MOJOK.CO – Pasangan Prabowo-Ganjar akan menang mutlak jika Pilpres 2024 hanya ada dua poros. Namun, memasangkan dua orang tersebut rasanya mustahil.
Wacana Pilpres 2024 yang hanya diikuti dua poros koalisi berhembus sepanjang sepekan terakhir. Bola panas yang pertama kali dilempar oleh Wakil Ketua Umum DPP PKB Jazilul Fawaid ini terus bergulir dan mendapat banyak respons.
Beberapa skenario pun tersusun, termasuk memasangkan Prabowo Subianto dengan Ganjar Pranowo yang berhadapan dengan duet Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA menyampaikan bahwa lembaganya telah menyusun simulasi apabila Pilpres 2024 hanya akan ada dua pasang kandidat capres-cawapres. Seperti apa hasilnya?
Prabowo-Ganjar menang mutlak
Menurut simulasi yang Denny JA, jika Pilpres 2024 hanya berlangsung satu putaran antara Prabowo-Ganjar melawan Anies-Imin, hasilnya pasangan yang pertama tersebut unggul telak.
“Hasilnya, Prabowo dan Ganjar memperoleh dukungan 64,9 persen. Sementara Anies dan Muhaimin hanya mendapat dukungan 16,6 persen,” kata Denny dalam keterangan resminya, Jumat (22/9/2023).
Ia menyebut, jika simulasi tersebut benar-benar terwujud, maka kemenangan Prabowo-Ganjar dengan selisih di atas 40 persen ini akan menjadi yang terbesar dalam sejarah pemilu langsung di Indonesia.
Lebih jauh, jika capres dan cawapresnya dibalik pun pasangan Ganjar-Prabowo masih tetap menang mutlak. Meskipun, selisih kemenangannya tak sebesar jika Prabowo yang menjadi capres.
“Bagaimana jika Ganjar capresnya, Prabowo cawapresnya? Mereka juga tetap menang, tapi kemenangannya di angka 60 persen, sementara Anies dan Muhaimin memperoleh 20,6 persen,” dia melanjutkan.
“Namun, mungkinkah Ganjar bersedia mengalah menjadi cawapres saja? Jika kalkulasi-nya semata-mata rasional, itu mungkin. Kemenangan Prabowo sebagai capres jauh lebih telak ketimbang kemenangan Ganjar sebagai capres.”
Segala hal bisa terjadi
Secara kalkulasi, kata Denny, semua masih bisa terjadi. Meskipun jika memperhatikan dinamika politik belakangan, rasa-rasanya sulit membayangkan Prabowo dan Ganjar berada dalam satu kubu.
“PDIP, misalnya, pasti merasa sebagai partai yang terbesar. Partai ini tak ikhlas jika calonnya, kader-nya, petugas partai-nya, hanya menjadi cawapres saja. Apalagi Jika PDIP yakin Ganjar akan mengalahkan Prabowo di putaran kedua,” kata Denny.
Namun, ia juga tetap menegaskan bahwa sebelum pendaftaran capres-cawapres ditutup pada 19-25 November 2023, segala hal masih mungkin saja terjadi.
“Ada kata-kata terkenal di dunia politik: ‘kecuali mengubah lelaki menjadi perempuan dan mengubah perempuan menjadi laki-laki, politik praktis bisa mengubah apa pun’. Itu juga termasuk bisa mengubah siapa pun yang akhirnya menjadi capres dan cawapres,” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA 4 Alasan Mengapa Wacana Dua Poros di Pilpres 2024 Sulit Terlaksana
Cek berita dan artikel lainnya di Google News