MOJOK.CO – Oppo R17 Pro secara resmi menjadi ponsel pertama di Indonesia yang menggunakan chipset Qualcomm Snapdragon 710. Apakah fitur-fitur yang disematkan ke dalam ponsel mewah ini sebanding dengan harga benderolnya?
Oppo Indonesia secara resmi mengumumkan harga smartphone terbarunya yaitu Oppo R17 Pro pada hari ketiga di awal tahun ini. Gajet tersebut dibanderol sebanyak sepuluh juta kurang seribu rupiah dengan kejutan menarik, diantaranya mendapatkan cashback sebesar Rp 1 juta plus hadiah speaker portabel JBL Clip 3. Bonus tersebut bisa diperoleh khusus bagi pembeli yang melakukan pre-order selama tanggal 4–16 Januari ini.
Oppo R17 Pro menjadi daya tarik karena ia adalah ponsel pertama di Indonesia yang secara resmi menggunakan chipset Qualcomm Snapdragon 710. Meski demikian, ponsel ini sebenarnya tidak baru-baru amat karena sudah meluncur di negara lain sejak bulan November tahun lalu. Beberapa toko daring sebelumnya sudah memasarkan ponsel ini dalam versi black market alias BM.
Melalui kemasannya yang terkesan mewah, pembeli akan segera dikejutkan oleh sebuah ponsel dengan warna gradasi keunguan di cover belakangnya. Desain gradasi pada cover belakang ini mengingatkan ponsel-ponsel seperti Huawei Nova 3i dan Xiaomi Mi Play dengan harga yang tak sampai setengahnya.
Dengan layar jenis AMOLED berukuran diagonal 6.4 inci, ponsel ini terasa bongsor. Bagi pengguna dengan ukuran telapak tangan yang sempit, sudah barang tentu sulit untuk digenggam. Beratnya pun tidak main-main, yaitu sekitar 183 gram.
Tentu saja saya tak tertarik menaruhnya di kantong celana karena sudah pasti menambah beban saat berjalan. Sudah begitu, belum tentu muat juga meskipun ukuran kantong sudah sedemikian besarnya. Maklum, celana saya saat ini minimal berukuran XXL.
Bicara soal layar, ponsel ini telah mengadopsi rasio layar yang lebih panjang yaitu 19,5:9. Penggunaan poni berbentuk tetes air (waterdrop) pada perangkat ini berfungsi untuk memaksimalkan body-to-screen ratio yang mencapai 85,9%. Resolusinya memang sudah tinggi, lebih tepatnya sudah FHD+ (2340×1080 pixel) sehingga tergolong nyaman untuk bermain game dan menikmati aneka konten multimedia terbaru.
Namun, saya sedikit tidak paham mengapa dengan harga semahal ini Oppo tidak mau memberikan layar dengan resolusi lebih tinggi, misalnya 1440p? Mungkin saja Oppo menganggap belum perlu untuk memberikan resolusi yang lebih tinggi sekaligus menghemat penggunaan daya baterai.
Beralih ke sektor jeroan. Ponsel ini dibekali dengan chipset Qualcomm Snapdragon 710. Prosesornya terdiri dari dua inti berperforma tinggi yaitu Kryo 360 Gold dengan kecepatan 2,2 GHz dan enam inti lainnya dengan konsumsi daya lebih rendah yaitu Kryo 360 Silver dengan kecepatan 1,7GHz. Di sektor pemrosesan grafis, perangkat ini dibekali kartu grafis Adreno 616 serta komposisi RAM/ROM sebesar 8 GB/128 GB.
Dengan spesifikasi di atas, ponsel ini sudah masuk ke dalam daftar dukungan Epic Games untuk memainkan game populer Fortnite versi Desember 2018. Sebuah kehormatan bagi Oppo R17 Pro, mengingat jumlah smartphone yang mendukung game versi tersebut masih sangat terbatas.
Akan tetapi, penggunaan chipset di kelas menengah atas ini membuat saya tidak yakin bahwa ponsel ini bisa meraih frame rate yang tinggi untuk pengaturan grafis yang tinggi di game Fortnite. Selebihnya untuk memainkan game lain yang lebih mainstream seperti PUBG Mobile dan AoV seharusnya tidak ada masalah.
Skor benchmark dari AnTuTu yang diperoleh ponsel ini hanya setara dengan ponsel ber-chipset Qualcomm Snapdragon 821. Keunggulan chipset Snapdragon 710 adalah penggunaan fabrikasi yang lebih kecil yaitu 10nm sehingga lebih hemat daya dan adem. Dari dua poin ini, saya masih belum menemukan jawaban mengapa OPPO berani memberikan harga sedemikian mahal untuk Oppo R17 Pro.
Oke, sekarang lanjut ke soal kemampuan fotografi. Menyusul Huawei P20 Pro, Samsung Galaxy A7 (2018), dan keluarga Huawei Mate 20, OPPO membenamkan tiga lensa kamera sekaligus di bagian kamera belakang R17 Pro.
