ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Konsultasi Celengan

Bulan Puasa, Bulan Penuh Pengeluaran Ampun-ampunan Gara-gara Buka Bersama

Haryo Setyo Wibowo oleh Haryo Setyo Wibowo
9 Mei 2019
0
A A
biaya-bukber-bulan-puasa
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Sejatinya, bulan puasa itu bulan penuh rahmat dan ampunan. Tapi, gara-gara kemaruk beli takjil dan buka di tempat hedon dan tambahan pengeluaran buka bersama setiap minggu, bulan ini bergeser jadi bulan penuh pengeluaran ampun-ampunan.

Sahabat Celenger yang saat puasa Ramadhan lebih merindukan manis dinginnya es blewah dari pada investasi surga yang dijanjikan,

Selamat datang bulan Ramadhan. Bulan dimana umat Islam sedunia diwajibkan berpuasa selama sebulan penuh. Bulan yang juga diyakini oleh para penganut ajaran Islam sebagai bulan yang penuh rahmat dan ampunan. Tapi entah kapan mulainya, bulan tersebut seperti tergeser menjadi bulan penuh pengeluaran ampun-ampunan.

Jangan berlebihan, jangan malas, dan usahakan tidak kehilangan produktivitas. Itu kredo yang dibangun untuk mengurangi persepsi bahwa puasa mengakibatkan anjloknya produktivitas dan mengakibatkan pemborosan. Bagaimana sih sebenarnya yang terjadi?

Pekerjaan yang mengandalkan fisik jelas mengalami penurunan produktifitas yang cukup signifikan. Tenaga menjadi jauh berkurang karena asupan karbohidrat terputus. Lain halnya dengan jenis pekerjaan yang berkutat dengan mengandalkan pikiran. Produktivitas meningkat, kah? Jelas tidak!

Mau mikir? dah lemes duluan. Memaksakan berpikir? Langsung berpikir enaknya seandainya hari itu tidak sedang berpuasa bisa kerja sambil merokok dan ngopi. Sudah begitu jam kerja sudah dipangkas.

Dalam satu berita beberapa tahun silam, media dari Saudi Arabia yang dikomandani dan dikontrol keluarga kerajaan menyiratkan hal serupa. Artinya itu terjadi secara global, bukan di negara kita saja. Tingkat produktivitas di Arab menurun sebanyak 35% hingga 50% akibat pemendekan jam kerja dan juga perubahan gaya hidup selama satu bulan. Bagi dunia bisnis, dimana produktivitas merupakan jantung keberlangsungan dunia usaha, kebijakan pemendekan jam kerja jelas merugikan.

Tapi kalau dipikir secara bijak, pengakuan menurunnya produktivitas tersebut hanya akal-akalan saja. Perusahaan tau pasti membaca kecenderungan bagaimana dunia usaha bekerja.  Bulan puasa sebenarnya jeda sejenak bahwa tubuh dan pikiran manusia sebenarnya aset yang harus dipelihara.

Beberapa bulan sebelumnya, perusahaan sudah menggenjot produksinya. Ramadhan, Lebaran, Natal dan Tahun baru secara fakta musiman kerap menunjukkan ekonomi masyarakat menggeliat naik dimana permintaan masyarakat kerap mendorong terjadinya inflasi.

Sahabat Celenger yang rajin upload foto makanan-makanan penggugah selera di waktu siang untuk mengajak rapuh dan ngeces bersama-sama,

Perhatikan saja. Secara kebiasaan, di minggu kedua puasa, undangan berbuka puasa akan semakin gencar. Nah ini yang harus diperhatikan benar, utamanya oleh para milenial. Puasa pada akhirnya lebih lekat dengan tambahan pengeluaran dibandingkan dengan penghematan.

Secara kebiasaan juga, seorang teman sekolah yang sudah menduduki posisi puncak di perusahaan multi nasional mengundang buka bersama di satu restoran yang bisa kami pilih sesuai selera. Dalam keyakinan suci kami, yang tidak pernah lekang waktu, terpaan cuaca, apa lagi perubahan rezim lima tahunan yang begitu-begitu saja. Tafsir tunggal untuk kata mengundang, tiada lain mentraktir makan.

Itu sudah final, serupa NKRI harga mati! Tidak ada ruang penafsiran lain seperti patungan atau bayar sendiri sesuai yang dimakan.

Apa lagi setelah disebutkan beberapa restoran papan atas yang nilai makanannya setidaknya berbandrol 1juta rupiah per kepala. Makin percaya dirilah kami mencatatkan diri dalam daftar undangan yang disebarkan melalui aplikasi Whatsapp tersebut. Bagi kami, itulah keutamaan bulan Ramadhan yang sesungguhnya. Eh.

Bayangkan, 1 juta rupiah per orang sekali makan! Bagi Jamaah Ndomiah Nusantara yang sehari makan 3 kali, itu artinya setara dengan 263 mangkok mie instan. Kalau dikonversi ke satuan waktu, para jamaah Indomiah perlu waktu 88 hari untuk menghabiskannya. Bahkan bisa untuk menghidupkan malam selama 9 bulan tentu saja bagi yang khusus mengonsumsi di waktu malam saja.

Di Jakarta, tempat-tempat seperti itu banyak dan full booked hingga lebaran! Ngeri sekali kan? Atau tidak?

