Andra (22) tak akan pernah melupakan jasa Warung Madura di Jogja. Bagaimana tidak, dua pekan lalu, saat tengah malam, ia kehabisan bensin ketika hendak pulang ke rumahnya yang berada di Banguntapan, Bantul.
SPBU terdekat berjarak 3 kilometer dari tempatnya berhenti. Sementera penjual bensin eceran sudah tak ada yang kelihatan masih buka. Kondisi jalanan sangat sepi malam itu.
Dalam kepanikannya, untungnya dia melihat sebuah pertamini berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Andra pun langsung menghela napas lega.
Sayangnya, kepanikan lain justru menghampirinya. Saat bensin telah dikucurkan ke tangki motornya, ia baru ingat kalau sedang kehabisan uang cash. Andra waktu itu juga tak mengetahui di mana lokasi ATM terdekat. Di Warung Madura tempatnya mengisi bensin, juga belum menerima pembayaran via e-money.
“Kata bapak penjaganya ‘bawa dulu aja, Mas, Ndak apa-apa. Nanti bisa balik lagi,” ujarnya kepada Mojok, Senin (29/4/2024), menirukan sang penjaga Warung Madura yang terletak di sekitaran Nologaten, Jogja, tersebut.
“Padahal aku habis 25 ribu, itu kan lumayan. Bisa aja lho aku nggak balik kesitu, soalnya kita sama-sama nggak kenal. Tapi bapaknya ikhlas-ikhlas aja,” sambungnya.
Membantu pengendara yang kehabisan bensin di malam hari, seperti pada cerita Andra, sebenarnya bukan hal baru bagi pegawai Warung Madura. Ansori (40), penjaga Warung Madura di Jalan Anggajaya, Condongcatur, menceritakan hampir setiap malam ada orang kepepet minta bantuan isi bensin, tapi tak membawa uang.
“Ya, mereka sering ngaku uangnya ketinggalan, atau lagi nggak ada cash. Tapi tetep kita isiin, Mas,” jelasnya.
“Ada yang balik lagi, bayar. Tapi banyak juga yang nggak balik. Kalau yang nggak balik lagi itu ya kita ikhlas aja, Mas, karena niatnya emang nolong. Kadang ada yang datang, ‘Pak, saya dulu belum bayar bensin’, padahal saya dah lupa dia kapan belinya.”
Sering membantu musafir yang kesusahan di tengah malam
Tak hanya membantu orang-orang yang butuh “bensin dadakan”, Warung Madura di Jogja juga jadi pelabuhan bagi para musafir. Ansori bercerita, nyaris tiap malam ada saja orang yang mengaku “dari jauh” mampir ke warungnya buat sekadar beli minum.
Kondisinya kerap yang keliahatan lusuh. Membawa tas berisi pakaian. Dan, tak sedikit juga yang datang dengan muka pucat pasi, terlihat belum makan seharian.
“Ada yang mengaku jalan kaki dari Kebumen. Ada yang katanya udah berbulan-bulan di Jogja dari luar Jawa belum dapat kerja, itu biasanya saya bantu, Mas,” kenang lelaki asal Situbondo ini.
Tak sekadar memberi minum secara cuma-cuma, biasanya Ansori juga mengajak para musafir ini buat duduk dan mengistirahatkan kaki mereka sambil berbincang.
“Kadang kalau lagi kebetulan ada makanan, saya tawarin makan juga,” sambungnya.
Ansori mengaku tak mempermasalahkan apakah musafir-musafir ini benar-benar orang yang membutuhkan atau cuma bohongan. Yang dia tahu, toh, niat awalnya memang buat membantu.
Ia juga senang kalau warungnya dalam keadaan ramai orang. Kata dia, sekalian buat teman ngobrol dan menghindari hal-hal yang menjurus kriminal.
“Namanya buka 24 jam, Mas, pasti ada aja kriminal kayak maling gitu. Amit-amit rampok juga bisa. Tapi kalau warung ramai terus insyaallah maling jadi mundur.”
Zalim kalau melarang warung madura buka 24 jam
Soal wacana baru-baru ini yang menyebut bakal ada pelarangan Warung Madura buka 24 jam, Ansori mengaku cukup bingung. Kata dia, tak ada alasan yang masuk akal dari wacana tersebut.
“Masih simpang siur, cuma kalau dengar-dengar di grup paguyuban, ada minimarket [toko ritel modern] yang takut kesaing,” jelasnya.
“Lho, itu maksudnya gimana, namanya persaingan masa takut bersaing. Pembeli lho, datang kesini ya karena kita lebih murah, berani buka 24 jam, dan memang nggak ada uang parkir. Dari dulu Warung Madura memang begini.”
Ansori mengaku ada banyak orang-orang terbantu dari adanya warung yang buka 24 jam. Tak hanya orang-orang yang butuh bensin maupun musafir yang ia tolong, para pekerja shift malam juga mengandalkan warungnya buat belanja.
“Satpam butuh rokok, kesini. Itu anak-anak kos mau beli apa-apa kalau tengah malam juga kesini, soalnya mau kemana lagi kan,” kata Ansori.
“Kita serahkan ke masyarakat saja, terbantu nggak sama Warung Madura yang buka 24 jam. Kalau asal ketok palu, itu namanya zalim,” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA 3 Rahasia yang Buat Warung Madura Nekat Jualan di Dekat Indomaret dan Alfamart dengan Harga Tak Lebih Murah
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News