MOJOK.CO – Penting bagi pemilih perempuan memilih calon legislatif (caleg) perempuan. Namun, caleg perempuan seperti apa sih yang layak kita pilih? Bagaimana cara mengenali program-program mereka?
Unggahan Cakra Wikara Indonesia di sosial media menjelaskan, perlunya meningkatkan keterwakilan perempuan baik dalam pencalonan maupun keterpilihan sebagai anggota legislatif. Pasalnya, semakin banyak perempuan yang duduk di posisi strategis sebagai pengambil kebijakan, maka isu-isu perempuan dan kesetaraan bisa lebih bergaung. Parlemen sebenarnya memerlukan perempuan-perempuan yang memahami isu dan kebutuhan perempuan yang berpihak pada prinsip kesetaraan.
Ini tentu saja tanpa mengeyampingkan bahwa hari-hari ini memang semakin banyak caleg laki-laki yang turut mendukung isu perempuan dan berpihak pada kesetaraan. Namun, ada perbedaan pengalaman antara caleg laki-laki dan caleg perempuan. Ada pengalaman-pengalaman yang hanya bisa dirasakan perempuan seperti menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui. Dalam tulisan Mojok.co sebelumnya ada penjelasan bahwa pengalaman ini menjadi penting karena akan membentuk empati, keberpihakan, dan komitmen sehingga pilihan kebijakan akan lebih konkret dan strategis.
Akan tetapi, perlu menjadi perhatian, tidak semua caleg perempuan ternyata memahami dan mau memasukkan serta memperjuangkan kepentingan perempuan dalam produk-produk legislasi ketika terpilih. Oleh karena itu, penting untuk memilih caleg-caleg potensial yang mau dan mampu menyuarakan suara perempuan di lembaga legislatif.
Lalu bagaimana caranya memilih caleg perempuan yang kompeten, berkualitas, dan mampu mendorong pemenuhan hak serta kepentingan perempuan? Peneliti Cakra Wikara Indonesia Mia Novitasari memaparkan pada Mojok pentingnya pemilih untuk kritis dalam memilih caleg. Di bawah ini beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk menyaring caleg-caleg yang layak pilih:
Mengunduh resume di laman resmi KPU
Ketika daftar calon sudah KPU tetapkan, pemilih bisa mengunduh curriculum vitae atau resume masing-masing caleg di laman resmi KPU. Melalui resume tersebut, pemilih dapat melihat bagaimana kiprah caleg selama ini dan visi misinya. Salah satu pertanda baik adalah caleg terlibat dalam organisasi-organisasi yang menjadi wadah bagi isu-isu perempuan dan kesetaraan seperti organisasi sayap perempuan parpol, Fatayat NU, Aisyiyah Muhammadiyah, Koalisi Perempuan Indonesia, maupun organisasi-organisasi perempuan lain.
Konfirmasi ke komunitas
Selain informasi yang tercatat dalam resume, biasanya pemilih bisa mendapat lebih banyak informasi yang mendetail dari kolega atau komunitas. Pemilih bisa bertanya sekaligus memastikan apakah caleg-caleg yang maju memang betul memiliki kepedulian terhadap isu perempuan dan berpihak pada kesetaraan. Melalui kolega dan komunitas bisa juga konfirmasi mengenai rekam jejak dalam resume caleg tersebut.
Mencermati media sosial caleg
Melihat medsos caleg juga bisa menjadi salah satu cara melihat rekam jejak. Kita bisa melihat bagaimana tanggapan caleg terhadap suatu isu dan apa saja kegiatan yang mereka kerjakan selama ini. Kita juga bisa memeriksa narasi atau informasi yang beredar terkait caleg tersebut.
Hadir ke sosialisasi caleg
Pemilih yang menghadiri sosialisasi caleg akan lebih mudah untuk mengenal program dan visi-misi caleg. Di pertemuan itu pemilih bahkan dapat langsung bertanya mengenai pandangan caleg terhadap isu-isu perempuan dan kesetaraan. Oleh karenanya, menghadiri sosialisasi yang digelar caleg akan sangat membantu pemilih dalam memantapkan dukungannya.
Pentingnya cross check
Keberadaan internet dan media sosial memudahkan seseorang membangun image alias citra diri yang diinginkan. Tidak terkecuali citra diri yang ramah akan isu-isu perempuan dan kesetaraan. Padahal, bukan tidak mungkin seorang calon sebenarnya tidak mengusung nilai-nilai tersebut.
Menyikapi kondisi seperti itu, Mia menyarankan pemilih lebih kritis dengan rajin melakukan cross check. Upaya ini penting guna memastikan caleg yang akan pilih benar-benar peduli dan paham terhadap kepentingan perempuan dan nilai-nilai kesetaraan. Sehingga, nanti mereka benar-benar akan memperhatikan kepentingan perempuan dan kesetaraan dalam produk legislasi.
Sebenarnya Mia berpandangan, caleg yang aktif bermedia sosial dan membangun citra diri yang baik tidak melulu pura-pura. Ada juga caleg yang memanfaatkan medsos dan sarana komunikasi lainnya untuk mengkomunikasikan hasil kerjanya.
“Di daerah pemilihannya ketika kita tanya tentang sosok caleg ini mayoritas menjawab kinerjanya sangat baik dan image yang terbangun di medsosnya juga baik,” jelas Mia ketika dihubungi Mojok. Kondisi tersebut merupakan pertanda baik, mengingat caleg yang benar-benar bekerja untuk rakyat biasanya memang diketahui kinerjanya dan mudah untuk dijangkau.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setyo Adi