MOJOK.CO – Stik PS4 membuatku ingat, bahwa ada game yang belum aku mainkan, dan setidaknya hidup tak lagi jadi terlalu mengerikan.
Pertanyaan itu selalu muncul saat orang melihat tangan kiriku yang penuh rajahan. Mungkin karena penasaran atau mungkin karena bingung, dari sekian banyak hal di dunia, mengapa stik PS4 yang dipakai sebagai inspirasi tato.
Aku selalu menjawab dengan asal. Setiap orang yang bertanya akan mendapat jawaban berbeda tergantung mood hari itu. Pernah aku menjawab karena stik PS4 itu punya filosofi kendali, aku ingin mengendalikan hidupku sendiri. Padahal ya nggak, hidupku berantakan. Pernah lain waktu aku menjawab karena ini kalah taruhan, jadi aku memasang tato stik PS4 sebagai hukuman. Belakangan aku capek mengarang cerita dan sering kujawab dengan kalimat, “Ya lagi pengin aja,” atau semacam itu.
Aku merasa bersalah karena membohongi mereka dan berharap tulisan ini bisa memberikan jawaban utuh mengapa aku membuat tato stik PS4 di lengan kiri.
Dua tahun lalu aku bertemu dengan psikolog dan menyadari kalau memiliki gangguan kecemasan dan depresi ringan. Pernah dalam beberapa hari aku tak makan, tidak mandi, dan menghabiskan waktu terbaring meringkuk di dalam selimut di atas ranjang. Satu-satunya hal yang membuatku bertahan saat itu adalah harapan, bahwa mungkin nanti, akan ada orang yang menolongku.
Ternyata harapan itu salah. Tidak ada orang yang bisa menolongmu kecuali dirimu sendiri. Aku memaksakan diri untuk bangun dari tidur, makan teratur, olahraga, dan coba menghubungi teman-teman lama. Tapi ya sebagai orang yang kurang menyukai interaksi sosial, aku lebih sering berdiam diri di kamar. Satu hari, setelah pindah ke kos baru, aku ingat jika punya PlayStation 4. Konsol game dari Sony yang kumiliki setelah menabung selama enam bulan.
Aku tak ada niatan untuk main game dengan serius, Kukira ya hanya sekadar sambil lalu saja. Game yang kumainkan adalah The Division, game tembak-tembakan dengan latar Manhattan setelah terserang virus mematikan. The Division harus dimainkan dengan koneksi internet dan dimainkan bersama pemain lain dari berbagai negara. Pada mulanya aku hanya main satu jam, lalu lanjut cemas. Keesokan harinya seseorang dari Jepang mengajakku untuk berperang bersama.
Kenapa aku tahu dia orang Jepang? Karena dia bernama Masaru, masa Mulyadi? Untuk berkomunikasi, kami menggunakan fitur chat yang ada dari layanan PSN, Masaru menggunakan Google Translate untuk berkomunikasi. Masaru membuatku lupa akan kecemasan dan problem yang dihadapi. Jika hari-hari sebelumnya dipenuhi rasa benci pada diri sendiri, setelah main bersama, aku berpikir tentang strategi untuk mengalahkan bos atau level tertentu di The Division.
Game yang aku mainkan lantas berkembang, mulai dari The Division, The Witcher 3, hingga Final Fantasy XVII. Beberapa teman yang melihat perkembangan baik dari kondisi mentalku menyarankan untuk mengganti PS4 dengan Personal Computer (PC). Meski tidak segemilang platform PC, PS4 sebagai konsol memberikan kepuasan tersendiri. Grafik yang diberikan oleh PS4 tidak sebagus PC, meski demikian beragam game eksklusif (artinya tidak bisa dimainkan di luar konsol selain PS), jadi daya tarik utama.
Bagiku yang tumbuh dengan bermain Harvest Moon di PS1, memainkan GTA dan Need For Speed Underground di PS2, konsol PS4 adalah sebuah panduan dari nostalgia dan kesetiaan. Ada perasaan gembira bahwa sebagai orang dewasa, memiliki pekerjaan yang lumayan mapan, membeli PS4 adalah capaian yang lain. Tentu secara kualitas mesin, grafik, dan juga kendali stik, PC lebih superior.
Aku menyadari bahwa bermain PS memberikan ketenangan. Ia membawa kepada momen-momen yang partikular. Memegang stik PS4, memandang televisi, bertemu teman, main hingga larut, dan yang paling penting membuatmu lupa pada hal yang membikin sedih. Elemen nostalgia tentu jadi faktor utama mengapa kita gandrung bermain game, terutama konsol, dibandingkan platform yang lain.
Aku masih ingat rasanya menunggu hari Minggu, dengan uang lima ribu hasil menabung seminggu, untuk main Final Fantasy VII. Beberapa studio game dunia masih melanjutkan game yang mereka buat 10 tahun lalu hingga hari ini. Saat SMP aku memainkan Metal Gear Solid, yang versi online PS4 masih bisa aku mainkan hingga hari ini. Studio seperti Konami dan Square juga masih membuat seri game yang sama meski dengan kualitas yang lebih baik.
PlayStation memberikan ketenangan. Kamu akan dibuat pergi ke dunia yang lain. Batas antara imaji kanak-kanakmu, saat kamu harus main dengan waktu terbatas di rental PS. Kamu bekerja keras berharap kelak, suatu hari nanti, kamu akan punya PS sendiri dan bisa bermain sepanjang hari tanpa harus direpotkan dengan batasan waktu. Hal-hal yang membuatmu ingat bahwa hidup masih layak diperjuangkan.
Lalu apa hubungannya dengan stik PS yang ada di tangan kiri? Aku merasa bahwa Playstation, jadi salah satu alasanku untuk bertahan hidup. Aku masih berharap kelak akan ada orang gila yang akan membuat remake game Tenchu. Atau menghadirkan kembali Harvest Moon Back To Nature dengan visual yang lebih ciamik. Stik PS4 membuatku ingat, bahwa ada game yang belum aku mainkan, dan setidaknya hidup tak lagi jadi terlalu mengerikan.
BACA JUGA Mengenang Games di PS-1 yang Begitu Membekas di Hati dan Ingatan Saya dan kenangan akan konsol serta game lainnya di rubrik KONTER.