Akhir-akhir ini cuaca di Jogja cukup menyebalkan. Meski sudah memasuki musim hujan, suhu udara di siang hari Jogja tetap terasa sangat panas. Persis seperti saat bulan Oktober lalu di mana keadaan siang hari terasa amat nggesileng.
Catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa rata-rata suhu udara di Jogja pada siang hari dalam seminggu terakhir adalah 32 derajat celcius. Sialnya lagi, cuaca panas ini kemungkinan masih bakal terjadi hingga sepekan ke depan.
BMKG memprediksi hujan baru mengguyur Jogja pada akhir tahun nanti. Sebelum itu, masyarakat harus kembali menikmati teriknya cuaca siang hari.
Bahkan, saking kesalnya dengan kondisi ini, netizen di X sampai banyak yang berkelakar kalau “Jogja lagi ada proyek Jalan Tol, makanya hujannya dipindah”. Aduh, ada-ada saja.
Keluhan warganet: “Sido musim udan ora to iki?”
Kondisi cuaca yang terik dalam beberapa hari terakhir cukup menjadi keluhan warga Jogja. Di X, misalnya, banyak masyarakat yang merasa di-prank karena awal Desember mereka sempat “dikasih” hujan, tapi kini “dibanting” lagi ke situasi panas.
Komentar-komentar lucu juga bisa kita lihat di postingan @jawafess pada Minggu (17/12/2020) lalu.
“Sido musim udan ora to iki?,” tulis sang pengunggah, dikutip Rabu (20/12/2023). Kalimat tersebut semacam pertanyaan geram, “jadi musim hujan tidak?”.
“Rasida. Nggonaku pirang- dina ora udan babarblass. Udane ngenteni rendheng taun ngarep [Tidak jadi. Di tempatku berhari-hari tidak hujan. Hujannya menunggu musim hujan tahun depan],” balas akun @NasiDaruratJogja menimpali kegeraman tersebut dengan bercandaan.
“Wingi udan mung teaser tok [kemarin hujan hanya teaser],” tulis @hiddennotwell menambah kelucuan.
Dari isi komentar, kita juga bisa melihat bahwa ternyata cuaca panas juga bukan hanya di Jogja tapi juga kota-kota lain. Seperti Semarang, Jakarta, Surabaya, hingga Solo.
Penjelasan BMKG tentang Jogja panas saat musim hujan
Melalui keterangan resminya pada Senin (18/12/2023) lalu, BMKG menjelaskan alasan mengapa sebagian wilayah di Indonesia, khususnya di Jogja, masih sangat terasa panas meski sudah masuk musim penghujan.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menyebut, kondisi itu terjadi karena dinamika atmosfer yang mempengaruhi cuaca Indonesia. Yakni El Nino dan Dipole Mode Positif.
El Nino sendiri adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Hal tersebut menyebabkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia menjadi meningkat.
Sementara Dipole Mode adalah fenomena interaksi laut-atmosfer di Samudera Hindia, yang dihitung dari perbedaan nilai atau selisih antara anomali suhu muka laut di perairan sebelah timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatera.
“Jika Dipole Mode dalam kondisi positif, maka curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat secara umum akan berkurang,” katanya dalam keterangan resmi BMKG.
23 Desember ada kemungkinan hujan lagi
Lebih lanjut, Guswanto juga memaparkan bahwa dalam beberapa hari terakhir, di wilayah Jawa atau Indonesia bagian selatan memang tidak terdapat tutupan awan. Sehingga sinar matahari intens/optimum langsung ke permukaan bumi.
“Kurangnya pertumbuhan awan hujan di wilayah Jawa-Nusa Tenggara tersebut salah satu pemicunya aktivitas pola tekanan rendah di sekitar Laut Cina Selatan yang menyebabkan berkurangnya aliran massa udara basah ke arah selatan ekuator,” sambungnya.
Bahkan, berdasarkan analisis terbaru, aktivitas pola tekanan rendah di sekitar Laut Cina Selatan tersebut masih dapat berlangsung dalam 3-4 hari kedepan. Namun, aktivitas itu memiliki kecenderungan melemah intensitasnya. Sehingga dapat berdampak pada potensi peningkatan curah hujan di wilayah Jawa-Nusa Tenggara yang terjadi mulai tanggal 23 Desember 2023 mendatang.
Penulis : Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Pawang Hujan yang Dapat Job Menghentikan Sunset dan Permintaan-permintaan Aneh Pengguna Jasanya