Bagaimana kalau acara buka bersama yang bermewah-mewahan itu ketahuan Badan Pusat Statistik (BPS)? Angka 1 juta untuk sekali makan jelas akan membuat mereka mengelus dada dan menangis tersedu. Teringat survey mereka, 400ribu untuk pengeluaran individu selama sebulan. Hiks

Eh, tapi sebenarnya maksud saya menuliskan perhitungan matematis tersebut bukan untuk melakukan refleksi diri. Tetapi…. untuk membuat kalian merasa bersalah. Hahaha.

Bukan hendak ceramah agama. Penting untuk memperbaiki ketidaksempurnaan kita selama ini. Baik dalam merumuskan, terlebih menjalani puasa di bulan Ramadhan yang banyak disebut merupakan amalan bersifat rahasia atau sirri yang begitu dicintai Allah.

Kembali ke persoalan yang membuat persoalan surgawi (ibadah) dan duniawi (ekonomi) berkelindan. Apakah memang seharusnya Ibadah didorong ke atas dan konsumsi masyarakat didorong ke bawah, untuk memberikan pemaknaan lebih terhadap puasa?  Apakah perlu dianggarkan secara khusus?

Bagi umat Islam, ada salah satu adab berbuka puasa yang cukup sering dijadikan referensi. Acuannya jelas ke junjungan tertinggi, Nabi Muhammad. Perut yang kosong seharian, cukup diganjar dengan tiga butir kurma dan air putih. Apakah implikasinya membuat umat harus ngirit dan mengerem konsumsi? Nanti dulu.

Kalau menggunakan acuan harga kurma curah Tunisia dan harga minuman kemasan merk Akuwa. Maka tambahan pengeluaran tiap orang untuk berbuka kurang dari 5ribu rupiah saja. Kemudian dilanjutkan dengan makanan yang kita santap sehari-hari.

Adab tersebut kerap dilupakan atau dilanggar oleh kita. Mereka tidak jajan sekedarnya, atau memilih tempat makan untuk penguatan ekonomi kerakyatan, tetapi memilih tempat yang menjadi simbol gedonisme dan kapitalisme. Oh, sungguh berlebih-lebihan.

Sudah merasa bersalah belum? HAHAHA

Khusus bulan Ramadhan, kita tidak perlu menghitung berapa pengeluaran yang harus kita anggarkan. Ini memang bulan ajaib. Buka puasa menjadi ajang reuni lintas angkatan, bahkan agama. Kalau buka puasanya masih patungan anggap saja bagian dari menggerakkan ekonomi rakyat.

Syukur-syukur punya banyak teman yang marah kalau diajak patungan. Marah kalau ditraktir, maunya nraktir saja. Itu akan menyelamatkan cash flow kita. Eh satu lagi, jangan lupa pantau terus THR yha. Anggap saja pengganti pengeluaran selama bulan puasa.

Terakhir diperbarui pada 12 Agustus 2021 oleh

Tags: biaya bukberbuka puasaHaryo setyo wibowoKonsultasi keuangan
Iklan
Haryo Setyo Wibowo

Haryo Setyo Wibowo

Artikel Terkait

Menolak Lupa Saat Teh Botol Sosro Bikin Tagline ‘Buka Puasa dengan yang Manis', Saking Ikonik Sampai Dikira Hadis Nabi.mojok.co
Histori

Menolak Lupa Saat Teh Botol Sosro Bikin Tagline ‘Buka Puasa dengan yang Manis’, Ikonik Sampai Dikira Hadis Nabi

13 Maret 2024
Cerita di Balik Anak Kos yang Suka Berburu Takjil Gratis. MOJOK.CO
Geliat Warga

Cerita di Balik Anak Kos yang Suka Berburu Takjil Gratis

18 April 2023
da 29 Menu Nusanatara di Masjid Syuhada, Buka Puasa Serasa Keliling Indonesia. MOJOK.CO
Kuliner

Ada 29 Menu Nusantara di Masjid Syuhada, Buka Puasa Serasa Keliling Indonesia

31 Maret 2023
berbagi takjil mojok.co
Sosial

3 Keutamaan Berbagi Takjil yang Membuatmu Menyesal Jika Tak Memanfaatkannya

28 Maret 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya

Pertemuan Pertama Kami Tidak Romantis, tapi Dia Bilang Dia Mencintaiku

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Jurusan Sistem Informasi di kampus swasta Jogja. MOJOK.CO

Sulitnya Jadi Mahasiswa Jurusan Sistem Informasi, Disuruh Servis Laptop hingga Dituduh Hacker

17 Mei 2025
Renungan sistem pendidikan sekolah hari ini atas Palagan Ki Hadjar Dewantara MOJOK.CO

Renungan atas Palagan Ki Hadjar Dewantara: Sekolah Hanya Sekadar Meluluskan tapi Belum Mendidik

15 Mei 2025
Honda Supra X 125 MOJOK.CO

10 Tahun Kerja Pakai Honda Supra X 125 Karbu, Masih Jadi yang Terbaik Buat “Menaklukkan” Nasabah meski Motornya Kuno dan Lambat

20 Mei 2025
Hal-hal yang bisa dikerjakan lulusan S2 biar nggak nganggur dari lulusan S2 UGM MOJOK.CO

Hal-hal Bernilai Cuan yang Bisa Dikerjakan Lulusan S2 daripada Ngeluh Susah Cari Kerja, Turuti Gengsi hanya Bikin Nganggur

19 Mei 2025
Melbourne, Australia lebih baik timbang Bordertown. MOJOK.CO

Pengalaman Pertama Orang Indonesia Pindah ke Bordertown, Malah bikin Syok karena Melbourne Lebih Menjanjikan

20 Mei 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.