Sejak open gate pada pukul 15.00 WIB, para peserta peluncuran buku Mentalitet Korea: Jalan Ksatria Komandan Bambang Pacul di Kafe Basabasi Condongcatur, Jogja, sudah mulai memadati venue.
Berdasarkan pantauan Mojok, situasi sudah full house sejam setelahnya. Pendopo, yang jadi lokasi utama forum, sudah penuh dengan lautan manusia. Di parkiran pun, space buat menaruh kendaraan sudah tak tersedia lagi.
Demi kondusivitas, situasi ini pun bikin panitia peluncuran buku terpaksa menutup akses. Para peserta yang datang telat, apalagi di atas pukul 16.00 WIB, sudah tak bisa masuk ke area Kafe Basabasi lagi.
Kondisi ini jelas bikin beberapa orang kecele, karena peluncuran buku yang menghadirkan Bambang Pacul secara langsung ke Jogja itu adalah momen langka bagi mereka.
Alhasil, ada yang ngotot berusaha masuk, meskipun percuma–karena tak diizinkan panitia. Ada juga yang diam-diam menyusup walaupun gagal, dan tak sedikit juga yang mawas diri sadar akan kesalahannya.
“Seandainya datang tepat waktu, mungkin bisa ketemu Pak Pacul,” kata Nurrahman, korea asal Purwokerto yang kecewa karena telat datang ke acara peluncuran buku, Jumat (14/6/2024 ).
Nglaju 5 jam perjalanan demi ketemu Bambang Pacul
Nurrahman merupakan mahasiswa Ilmu Hukum Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto. Mahasiswa angkatan 2022 ini rela melakukan perjalanan selama lima jam dari Purwokerto ke Jogja demi bertemu Bambang Pacul.
Lelaki kelahiran Boyolali ini memang mengidolakan tokoh senior PDIP tersebut. Menurutnya, filosofi kehidupan yang diajarkan Bambang Pacul sangat relate dengan kehidupannya.
“Apalagi saya kan Gen Z juga ya, Mas, beban hidup lagi banyak-banyak. Filosofi Pak Pacul ini bikin kita nggak lembek hadapin beban itu,” kata Nurrahman.
Sebagai mahasiswa Ilmu Hukum, musim politik kemarin bikin “hubungan” dia dengan politik menjadi dekat. Hal ini, kata Nurrahman, terjadi karena banyak sekali aturan hukum yang diinjak-injak penguasa demi memuluskan kepentingannya.
Nurrahman, seorang korea yang tak punya power apalagi gelimang harta, merasa hopeless dengan situasi tersebut. Untungnya, sosok Bambang Pacul mulai sering muncul di podcast-podcast.
Bahkan, potongan video terkait wajangan Komandan Korea itu ke generasi muda kerap juga melintas di fyp TikTok-nya.
“Sejak saat itu jadi senang mengikuti kiprah beliau. Sebab, filosofi yang diajarkan itu ‘kan nggak ribet, sederhana, on point banget gak bertele-tele tapi tetap filosofis,” kata dia.
“Kalau Tan Malaka yang aku tahu anak muda itu kudu bisa terbentur, terbentur sebelum bisa terbentuk. Kalau Pak Pacul mengajarkan orang kecil juga bisa melenting,” sambungnya.
Sayangnya, pada hari itu ia kecewa karena telat datang. Nurrahman pun berharap acara serupa bakal kembali digelar, khususnya di kotanya.
Korea lain yang gagal mendengarkan wejangan hidup Sang Komandan secara langsung
Selain Nurrahman, ada banyak korea lain yang yang bernasib sama seperti dirinya. Ada yang jauh-jauh dari Magelang, Sukoharjo, bahkan Solo. Beberapa memang mengaku antusias karena pengulas bukunya adalah orang-orang yang juga mereka idolakan.
Seperti yang kita tahu, selain menghadirkan Bambang Pacul, peluncuran buku tersebut juga dihadiri oleh Irfan Afifi, Fahrudin Faiz, dan tentunya sang penulis, Puthut EA.
Namun, antusiasme mereka lebih besar lagi karena tahu Bambang Pacul juga langsung hadir di lokasi.
“Jam setengah 3 kurang dikabari teman yang sudah di lokasi, katanya sudah mau penuh. Awalnya masih santai sih, karena biasanya masih kebagian tempat,” ujar Robi, penglaju asal Magelang yang juga tak kebagian tempat di acara itu.
“Jam setengah 4 posisi masih di jalan, dikabari lagi katanya sudah mau penuh dan Pak Paculnya datang langsung. Kaget dong karena ngiranya yang guest star siluet itu cuma gimmick. Yaudah ngebut, tapi tetap telat,” sambungnya.
Pada acara peluncuran buku yang berlangsung selama kurang lebih dua jam, Bambang Pacul bicara mengenai banyak hal. Seperti cerita-cerita tentang hidup yang dia jalani setelah perhelatan politik, mentalitet korea, serta mentalitas-mentalitas yang harus dimiliki oleh manusia dalam berjuang.
Salah satu yang disampaikan, dan mendapat applause meriah dari audiens, adalah terkait strategi korea untuk bangkit lagi setelah mengalami kekalahan dalam hidup. Salah satunya melalui Trifokus, yakni “menemukan kebahagiaan pada dirimu dan fokuskan hati untuk melenting”, “fokuskan pada solusi”, dan “jagalah kesehatan mumpung masih muda.”
Ketiga pengisi acara juga memberi tanggapan atas buku Mentalitet Korea: Jalan Ksatria Komandan Bambang Pacul tersebut.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News