MOJOK.CO – iPhone 13 diledek kiri dan kanan, dikatain hape baru rasa jadul. Padahal hape yang baru rilis ini punya kelebihan ala Apple yang termasyhur itu.
Tiga belas, angka yang banyak dihindari karena identik dengan ketidakberuntungan. Namun, iPhone 13 yang baru meluncur Rabu (15/9) kemarin (waktu Jakarta) tetap disambut meriah oleh para penggemar Apple di seluruh dunia. Apakah sudah saatnya membeli ponsel baru?
Harga peluncuran keluarga iPhone 13 kali ini persis sama dengan pendahulunya tahun lalu. Mini dimulai dari USD 699, varian polos (tanpa embel-embel) dimulai dari USD 799, Pro dimulai dari USD 999, dan Pro Max dimulai dari USD 1099.
Penyegaran desain dan layar “yang tidak terlihat” dari iPhone 12
Desain keluarga iPhone 13, secara garis besar, masih sama seperti pendahulunya. Notch berbentuk persegi panjang yang melebar itu belum berubah sejak kemunculan iPhone X, ketika pesaingnya sudah beralih ke punch hole atau paling tidak waterdrop notch. Cuma, sekarang, ukurannya dikatakan 20 persen lebih ramping dibandingkan iPhone 12.
Sasis masih menggunakan bahan stainless steel, bodi depan ceramic shield, dan bodi belakang panel kaca. Mewah dan tahan air berdasarkan standar IP68. Lensa kamera belakang dan lampu flash masih terangkum dalam satu kotak di pojok kiri atas bodi belakang. Sayangnya, dua lensa kamera di varian Mini dan polosan kini tidak diletakkan segaris secara vertikal seperti di iPhone 11 dan iPhone 12, tetapi diagonal.
Ukuran layar juga tidak berubah, yaitu 5,4 inci untuk iPhone 13 Mini, untuk polosan dan Pro sebesar 6,1 inci, dan untuk Pro Max sebesar 6,7 inci. Keputusan Apple untuk tetap menghadirkan varian Mini tentunya bagus karena bisa menyerap kebutuhan para pecinta ponsel compact.
Lihat saja flagship dari brand top global yang lain, Samsung Galaxy S21 dengan layar 6,2 inci, Mi 11 Ultra dengan layar 6,81 inci, juga Vivo X70 dan Oppo Reno6 Pro dengan layar 6,6 inci, besar-besar semua, kan?
Resolusi iPhone 13 juga masih sama seperti iPhone 12, alias Full HD+. Teknologinya juga kurang lebih masih sama, Dolby Vision, HDR10, XDR, dan DCI-P3.
Peningkatan baru akan terlihat ketika kamu menggunakannya. Kecerahan maksimum untuk konten non-HDR naik, varian Mini dan polosan dari 625 nits ke 800 nits serta varian Pro dan Pro Max dari 800 nits ke 1000 nits, sebuah langkah yang baik untuk membuat ponsel ini lebih siap menemani kita kembali beraktivitas outdoor. Kecerahan maksimum untuk konten HDR tetap di 1200 nits, belum berubah.
Bagi pecinta gaming, khususnya terkait action, battle royale, dan racing, ProMotion alias refresh rate 120 Hz tersedia di varian iPhone 13 Pro dan Pro Max. Untuk aktivitas sehari-hari, refresh rate layar akan menyesuaikan untuk menghemat konsumsi baterai dan bisa turun sampai ke 10 Hz alias sama seperti kemampuan Samsung Galaxy S21 Ultra.
Varian Mini dan polosan masih di 60 Hz, sangat mumpuni jika hanya digunakan untuk menonton YouTube, main media sosial, dan game-nya sebatas Shopee Pets, Shopee Tanam, atau Shopee Bubble.
Resolusi kamera boleh tetap 12MP, tetapi kemampuannya meningkat
Resolusi 12MP milik kamera depan dan belakang keluarga iPhone 13 sekilas memang cukup seru untuk ditertawakan oleh kaum mendang-mending. Bayangkan, ponsel midranger saja bisa menyediakan 48MP, 50MP, 64MP, bahkan 108MP. Namun, dalam sejarahnya, iPhone selalu bisa bersaing melawan flagship Android yang mengedepankan kemampuan kamera.
Varian Mini dan polosan iPhone 13 mengusung dua lensa kamera belakang. Lensa utamanya diduga kuat sama seperti milik iPhone 12 Pro Max yang pikselnya berukuran 1,7 mikrometer dan memiliki bukaan f/1.6 untuk mengabadikan foto low light yang memukau.
Namanya juga iPhone, foto low light sudah terkenal bagus sejak generasi-generasi sebelumnya dengan hasil yang tetap natural. Lensa kamera kedua adalah lensa ultrawide dengan bukaan f/2.4 dan jangkauan sudut 120 derajat.
Tanpa kehadiran lensa telephoto, optical zoom out tetap didukung, tetapi terbatas pada perbesaran dua kali. Dari skor DXOMark milik iPhone 12 Pro Max, seharusnya masih sangat bisa bersaing dengan Samsung Galaxy S21 Ultra yang menggunakan lensa kamera utama beresolusi 108MP itu.
Varian Pro dan Pro Max iPhone 13 menggunakan tiga lensa kamera belakang. Lensa utamanya memiliki ukuran piksel 1,9 mikrometer yang secara matematis mampu menangkap detil hingga 25 persen lebih banyak dibandingkan varian Mini dan polosan, belum lagi bukaan f/1.5 yang bisa menangkap cahaya 14 persen lebih banyak untuk meningkatkan kualitas foto low light dan masih didukung dengan keberadaan sensor LiDAR.
Peningkatan lain adalah kemampuan optical zoom in dari lensa telephoto yang meningkat dari 2,5 kali ke tiga kali dan lensa ultrawide yang kini juga bisa berfungsi sebagai lensa makro karena adanya autofocus.
Kamera depan semua varian iPhone 13 mengandalkan satu lensa beresolusi 12MP. Baik dengan kamera depan maupun belakang, resolusi maksimum video yang bisa direkam adalah 4K dengan frame rate 60 fps.
Apple tidak mencoba untuk bersaing melawan Samsung Galaxy S21 Ultra untuk menghadirkan kemampuan perekaman di resolusi 8K. Ya, layar ponselnya saja masih Full HD+, banyak orang masih menonton video dengan resolusi Full HD ke bawah, dan memori internal ponselnya juga terbatas tanpa kemampuan ekspansi dengan kartu MicroSD, di sini Apple realistis saja, sih.
Yang jelas, spesifikasi seperti ini semakin menguatkan posisi keluarga iPhone 13 sebagai ponsel kamera yang hebat tanpa harus mengusung slogan “camera phone“. Fotografi mobile oke, vlogging oke, Tiktokan juga oke, kurang apa? Ditambah fitur-fitur lain yang belum disebutkan, seharusnya hape ini nggak akan membuat penggunanya kecewa.
Chipset baru dengan performa yang semakin di depan dan dukungan 5G lengkap
Tidak menghadirkan chipset Apple M1 di keluarga iPhone 13, Apple memilih meluncurkan A15 Bionic berfabrikasi 5 nanometer yang juga digunakan di iPad Mini terbaru. Inti CPU-nya masih enam, terdiri dari dua untuk performa tinggi dan empat untuk konsumsi daya yang lebih hemat.
Menurut Apple, hape ini menjadi yang terkencang di seluruh smartphone dengan selisih 50 persen dari kompetitor, tanpa tahu ponsel manakah yang digunakan sebagai perbandingan.
Namun, dugaan kuat merujuk pada ponsel Android dengan Snapdragon 888 yang memiliki delapan inti prosesor itu. Perbandingan skor Geekbench 5 menunjukkan kemenangan mencapai 78 persen untuk performa single-core dan 48 persen untuk performa multi-core dari Snapdragon 888. Exynos 2200 dan Snapdragon 898 yang belum dirilis pun dikabarkan tidak memiliki peningkatan signifikan dari Snapdragon 888, jadi terlihatlah betapa signifikan bedanya.
Jika dibandingkan dengan A14 Bionic milik keluarga iPhone 12, peningkatannya memang tidak sesignifikan itu, sekitar 9 persen untuk single-core dan 15 persen untuk multi-core. Dugaan saya, peningkatan CPU pada A15 Bionic lebih ditujukan pada optimalisasi tenaga dan penghematan konsumsi daya.
Intinya, iPhone 13 yang sekarang jadi bahan tertawaan itu tetap worth it buat dibeli. Mau gimana, ini iPhone, dengan segala kelebihannya.
BACA JUGA Pindah dari Android ke iOS Adalah Keputusan yang Saya Sesali dan ulasan hape pintar lainnya di rubrik KONTER.