MOJOK.CO – Anak muda yang terjun ke dunia politik seringkali mendapat ‘nyinyiran’ karena masuk dalam sistem yang korup. Benarkah demikian? Apa yang perlu dilakukan agar tak terjebak pada sistem yang sama? Ini kata Sekar Krisnauli, bacaleg muda dari Partai Golkar.
Majunya eks Ketua BEM UI Manik Marganamahendra sebagai caleg DPRD DKI Jakarta menuai banyak respons. Manik, yang maju dari Partai Perindo, dianggap telah mengambil jalan yang keliru karena terjun ke politik praktis.
Bagi sebagian pengkritiknya, Manik sebagai politisi muda pada akhirnya nanti hanya bakal ikut arus politik yang korup. Alih-alih bikin perubahan sebagaimana yang ia gembar-gemborkan.
Terkait fenomena tersebut, Ketua DPD Partai Golkar Kota Solo Sekar Krisnauli Tandjung menyayangkan berbagai rundungan dan cacian yang tertuju pada Manik.
Menurutnya, partisipasi anak muda ke politik justru baik karena beberapa alasan.
Pertama, Sekar yang maju untuk DPRD Kota Solo mengatakan, anak muda dapat membawa nafas baru bagi perpolitikan Indonesia yang isinya selama ini mayoritas politisi senior.
Sementara yang kedua, hadirnya anak muda dalam politik bisa mewakili keresahan mereka—yang jarang politisi senior singgung—untuk kemudian terimplementasi dalam kebijakan pro-anak muda.
“Seperti yang kita tahu, semua kebijakan adalah produk politik. Jadi kalau anak muda pengin mengubah, ya, harus oleh mereka sendiri,” kata Sekar, yang Mojok temui, Kamis (22/6/2023).
Sementara terkait narasi publik yang menyebut bahwa “politik akan bikin Manik ikut-ikutan jahat”, Sekar kurang bersepakat. Tak dipungkiri memang hampir semua institusi, termasuk lembaga pemerintahan seperti DPR dan MPR, pasti terdapat oknum-oknum yang berperilaku buruk.
Namun, ia menegaskan, bahwa sistem yang jahat itu tidak selamanya bisa memengaruhi kita.
“DPR dan MPR, meski ada orang jahat, tapi it’s not bad. Ia tak akan bikin kita jadi korup, asalkan kita punya pijakan kuat,” tegasnya.
Lantas, apa pijakan atau modal apa saja dibutuhkan anak muda agar tak terjebak dalam sistem korup politik di Indonesia ini? Ini penjelasan Sekar Krisnauli:
#1 Visi yang kuat
Salah satu “bumper” untuk menjaga anak muda yang terjun ke politik agar tak terpengaruh sifat-sifat jahat adalah visi yang kuat.
Kata Sekar, memang ini terdengar klise. Namun, tanpa pijakan dan niat yang kuat, maka sangat mudah bagi politisi muda untuk terbawa arus kekuasaan yang korup.
Ibaratnya, jika niat awal terjun ke politik saja sekadar “balik modal”, maka ke depannya tak ada yang bisa diharapkan selain korup.
Berbeda jika niat terjun ke politik adalah untuk mengubah sistem ke arah lebih baik, maka idealisme anak muda “paling tidak” dapat terjaga.
“Karena tanpa itu semua, kita tak punya pijakan yang kuat dan bakal gampang kebawa arus jahat politik,” jelas Sekar.
#2 Uang penting tapi bukan segalanya
Kedua, Sekar mengakui salah satu instrumen yang paling menentukkan sejauh mana politisi muda dapat berdiri pada idealismenya adalah faktor finansial alias uang.
Menurut Sekar, lahir dari keluarga dengan ekonomi serba berkecukupan—misalnya, seperti dirinya—telah “mengizinkan” untuk berjalan sesuai dengan visi-misinya.
“Itu tak bisa dimungkiri; dengan finansial yang kuat, kita bisa mengelola organisasi secara lebih baik,” kata dia.
“Sementara organisasi yang baik, memastikan kita tetap berdiri pada idealisme,” sambungnya, tegas.
Namun, ia tetap menggarisbawahi, bahwa uang tetaplah uang yang selalu punya dua mata pisau.
“Uang penting, tapi bukan segalanya. Ibarat uang Rp20 miliar berada di tangan orang yang salah, atau hanya Rp2 miliar tapi di tangan orang yang tepat, hasilnya beda,” kata Sekar.
“Jadi, semua kita kembalikan ke visinya di awal tadi dan seberapa kuat idealismenya,” tukasnya.
#3 Harus diikuti power juga
Terakhir, selain harus punya pijakan visi dan ekonomi yang menopang, anak muda juga harus cermat dalam menentukkan partai. Dalam hal ini, Sekar menyebut bahwa power alias kekuasaan sangat berpengaruh bagi anak muda dalam menjaga idealisme.
“Katakanlah sebagai caleg, uang kita kecil. Tapi di sisi lain kita berada di partai yang berkuasa. Kemungkinan besar kita bakal lebih maju karena kita punya kuasa,” urainya.
“Hanya dengan kekuatan yang besar kita bisa menghadapi tantangan dari luar. Dan tiga hal tadi [visi, uang, power], bagi anak muda bisa jadi modal pendukung agar bisa terus bergerak maju di politik,” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi