Multitasking tentunya sangat dibutuhkan dalam mendukung aktivitas sehari-hari, baik dari segi pekerjaan maupun hiburan. Saya yakin banyak dari admin media sosial yang melakukan pekerjaan sambil membuka website untuk riset tren atau informasi untuk mendukung konten yang sedang dibuat dalam satu layar yang sama. Hal yang sama berlaku untuk berbagai jenis pekerjaan lainnya.
Berbicara multitasking tentunya tidak jauh dengan yang namanya floating screen dan split screen. Saat tulisan ini dibuat, rasanya Android akan tertawa jemawa jika melihat kemampuan iOS dalam urusan-urusan otak-atik tampilan multi-window.
Terbaru, pada Android 13, fitur-fitur ini semakin mutakhir. Gambarannya seperti ini, kita cukup mengusapkan dua jari dari bawah layar ke atas untuk bisa melakukan split screen.
Sementara itu, untuk floating screen, kita cukup mengusap suatu jendela aplikasi yang ingin kita buat mengambang dengan gesture mengusap dari pojok kanan atas ke bawah secara diagonal. Pada beberapa merk hape Android lain, bisa saja berbeda gestur namun tetap mempunyai konsep yang sama dalam pengaturan multi-window.
Bagaimana, enak, tha?
Hal penting pada pengambilan gambar dan video
Bagian vital dari sebuah gadget, salah satunya, adalah tentang pengambilan gambar baik yang berbentuk foto maupun video. Pada bagian ini, rasanya akan sangat kompleks kalau membahas tentang cara-cara mengambil foto seperti fotografer profesional. Apalagi spesifikasi kamera yang dimiliki oleh pengguna smartphone Android pastilah berbeda-beda.
Alangkah lebih baik jika saya membahas tentang hal-hal penting apa saja yang perlu ditanamkan dalam foto maupun video. Pada Android 13, untuk foto, update penting yang bisa dirasakan manfaatnya oleh pengguna adalah tentang adanya watermark yang memberikan informasi detail terkait waktu pengambilan gambar, apalagi jika menengok banyaknya orang yang bekerja secara WFH/WFA yang diminta untuk mengirimkan bukti kehadiran secara online melalui foto. Jika sebelumnya kita pernah melihat banyak foto dengan watermark merk hape dan serinya yang tidak ingin kita tahu itu, sekarang bisa diganti dengan waktu pengambilan gambar tanpa perlu install aplikasi pihak ketiga.
Selain itu, kemudahan lain yang akan didapatkan pada Android 13 adalah jalan pintas untuk memperbesar dan memperkecil gambar dengan cara menggulirkan garis skala yang biasanya terletak di atas tombol rekam. Jadi dengan cara ini, tidak perlu lagi untuk mencubit layar hape yang sebenarnya tidak bersalah itu. Satu lagi, hal ini tentunya tidak akan mengganggu stabilitas perekaman yang sedang diambil dan membuat fokus gambar atau video lebih maksimal.
Ekstrak teks dari gambar
The Jack of All Trade, itulah istilah yang tepat untuk merepresentasikan fitur yang sangat berguna ini.
Tiba-tiba saya teringat akan suatu pekerjaan yang dulu pernah saya lakukan tentang bagaimana caranya menyalin teks dari buku dikonversi menjadi teks digital tanpa perlu mengetiknya kembali. Saat itu, solusinya adalah memakai aplikasi pihak ketiga, semacam aplikasi dictionary yang lebih advance.
Memang, dari aplikasi tersebut, saya bisa menangkap gambar halaman buku yang berisi teks, kemudian akan dipindai menjadi teks digital. Namun, hasilnya tidak sempurna, masih banyak hasil pindai yang tidak akurat, sehingga mengharuskan untuk di-edit kembali.
Ribet, pikir saya waktu itu. Sempat heran, kenapa teknologi pemindai teks dari gambar belum juga ada. Ternyata, sekarang, hape Android yang saya pakai sudah bisa melakukan pekerjaan tersebut. Adanya kemampuan AI (Artificial Intelligence) yang semakin canggih membuat hal penting semacam ini bisa terselesaikan. Menurut saya, banyak orang yang akan terbantu dengan fitur ini.
Caranya bisa dengan membuka suatu foto yang berisikan teks yang ingin di-copy. Setelah gambar terbuka, akan muncul ikon huruf “T” pada pojok gambar. Lalu klik ikon tersebut maka AI akan memindai gambar sebentar dan kemudian pengguna tinggal menentukan teks mana yang akan dipilih.
Terakhir, sesudah dipilih teksnya, kemudian tinggal klik “Salin”. Sebagai tambahan, dalam teks yang disalin dan disimpan di clipboard hebatnya masih bisa diedit dulu sebelum dikirimkan atau ditempel sesuai dengan kebutuhan.
Terima kasih Apple, berkat inovasimu, lagi-lagi kami pengguna Android juga bisa menikmati fitur yang menurut saya pribadi akan sangat berguna.
Inovasi yang memperpanjang rivalitas
Kalau dipikir-pikir, semakin Android atau iPhone berinovasi, akan semakin panjang pula perdebatan menentukan mana yang terbaik. Sebab, apa yang menjadi terobosan baru iPhone dan menjadi tren, pastilah akan diadopsi oleh Google ke dalam Android. Sebaliknya, apa yang menjadi inovasi Android dan digandrungi, pastilah lambat laun akan ditiru oleh iOS juga.
Berdasarkan statistik dari Statcounter, pengguna Android di Indonesia sebesar 89,29% sedangkan untuk pengguna iOS sebesar 10,61%. Data diambil dalam periode waktu antara bulan Desember 2021 hingga Desember 2022.
Melihat besarnya pengguna Android di Indonesia dibandingkan iOS, rasanya wajar jika Android selalu melakukan update agar bisa menjembatani kebutuhan banyak penggunanya. Sebaliknya, dengan selisih sebesar itu, Apple tampaknya juga tidak akan gegabah dengan mempertahankan gengsi untuk selalu menjadi inovator.
Sekali, dua kali, Apple tetap harus membumi dan juga “tunduk” meniru Android. Sebab, itulah salah satu cara yang bisa dilakukan Apple kalau mau menarik pengguna Android hijrah ke iOS.
Ya sudahlah, kalau memang ditakdirkan seperti itu, kita legowo saja mengikuti. Selama keduanya masih bisa memberi akses kemudahan kepada kita, ya kenapa tidak. Keduanya pasti punya keunggulan dan kelemahan masing-masing. Yang menjadi masalah adalah apabila kita terlalu mendewakan salah satunya dan menghujat satu sama lain. Ingat, selama mereka masih berinovasi dan saling melengkapi, maka perdebatan semakin sengit dan tidak akan selesai.
BACA JUGA Penyesalan Saya Setelah Menggunakan MacBook Pro M1 dan iPhone 6s dan analisis menarik lainnya di rubrik KONTER.
Penulis: Deddy Perdana Bakti
Editor: Yamadipati Seno