Lensa pertama adalah lensa utama beresolusi 12 MP dengan fitur dual pixel, PDAF, OIS, dan dual aperture. Ponsel akan menyesuaikan aperture yang digunakan secara otomatis terhadap banyaknya cahaya yang masuk antara f/1.5 atau f/2.4. Namun, sayangnya hal ini tidak bisa dikendalikan secara manual oleh pengguna.
Besaran resolusi ini boleh dibilang sangat standar di kalangan ponsel upper-midranger dan flagship, tetapi kemampuannya luar biasa untuk menghasilkan foto dengan detail warna yang memuaskan dan ketajaman yang bisa dibanggakan sekalipun dalam mode diperbesar (zoom in).
Lensa kedua beresolusi 20 MP dengan aperture f/2.6 dan dukungan autofocus. Sayangnya lensa sebagus ini hanya dijadikan Oppo sebagai sensor kedalaman dan alat bantu pada kondisi minim cahaya. Lensa ketiga yang begitu dijagokan oleh Oppo adalah Time of Light (TOF) 3D Stereo yang berfungsi untuk memindai kedalaman tiga dimensi secara presisi. Lensa jenis ini akan sangat membantu pengguna yang demen bermain-main dengan aplikasi augmented reality dan kelak 3D printing.
Sayangnya, fitur pada lensa ketiga itu belum tersedia bagi para pengguna karena Oppo masih menyempurnakan perangkat lunak yang digunakan. Sementara ini lensa tersebut hanya digunakan untuk membantu melihat cahaya sekitar saat membidik foto sehingga hasilnya lebih bagus sekalipun diambil saat malam hari sesuai tagline ponsel ini, yaitu “seize the night”.
Kekecewaan yang lebih besar lagi datang dari kamera depan ponsel ini yang sama dengan milik Oppo F9 yang dihargai setengahnya, yaitu sebuah lensa berukuran 25 MP dengan aperture f/2.0 dan ukuran piksel sebesar 0,9 μm.
Inikah keunggulan yang pantas dihargai tinggi? Menurut saya, tidak! Di sektor videografi, ponsel ini mampu mengambil video beresolusi 2160p dan 1080p dengan frame rate sebesar 30fps. Resolusi yang termasuk tinggi, tetapi tetap tidak istimewa.
Saya akhirnya menemukan jawaban yang terdengar masuk akal untuk harga yang luar biasa ini. OPPO ternyata tidak menggunakan satu modul baterai saja pada R17 Pro, tetapi dua modul sekaligus dengan masing-masing berkapasitas 1.850 mAh sehingga total kapasitas dayanya adalah 3.700 mAh.
Konfigurasi baterai tersebut masih dilengkapi dengan kemampuan pengecasan SuperVOOC bermodal charger 10V/5A sehingga pengisian daya hingga berkapasitas 40% hanya memakan waktu 10 menit dan pengisian daya hingga penuh hanya memakan waktu 35 menit. Gesit dan hemat waktu.
Fitur ini sangat luar biasa ketika kebanyakan ponsel di pasaran membutuhkan waktu pengisian hingga penuh dalam waktu satu hingga dua jam. Apakah penggunaannya aman? Tenang, ponsel ini sudah mengantongi sertifikasi dari TUV Rheinland untuk keamanan pengisian dengan lima dasar perlindungan.
Perlu dicatat bahwa kemampuan ini hanya bisa diperoleh dengan penggunaan charger bawaan. Jika tidak menggunakan charger bawaan, tentu kecepatan pengisian dayanya akan melambat secara signifikan. Apalagi penggunaan kabel berjenis USB Type-C yang belum banyak diterapkan di Indonesia membuat pengguna R17 Pro akan kesulitan mendapatkan charger pinjaman ketika lupa membawa pasangannya sendiri.
Sensor pengenal sidik jari tidak diletakkan di bagian belakang ponsel, tetapi dibenamkan di permukaan layar. Hal ini juga tidak terlalu istimewa buat saya, bahkan sejujurnya saya tetap lebih menyukai peletakan sensor di belakang perangkat. Hal yang saya anggap penting tetapi justru hilang dari ponsel ini adalah keberadaan audio jack 3,5 mm yang terasa sangat menyedihkan bagi para penggemar headset berkabel. SUNGGUH TERLALU.
Kesimpulannya, jika situ bukan termasuk orang-orang dengan mobilitas sepanjang hari dan waktu luang untuk mengisi daya ponsel yang sangat sedikit, ponsel ini bukanlah ponsel yang cocok buat situ.
Maafkan, Oppo. Bukannya saya ingin menjelek-jelekkan produk Oppo mentang-mentang karena saya bukan penggemar dan pengguna produkmu, tetapi saya harus mencoba memberikan penilaian yang objektif sebagai seorang reviewer.
Bagaimanapun juga, banyak anggota keluarga saya yang menggunakan ponsel OPPO dari berbagai seri dan mereka semua memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Akan tetapi, R17 Pro kali ini memang tidak impresif dan kemahalan, bosque.
Buat saya, bye-bye R17 Pro!