan pariwisata. Sedangkan, pemerintah Jogja dinilai belum bisa mengelola sampah dengan efisien, belum lagi sampah plastik yang sulit terurai. Juga keterbatasan lahan untuk pengelolaan sampah. 

Dosen Departemen Teknik Kimia UGM, Chandra Wahyu mengatakan sudah banyak peraturan yang harapannya dapat menangani permasalahan tersebut, mulai dari Undang-Undang sampai Peraturan Daerah. Namun, sistem pengelolahannya masih jauh tertinggal dari negara lain.

“Statusnya sudah darurat, tapi masyarakat belum juga tumbuh kesadaran untuk minimal memilah sampah, jadinya malah muncul masalah baru seperti tiba-tiba ada titik baru yang dijadikan tempat pembuangan sampah ilegal,” tutur Chandra dikutip dari laman resmi UGM, Rabu (26/3/2025).

Klitih vs begal, kriminalitas yang ada di tiap daerah

Selain perbedaan UMR dan masalah sampah, saya merasa tak aman berkendara di Jogja terutama pada saat malam hari. Terutama kalau sudah masuk ke jalanan desa. 

Di Surabaya, saya tidak harus melewati jalanan gelap tanpa lampu jalan di tengah-tengah sawah. Yang ada justru lampu-lampu kota yang masih menyala dan kafe-kafe yang masih buka dan digandrungi anak muda. Walapun, beda tempat pasti beda suasana.

Iklan

Tapi, sebagai perantau asal Surabaya yang baru tahu tentang maraknya klitih di Jogja, saya cukup was-was. Walaupun di Surabaya tingkat kriminalnya tidak jauh berbeda, kalau di sana sering disebut begal.

Namun, seperti yang saya katakan tadi, suasana jalanan malam di Jogja terasa lebih mencekam. Kalau biasanya saya bisa pulang sebelum lewat pukul 23.00 WIB di Surabaya, saya lebih memilih membatasi diri untuk keluar malam di Jogja karena jalannya yang sudah lengang dan gelap.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Perbedaan Pengemis Malang dan Jogja, Dua Kota yang Menjadi Surganya Pengemis Meresahkan atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan. 

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 27 Maret 2025 oleh

Tags: alasan merantaucari kerjaUMR Jogja rendahumr surabaya 2024
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

UMR Jogja Bikin Stres tapi Belum Bikin Gila kayak Hidup di Jakarta MOJOK.CO
Esai

UMR Jogja Memang Menyedihkan dan Menyiksa Dibanding Jakarta, tapi Setidaknya Jogja Belum Membuat Gila Para Sarjana kayak Ibu Kota

11 September 2025
lolos CASN lebih menjanjikan ketimbang kuliah S3. MOJOK.CO
Ragam

Merelakan Kuliah S3 usai Lolos CASN adalah Pilihan Realistis di Tengah Kondisi Negeri yang Semrawut, meski Penempatan Tak Sesuai Harapan

17 Juni 2025
Tukang sayur di Solo lebih makmur ketimbang kerja di Jakarta. MOJOK.CO
Sosok

Nekat Merantau dari Jakarta ke Solo untuk Bangun Usaha Sendiri, Kini Hidup Jauh Lebih Tenang dengan Gaji Berkecukupan

21 Mei 2025
Alumnus PENS, Surabaya lebih suka merantau ke Bandung. MOJOK.CO
Ragam

Sisi Gelap Bandung yang bikin Resah Perantau Asal Surabaya, padahal Terkenal sebagai Kota Pelajar

14 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.